RI 347 | Rihana & Ismail

Pilihan baru untuk kamu yang pengen coba lunch di Cisarua, Puncak. Lokasinya kurang lebih 500meter di atas Cimory Mountain View, di sebelah kiri jalan. Pemandanganya, amazing! Tanpa tedeng aling-aling langsung menghadap ke perbukitan. Sofa dan beberapa tempat duduk dalam resto disetting agar menghadap langsung ke pemandangan, supaya tambah sedap.

Resto terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat pertama – yang paling oke, terdiri dari meja-kursi berkapasitas 2-6 orang dan pemandangan langsung ke bukit. Tersedia juga sofa di pojokan. Ini pilihan paling oke. Lantai bawahnya disediakan untuk makan lesehan dengan kapasitas lebih besar. Lantai paling bawah tersedia gazebo untuk lesehan, juga area main anak.

Mengusung konsep hidangan padang – sunda – western, masakan-masakan yang disajikian di sini saya rasa justru lebih dipengaruhi rasa masakan padangnya. Saya memesan nasi bakar ayam kampong. Porsi ayamnya cukup besar, nasinya juga. Nasi bakar diisi suiran jeroan ayam. Untuk kalian yang terbiasa makan nasi bakar isi teri, ini gak biasa. Sambel terasi pendampingnya patut diacungi jempol.

Makanan kedua yang saya coba iga bakar madu. Porsi iganya pas, dan rasanya cukup sedap. Ada tambahan kuah sayur yang rasanya tasty banget. Tersedia juga beberapa menu masakan padang seperti sate padang, nasi goreng padang, yang well, bukan favorit saya kalau berkunjung ke Puncak.

Tempatnya so pasti minimalis. Tapi tidak dengan burgernya. Untuk poin pertama, mereka bertempat di Jl. Pandu Raya, tepatnya di sebelah Klassik Coffee. Interior cukup terdiri dari meja sederhana dan beberapa bangku. Ditambah beberapa lampu bergaya steampunk. And that’s it. Tidak ada ornament apapun yang menegaskan suasana sebagai burger parlor.

Di balik itu, terlihat mereka ingin menunjukkan aneka kreasi aneka burger. Sebut saja Sloppy Joe, burger dengan potongan daging yang juicy, atau Super Flappy yang well, terlihat messy tapi sexy. Mau coba burger pakai chips? Go for Chipsnature. Atau mau rasain burger yang dicelup saus keju? Coba Superdip Burger, ini favorit saya. Sayang tidak ditambahi sayuran, sehingga kurang variasi rasa. Jangan lupa coba juga flappy platters, combo dari fries, wedges, chips, dan jamur goreng. Untuk appetizer 4 orang, ini lebih dari cukup. Soal dessert bisa juga dicoba ‘ice cream goreng’ yang dulu sempat hits di Bogor, kini coba dihidupkan kembali oleh Flappy.

Tadinya cuma buka di gerobak pinggir, Mie ayam yang terkenal dikalangan mahasiswa STIE Kesatuan ini ternyata sudah punya tempat baru, lebih luas dan besar. Dan juga ada tambahan menu lain, seperti nasi & mie goreng.

Jenis mie ayam kampung dengan tekstur mienya yg kecil-kecil, lembut dan tipis jadi ga bikin enek. Bumbu ayamnya pun gurih dan enak, hanya saja potongan dagingn ayam tidak terlalu banyak. Tapi masih worth it lah dengan harga 12ribu perporsi dengan tambahan isian 1 pangsit basah. Disini juga bebas nambah pangsit keringnya tanpa tambahan biaya.

Setelah tutup di salah satu mall di tengah kota Bogor. Kini Chatime membuka gerai barunya di mall berbeda. Lokasi barunya pun berbeda, yaitu bukan berbentuk booth saja, tetapi tersedia tempat duduk beberapa meja untuk santai. Baru buka beberapa hari antriannya lumayan rame apalagi ada promo buy 2 get 1.

Order varian signature mereka, yaitu Roasted Milk Tea. Pas diminum agak kaget, kok rasa teh-nya ga berasa, dominan rasa manisnya aja. Ada sedikit aroma teh-nya, itu pun cepet hilang. Mungkin karena baru buka rasanya jadi belum konsisten. Tapi buat pelayanannya sih oke, walaupun baru, tapi mereka ga kewalahan.

Tersempil di ruko-ruko kecil di seberang mall Lippo Plaza Ekalokasari, adalah café LoveYou. Sangat mudah terlihat karena di area depannya ditempeli vanity mirror yang cukup besar. Tujuannya ya tentu saja bukan untuk berkaca.
Masuk ke dalam café, kita bisa melihat beberapa bangku dan meja yang bisa dijejali sekitar 10 orang di dalam, dan 10 orang di luar. Saya pikir ada tambahan bangku di lantai 2, nyatanya café hanya memiliki 1 lantai. Yang cukup menarik perhatian, di sini terdapat mesin espresso manual triple outlet made in Italy asli, yang konon hanya terdapat 3 unit di Indonesia. Sayangnya, mesin tidak difungsikan.

Hidangan yang disajikan berfokus pada kopi beserta varian-variannya. Karena saat itu sudah larut malam, saya malah memesan makanan berat, diantaranya nasi goreng ikan… dan nasi goreng…. Begitu datang, kok tampilannya mirip nasi goreng losmen, ya. Dicetak pakai mangkuk dan dihias sayuran sisi-sisinya. Not too appealing.

Oiya, café ini menyediakan beragam permainan yang menurut saya sih cukup unik, macam kartu ‘truth or dare’, Uno, atau lego untuk anak kecil (walaupun saya gak ekspektasi anak kecil bakal nyaman kalau dibawa ke sini, ya).

Berada di area Momo Milk Barn, tidak membuat Lekker van Java kehabisan ide. Biasanya Lekker hanya disajikan manis, tapi disini tersedia Lekker Gurih juga. Tempatnya memang seperti di booth kecil saja. Tapi menu nya juga tersaji di dalam menu Momo Milk Barn.

Lekker ini sebenarnya mirip dengan pancake atau crepes. Tapi ini tampil dengan versi murahnya, lebih tipis dan renyah. Cara membuatnya pun unik, diatas teflon kecil yang di putar dengan mesin manual kemudian dituanglaj adonan diatasnya. Katanya sih supaya adonan rata, jadi memang harus diputar dulu teflonnya.

Untuk rasa, seperti crepes dengan topping coklat/keju, ukurannya juga lebih kecil. Dan juga coklat/kejunya hanya terisi di bagian tengahnya aja. Jadi pas pinggirnya cuma makanan adonannya yang crispy aja.

Warung Bogor merupakah salah satu dari sedikit resto/cafe yang layak diberikan apresiasi atas inisiatifnya mengumpulkan beragam makanan khas Bogor dalam satu atap.

Sebut saja soto mie Bogor, doclang, laksa, toge goreng, dan yang paling jarang ditemukan bahkan di Bogor sekalipun: mie glosor. Gak ketinggalan aneka minuman khas macam bir pletok, es pala, es kemang, dan the one and only, Kopi Bogor. Pokoknya, semua yang disajikan di sini, Bogor Banget.

Resto terletak di area yang agak kurang umum untuk jajanan kuliner, alias di daerah Otista atau Otto Iskandardinata. Umumnya pemburu kuliner malah lebih sering menyambangi daerah Surya Kencana. Bagaimanapun, daerah ini masih seperlemparan batu dari Surken, dan area parkir tersedia luas.

Desain eksterior cafe didesain ala kolonial dengan jendela dan pot bunga yang khas. Beranjak ke area interior, terdapat mural suasana kota Bogor jaman kiwari dan meja/kursi model warung, sesuai dengan image kafe ini yang menyediakan makanan khas dengan harga terjangkau.

Untuk rasa, tidak terlalu istimewa. Tapi untuk keberagaman menu makannya disini lengkap. Walaupun kadang untuk ketersediaan makanannya belum lengkap dan konsisten, beberapa kali kesini selalu ada makanan yang ingin saya pesan tapi tidak ready.

Cimol ini salah satu langganan saya lebih dari 10 tahun yang lalu. Awal berjualan di samping Plaza Pangrango, makanya disebut Cimol PP. Sempat tutup dan pindah berjualan didekat kampus Diploma IPB tak membuat Cimol PP ini kehilangan penggemarnya. Sekarang sudah kembali berjualan di sekitar Lippo Keboen Raya (Ex. Plaza Pangrango).

Cimol ini rasanya terenak se-Jawa Barat, karena di Bandung sekalipun saya ga pernah nemu cimol seenak ini. Adonan yang crispy dan lembut di dalam ini yang buat semua orang ketagihan. Walaupun sudah dingin, cimol ini tetap lembut. Untuk bumbunya ada berbagai macam, mulai dari pedas, asin, manis dan gurih. Kalau saya sukanya mencampur yang pedas dan asin saja. Jadi lebih nikmat karena ga terlalu nano-nano rasanya.

Jalan Suryakenaca Bogor, memang sudah terkenal dengan street food nya sejak lama. Salah satunya adalah Combro dan Pisang Goreng Ngesti. Sebenarnya Ngesti itu sendiri adalah Swalayan yang ada dekat sini. Karena posisi Combro dan Pisang Goreng ada disebalah Ngesti di ujung gang, maka disebutlah sebagai Combro dan Pisang Goreng Ngesti.

Harganya memang termasuk mahal untuk ukuran gorengan. Combro dan Pisang Goreng dibandrol dengan harga 3500 per satuan, tapi buat rasanya sebanding kok dengan harganya.

Pilihan jenis Pisang Gorengnya pun ada 2 macam, yaitu pisang tanduk atau pisang uli. Buat saya pisang uli terenak, karena pisangnya manis, matang dan teksturnya lembek jadi seakan-akan meleleh diantara adonan kulitnya. Kalau pisang tanduk, memang teksturnya agak sedikit keras, rasanya juga tidak terlalu manis. Tapi masih okelah. Nah Combronya juga ga kalah enaknya loh, kulitnya kering dan isian oncomnya penuh, cuma pas kemarin saya beli rasanya tidak terlalu pedas seperti biasanya.