Darsehsri

Sedang hits dan jadi incaran warga bogor buat bersantap disini, tempatnya luas dan decornya menarik. Parkiran tersedia tapi kalo full diarahkan buat parkir di lahan kosong sebelah resto. Suasana dan makanannya cocok buat bersantap bareng keluarga atau teman.

Saat saya dan teman datang, kami masuk daftar tunggu, ngga masalah. Seorang staff ramah membawa kami langsung ke lantai dua pakai lift, ternyata banyak meja kosong disana. Staff yang bawa daftar tunggu? Ngga tau dimana keberadaannya, catatannya ada di meja, dicuekin begitu saja.

Pesanan kami hampir oke semua, saya suka sekali sama bistik lidahnya, tender dan sauce-nya pas, porsi juga cocok buat sharing. Platingnya juga menarik.

Nasi goreng rempah dan asinan juga sesuai selera. Sate marangginya yang justru sayang sekali, bumbunya enak tapi kondisinya dingin, saya kira karena tersaji di tungku mini bakal pakai arang di dalam tungkunya, kaya di resto lain, ternyata ngga.
Bakwan jagung teksturnya padat, kurang sesuai ekspektasi. Untuk dua minuman yang kami pesan oke semua, menyegarkan.

Yang jadi masalah adalah setiap meja tanpa nomor dan checker, jadi lebih dari tiga kali staff bawa pesanan orang lain ke meja kami.

Padahal ada orang yang entah posisinya sebagai apa yang sibuk wara wiri dari satu meja ke meja lain nanya pesanan udah semua atau belum, repot dan maaf sok asik, sepertinya perlu belajar cara berkomunikasi dengan pelanggan lagi karena bercanda boleh tapi jangan kelewat batas.

Karena kondisi terburu buru keluar dari restoran, saya dan teman ngga mengecek kembali bill yang kami bayar, ternyata pesanan orang lain yang beberapa kali dibawa sama staff ke meja kami itu, masuk ke bill kami, dananya sudah dikembalikan, terima kasih buat staff yang membantu, tapi cukup jadi pelajaran supaya saya maupun pihak madame djeli lebih jeli.

Sekitar jam setengah 9 saya bareng teman sengaja mampir buat sarapan, kirain udah paling pagi, ternyata udah rame juga pengunjungnya.

Cafe rumahan ini mungil dan menarik, dua pasang meja dan kursi serta satu buah sofa mengisi penuh area carport yang disulap jadi ruang duduk.

Beberapa roti kami pilih, selain buat makan di tempat juga buat dibawa pulang, seperti cranberry cheese, korean garlic, earl grey lemon cheese, charcoal smoked beef dan triple choco. Semua rotinya bertekstur agak padat dan ada hint asam, sepertinya dari raginya, cmiiw. Favorit saya charcoal smoked beef.
Minumnya pesan es kunyit asam dan ginger love, keduanya segar dan saya cukup ketagihan sama es kunyit asamnya, jadi beli satu lagi deh buat dibawa pulang.

Teman penasaran sama dessertnya, pagi itu ada dua varian cake, tiramisu dan blueberry cheese cake kalo ngga salah. Blueberry cheese cake akhirnya dia pilih, teksturnya mudah cair, mirip yoghurt dan basednya pakai cake.

Ngopi malam disini berdua suami, pas long weekend, lumayan ramai pengunjungnya. Tempatnya luas, ada mini bar & nitro juga di ujung.

Pelayanan oke, baristanya cukup komunikatif, siap menerima saran dan kritik katanya, tapi nyatanya suami saya cuma komen V60nya sesuai ekspektasi, enak.
Matcha latte pesanan saya juga cukup enak, sesuai sama harganya.

Fish and chips wajib di order deh kalo kesini, beneran enak, potongan dory-nya besar dan banyak, kentang gorengnya juga renyah dan asinnya pas.

Buat dessert beli espresso brownies dan cake coklat yang lupa namanya, keduanya enak. Ini espresso browniesnya mirip sama yang dijual di coffee shop ternama, kalo cake coklatnya cocok banget sama selera saya penyuka dark chocolate meskipun ini masih dominan manisnya.

Tadinya mau sebentar aja tapi kelewat betah karena tempatnya nyaman, jadi nambah white chocolate mocha yang terasa smooth di mulut dan nitro coffee yang menurut saya penyajiannya udah menarik tapi rasanya kurang smooth, rasa soda dari nitronya terlalu mendominasi jadi rasa kopinya hilang banget.

Buka lagi setelah tutup lumayan lama, lokasinya pindah ke lantai dasar, bersebelahan dengan resto ramen yang kebetulan memang satu grup dengan Sapo Oriental. Kalau saya perhatikan menunya lebih sedikit sekarang.

Baru beberapa kali mampir dan menu favorit saya dari semenjak kenal brand ini belasan tahun lalu adalah kwetiaw siram sapi dan bebek panggangnya, enak dan bikin nagih.
Fu yung hai-nya juga enak, bukan yang padat tepung tapi ngembang karena telur jadi cukup renyah pinggirannya.

Kangen nasi tempong yang cukup jarang saya temui di bogor, berdua teman mampir kesini.
Nasi tempong rata rata di banderol 30ribuan, lauknya pilih belut dan ayam lengket, enaak, sambalnya pedas manis, lalapannya segar.

Cumi hitam berbumbu juga enak, kesukaan teman saya, ngga terlalu asin dan lumayan pedas. Penasaran juga sama Pecel Pitik yang tersaji unik, ayam kampung pakai kelapa parut berkuah kuning, yang ternyata rasanya sedap.

Outletnya luas dan dekornya ala ala jawa timuran, plus musiknya yang gembrang gembrong heboh.

Setelah sekian lama saya nunggu Mokka Coffee Cabana buka di bogor, akhirnya outlet barunya hadir juga di sentul.

Ruang semi outdoornya berlatar pemandangan bukit sentul, jajan sekaligus cuci mata. Interiornya cakep, bahkan alas mejanya eye catching buat latar foto.

Pelayanan baik sekali, staff ramah, informatif dan cekatan, terima kasih mba irma.

Pesanan saya overall oke semua, kali ini datang buat ngopi dan ngemil aja, lain kali mungkin mau coba menu makanan beratnya. Kudapan favorit saya sepanjang mengenal mokka, Traditional Steam yang isinya kacang rebus, ubi dan pisang kukus, cocok buat di pairing sama minuman apapun. Ubi Brulee pilihan suami pun oke disandingkan sama V60 ijen blue mountain pilihannya.

Ngga mau melewatkan promo soft opening, saya pesan Matcha Espresso (Buy 1 Get 1), request tanpa gula dengan espresso terpisah.