Ika Nurhayati

Bukan hidangan lain tidak enak. Bukan. Tapi iced tea Cornelis Koffie ini beda, bahkan unik. Di luar ekspektasi siapa pun, iced tea alias es teh terhidang dengan warna hijau! Rasanya, ya sama dengan teh biasa tapi bukan jenis yang pahit, sehingga tanpa perlu tambahan gula, segar banget.

Jadi kali ini di sebuah tempat ngopi, saya minum teh. Kebetulan waktu itu habis naik kendaraan yang lajunya kurang mulus, jadi agak mual dan butuh minuman segar. Tapi kata teman-teman saya, kopi andalan Cornelis, es cornelis koffie dan kopi susu gula aren, enak. Memang harganya di kisaran 25-30 ribu, tapi okelah karena disajikan di gelas yang besar.

Untuk makanan, menurut saya harga yang dipatok Cornelis termasuk murah. Pisang goreng dan singkong goreng yang lembut dan nikmat, seporsi isi 5 potong, masing-masing porsi harganya 20 ribu saja. Sementara makanan berat harganya berkisar 30-40 ribu rupiah, dengan andalan rice bowl (ada wagyu beef lo!) dan nasi goreng.

Cornelis ini terbilang kafe yang luas juga nyaman di Depok, tidak jauh dari Margonda. Bakal lebih nyaman dan menarik lagi kalau banyak tanaman hias (kata saya), yang warnanya serasi dengan perabot kayu di seantero sudut kafe. Apalagi lokasinya di kawasan asri yang masih dihuni banyak rumah peninggalan Belanda Depok, beberapa dijadikan kafe seperti Cornelis. Nama Cornelis diambil dari Cornelis Chastelein, seorang tuan tanah yang pada abad ke-18 memerdekakan warga pribumi yang kemudian dikenal sebagai Belanda Depok.

Di Cinere sekarang banyak banget kafe, tapi Mypegscorner ini beda karena kebanyakan menyajikan makanan khas Belanda. Pemilik kafe yang antara lain ada di Antasari dan Kembangan ini keturunan Belanda, jadi makanan khas Belanda di sini rasanya bisa dibilang autentik--dan dijamin halal.

Saya dan teman-teman icip beberapa macam makanan. Yang paling berkesan adalah bitterballen dengan isi daging suwir dan saus mustard keju. Harga 35 ribu untuk 5 butir, sesuai kualitas. Lembut dengan isi daging yang terasa pada setiap gigitan, makin lumer rasanya setelah dicocol ke saus khusus bitterballen ini.

Pastel molliq lolos sensor saya yang penggemar berat pastel. Luarnya renyah banget dengan layer, seperti bagian luar curry puff. Isinya potongan wortel-ayam-telur rebus kalau tidak salah, maaf saking menikmati kurang perhatian sama isinya.

Kaas aardappelen yang mirip kroket, risoles ragout, risoles smoked beef, dan saucijs brood yang masuk menu camilan seperti pastel, patut dicoba. Yang cari camilan manis, variasinya beragam. Saya suka cheese roll dengan isi cream cheese yang padat, marble cake yang lembut--tapi bukan yang moist banget--plus kue bolu jadul cokelat-keju-kacang nougat boleh dicoba pencinta kue bolu.

Makanan berat ikut mengisi menu, jadi mau makan siang atau makan malam di Mypegscorner, amaaan. Oh ya melenceng sedikit dari jalur makanan, Mypegscorner ini tempat yang cukup nyaman untuk hang out, meski kapasitasnya tidak seberapa besar. Bagian dalamnya berhias pajangan khas Belanda, menyerasikan isi menu. Parkir juga aman.

Kembali ke hidangan, ingin makan kenyang banget ada nasi dengan lauk, dengan nasi berlimpah dan lauk yang cukup royal. Dari nasi lidah sambal matah, nasi cumi asin pedas, sampai nasi beef yakiniku, juaranya menurut saya yang pertama. Nasi cumi asin pedas saya suka, tapi lauk lidah ini lembut banget dengan side dish berupa kering kentang.

Kopi susu jadi minuman andalan Mypegscorner, seperti kopi susu kampung dengan gula aren serta kopi kahlua dan kopi irish dengan sirup nonalkohol. Semua rasanya cenderung manis, cocok buat pengonsumsi kopi ringan.

Yang sering lewat Margonda Depok pasti pernah memperhatikan keberadaan Tatap Moeka, tempat yang ternyata tidak hanya menyenangkan untuk mengopi, tapi juga makan--dan bertatap moeka dengan teman-teman, kayak yang saya lakukan. Dua kali bertandang, alhamdulillah puas dengan cita rasa makanan dan juga harga dong.

Makanan yang dijual Tatap Moeka bervariasi. Kali ini kami coba yang unik yakni spaghetti rendang, hidangan fusi Minang dan Italia. Yang doyan rendang pasti bakal suka, karena bertabur suiran daging rendang plus telur puyuh dengan bumbu yang medok. Hidangan yang ditata dengan apik ini harganya Rp28 ribu saja.

Jadi, harga makanan dan minuman Tatap Moeka rata-rata di bawah 30 ribu, dengan banyak di antaranya yang masih di kisaran belasan ribu. Yang termasuk belasan ribu itu adalah bihun goreng yang enak banget (kata saya yang tidak suka bihun soun misoa dan sejenisnya). Bumbunya meresap jadi lidah bisa meresapi segala rasa gurih, sedikit manis, dan sedikit pedas yang saya harapkan dari hidangan ini.

Hongkong fried rice (dengan calamari), chicken teriyaki with buttered rice (nasinya wangi!), dan sop buntut bakar ala tamoe (daging buntutnya lembut dan juicy) adalah hidangan-hidangan lain yang kami coba. Sebagai penyegar tenggorok sehabis makan berat, saya pilih minum afternoon glance, jus buah naga yang diberi perasa hazelnut. Sedikit terlalu manis buat selera saya yang biasa minum kopi, memang seharusnya saya pesan kopi saja.

Kedai kopi di pasar bisa senyaman ini! Yang pernah bikin SIM di Pasar Segar Depok kemungkinan pernah lihat atau bahkan mampir di Edisan Coffee. Saya sih pernah lihat tapi ini kali pertama ngopi di sini. Tidak saya sangka kedai kopi ini, untuk lingkungan pasar, bagus dan rapi dengan dinding berwarna emerald. Bar kopinya juga cakep.

Yang bikin lebih senang lagi, minuman dan makanan murah. Aneka es kopi susu masih di kisaran belasan ribu rupiah, makanannya juga lo. Saya dan teman-teman mencoba minuman khas Edisan: es kopi patimeh (gula aren), es kopi kahlua, affocado, milo godzilla, dan hot latte. Secara rasa 4 minuman yang pertama disebut buat saya terlalu manis, bukan enggak enak, jadi semua ini cocoknya buat yang suka minuman manis. Latte juga just okay, tapi sesuai hargalah.

Jangan lupa icip makanan, karena yang kami icip tak satu pun mengecewakan. Yang mesti dipesan adalah pisang tanduk serundeng. Sensasi baru makan kolak, dalam bentuk pisang goreng. Apalagi terhidang dengan pisang yang sudah matang, yum! Kata teman-teman, edisan chicken crispy alias chicken popcorn dan chicken wings with bbq sauce juga enak, saya tidak ikutan icip karena sudah kenyang (makan pisgor, oke).

Belum pernah mampir ke warkop ini karena jam bukanya malam. Meski judulnya warkop, jangan salah, ini tempat banyak barista belajar bikin kopi. Saya juga tahu soal warkop ini dari para barista, termasuk yang bekerja di kafe Jakarta. Teruuus logo warkop ini menggemaskan! Coba lihat gambar seorang laki-laki yang tengah meracik kopi di logo, itu mukanya mirip pemilik warkop lo.

Minuman kopi Warkop Doa Ibu ini jadi pelipur lara selama di rumah saja. Ulasan ini menandai pemesanan saya yang kedua. Sama dengan kali pertama, saya pesan mixberry latte dalam kemasan botol 500 ml dan kopi japanese iced coffee. Beda dengan pemesanan pertama, japanese coffee kali ini dikemas dalam botol kaca gelap—sebelumnya dengan botol plastik. Harganya sama saja lagi, 15 ribu rupiah untuk japanese coffee, sementara mixberry latte 40 ribu.

Mixberry latte yang berwarna pink—karena pengaruh sirop mixberry yang ditambahkan ke dalam minuman latte—merupakan salah satu minuman kopi 500 ml/1 liter yang ditawarkan Warkop Doa Ibu. Saya memang suka latte dengan campuran rasa berry dan menurut saya, mixberry latte ini sejauh ini yang terbaik. Di tengah rasa mixberry yang segar, rasa kopi pada minuman ini cukup tebal.

Japanese coffee juga saya suka! Rasanya kompleks, eh gimana, maksud saya ada rasa manis, asam, dan juga sedikit rasa getir khas kopi. Enggak tahu sih pakai biji kopi apa, berhubung pesan lewat WA dan enggak mau merepotkan—soalnya manual brew tidak tercantum dalam menu di akun Instagram maupun aplikasi ojek—jadi soal biji kopi terserah pemilik warkop saja.

Sering melewati tapi baru mampir. Enggak menyangka meski minuman Rarai harganya di kisaran 18 ribu-22 ribu saja, untuk rasa mantap! IMO semantap yang harganya di atas 30 ribu. Black rarai (18 ribu)—semacam americano—teksturnya cukup berani untuk harga sebegini, dengan sensasi rasa fruity di ujung sesapan. Pesanan saya satu lagi, minuman teh susu earl grey, hadir dengan rasa dan wangi earl grey yang juga cukup berani.

Untuk gerai yang terbilang mungil, Rarai tampak manis dari depan dengan cat biru muda dan bagian dalamnya nyaman, dengan beberapa jenis bangku termasuk sofa dan bangku ayunan. Juga berfasilitaskan stopkontak di hampir tiap meja dan toilet.

Omnikopi ada di Cibubur, lumayan nih saya jadi enggak perlu jauh-jauh ke Bintaro kalau ingin menjangkau Omnikopi. Lokasinya tidak jauh dari pintu tol Cibubur dan TSM.

Karena baru soft opening, kafe ini masih sepi ornamen tapi nyaman. Ada area smoking di teras depan--sebelah parkir--dan di dalam ruangan. Yang di dalam ruangan ini tertutup, sementara bar kopi ada di area non-smoking.

Ketersediaan menu juga belum lengkap, tapi lumayan untuk makanannya sudah ada makaroni dan lasagna. Jadi saya dan teman pesan kedua makanan itu, plus es americano dan es kopi susu omni.

Lasagna dan makaroni sama-sama enak dan mengenyangkan. Cita rasa lasagna, karena saus tomatnya, agak manis tapi saya suka yang seperti ini. Sementara makaroni, yang bertekstur lebih padat, menonjolkan rasa gurih.

Saya juga cocok dengan iced americano, bahkan ini salah satu americano favorit saya. Americano ini tidak terlalu berat dan kaya rasa, hint rasa buah ada, hint rasa cokelat juga. Tapi kalau menurut teman, es kopi susu omni masih sedikit terlalu manis. Tidak masalah karena kan banyak yang suka es kopi susu seperti ini, cuma bukan selera kami saja.