Ika Nurhayati

Personalized latte art! Brasa ini kedai kopi pertama di Depok, di mana kita bisa mencetak wajah dalam bentuk latte art. Jadi saya dan teman-teman antusias mencicipi kopi dengan personalized latte art ini juga gelato dan sorbet.

Terletak di antara Mie Jambret dan Bensu Pocin, Brasa saat ini hanya berkapasitas 17 pengunjung--2 bangku di antaranya berada di teras kedai. Tidak besar tapi lumayan lucu dengan nuansa merah kuning dan pintu merah yang mencolok. Tapi menurut saya, lebih nyaman bila bangku di dalam ruangan, yang hampir semuanya ditata di tengah ruangan, beberapa di antaranya dipinggirkan ke tembok. Biar lebih personal buat yang datang tidak dengan rombongan.

Menawarkan 6 rasa gelato dan sorbet, hampir semua sudah saya coba. Paling suka gelato yang rasanya unik, klepon karena ada kelapa parutnya, dan strawberry karena segar dan tidak terlalu asam. Yang dark choco juga enak deh buat yang suka cokelat.

Nah personalized latte art bisa dipesan untuk minuman hot latte dan cappuccino, secangkirnya 25 ribu plus 4 ribu untuk latte art spesial itu. Saya pesan cappuccino, dua teman saya yang datang belakangan pesan latte. Setelah pesan, kami dipotret dengan latar dinding yang berwarna putih. Setelah itu barista meracik kopi pesanan, lalu dengan mesin khusus mencetak latte art bergambar wajah kami.

Hasilnya keren! Lebih keren lagi, sempat saya diamkan 10 menitan sambil menunggu teman, latte art ini enggak berubah bentuk.

Untuk rasa kopi sendiri sayangnya biasa saja, tidak terasa aftertaste-nya. Padahal pakai kopi dari Caswell's, semestinya bisa lebih enak.

Sebenarnya ingin makan di lantai lebih atas lagi di Kuncit tapi kemudian malas jalan lebih jauh dan lihat Ta Wan ini mendadak belok.

Resto Ta Wan di Kuncit ini luasnya lumayan, karena mencakup area di pinggir eskalator yang jarang dilewati orang. Pas jam makan malam lumayan padat pengunjung. Saya pesan cakwe udang (44 ribu), brokoli scallop saus ta wan (51 ribu), dan air mineral.

Kecewa dengan brokoli scallop, walau rasanya enak, cuma potongan scallop mini banget enggak sesuai gambar dan jumlahnya sedikit. Baru mau bertanya mengapa begitu, tiba-tiba terdengar seorang pramusaji berteriak kepada rekan-rekannya, "Jangan terima menu yang ada scallop lagi karena scallop habis!"

Artinya, scallop di piring brokoli saya adalah sisa-sisa. Kalau memang sudah tidak layak dihidangkan, saya kan masih bisa pesan yang lain.

Ini baru kali pertama mencoba karena sebelum ini enggak ada outlet Eatlah dekat rumah maupun kantor. Sebagaimana di Eatlah lain, pesanan banyak datang dari ojek daring. Tapi waktu saya masuk ke outlet, antrean tidak terbentuk panjang.

Bungkus jumbo dory fish (sudah plus nasi dan telur ceplok matang/setengah matang 60 ribu), sayang camilannya kayak chicken wings belum tersedia padahal pengin juga. Begitu bungkusan dibuka, hmmm memang potongan ikan dori besar-besar dan lumayan banyak. Untung judulnya lagi icip bareng suami, kalau makan sendiri buat saya porsi ini terlalu besar.

Paket dory fish ini lumayanlah karena ada pedasnya, tapi malah saus telur asinnya kurang nendang. Padahal sausnya menyelimuti semua potongan dori dengan rata.

Relatif baru, kafe yang luasnya sedang ini nyaman banget. Bagian terdepan, yang merupakan ruangan smoking, berfasilitaskan bangku empuk yang bikin mager termasuk bean bag besar. Ruangan non-smoking juga sebagian bangkunya berjok empuk dan dilengkapi bantal. Pas saya datang lagi sepi, rasanya pengin tiduran.

Kayaknya pemiliknya ada hubungan dengan militer atau suka pernik berbau militer. Dari nama kafenya yang jadi istilah militer (tapi saya kurang paham artinya), warna hijau army yang mendominasi selain cokelat dan abu-abu, hiasan dan mural sampai password WiFi. Tapi enggak lantas jadi kaku yah kafe ini, seperti yang saya tulis di atas, malah nyaman.

Saat ini belum ada makanan berat, selain cookies cuma ada potato gratin dan spageti yang tinggal dipanaskan. Saya pesan iced latte (28 ribu sudah termasuk tax) dan potato gratin (26 ribu). Latte pakai biji kopi Sibodiala, disajikan di gelas yang besar. Rasa kopinya sedang alias tidak strong banget, tapi latte ini enak karena menyisakan aftertaste karamel. Tapi potato gratin terlalu manis, mungkin kebanyakan krim atau susu dalam adonannya. 

Saat ini kayaknya belum ada penanda yang jelas di luar, kecuali tulisan "coffee". Cukup ikuti petunjuk di maps pasti sampai, letaknya sebelum Hotel Prapancha dan lampu merah ke arah Kemang.

Ikut bungkus gara-gara kebetulan lewat sini dan teman-teman ingin bungkus. Tempat lebih luas daripada cabang pertama Bensu di Depok, tapi ramai mah tetap dan rada berantakan. Toiletnya, kata teman saya, ya begitu deh. 

Pesanan saya terdiri dari paket geprek leleh dan paket geprek leleh (25 ribu) level 1 dan paket geprek cabe ijo (20 ribu, enggak ada level pedasnya). Tadinya mau menambah jamur geprek atau kol goreng tapi kata kasirnya, menu tambahan kayak begini habis (padahal masih sore). 

Level 1 kata suami sudah pedas, tapi maklumi saja karena ketahanannya sama pedas kurang. Sementara yang cabe ijo menurut saya pedasnya biasa saja, cuma ini ayam Bensu yang paling renyah dan gurih yang pernah saya makan.

Sudah cukup lama eksis di Margonda, karenanya dibanding kafe kekinian, Kimung terlihat agak tua. Ini kali pertama saya mampir. Jelang magrib itu saya satu-satunya pengunjung di area non-smoking, di area smoking yang terbuka di atas tampak beberapa pengunjung lain. WiFi lancar dan ada musala, cuma belum saya tengok. 

Maunya pesan iced white, tapi kata stafnya entah mesin atau perangkat apa ada yang rusak, sehingga minuman itu tidak bisa disajikan. Saya disarankan pesan es kopi kimung (28 ribu belum tax), katanya campuran susu dan kopi arabika. 

Ternyata kopi kimung itu sejenis kopi vietnam, susu yang dipakai susu kental manis. Karena saya bukan penggemar kopi vietnam, buat saya kopi ini biasa saja. Buat yang suka kopi vietnam boleh coba ini, apalagi rasa kopinya kuat. Cuma di sisi lain rada kemanisan juga sih, mungkin standarnya begitu. Saya akan datang lagi buat mencicipi iced white atau cappuccino (yang mudah-mudahan sudah bisa dibuatkan) dan makanan.

Salah satu gerai di Food Avenue yang belum pernah dikunjungi, jadi saya memutuskan pesan makan malam dari sini. Isi menu tidak banyak, kata stafnya andalannya iga dan nasgor. Tapi saya tertarik dengan nasi suwir yang lauknya terdiri dari beberapa macam, jadi saya pesan nasi suwir (35 ribu belum tax) dan terong balado (5.500).

Cukup lama menunggu pesanan jadi, lebih dari 20 menit padahal gerai ini tidak ramai pengunjung. Mungkin karena terong baladonya diolah dulu? Tapi makanan ini sampai di meja tidak dalam keadaan panas, jadi entahlah kenapa saya harus menunggu selama itu.

Pada dasarnya nasi suwir ini enak, terutama berkat ayam suwir yang kayaknya berupa ayam bakar atau ayam asap karena masih tercium aroma asapnya--yang justru menambah selera makan. Lauk sayurnya, yang seharusnya berupa tumisan, habis, jadi diganti oncom kangkung.

Nah dari aromanya sih oncomnya sudah basi atau mau basi, karena juga pas dimakan rasanya enggak enak. Sayang padahal lauk lainnya oke, terong balado juga lumayan banget untuk harga sebegitu, dan oh ya sambalnya nendang. Jadi tolong diperhatikan apakah beberapa lauk masih layak dikonsumsi malam hari, terutama yang tersaji sejak pagi atau siang.

Bukan gado-gado berbumbu terenak yang pernah saya makan, tapi berporsi terbesar, baik sayurnya maupun bumbu kacangnya, iya! Bikin melongo saat dihidangkan, bumbu kacang melimpah sampai menutupi sayurnya. Dan akhirnya seporsi gado-gado (tanpa lontong) ini enggak saya habiskan, kekenyangan. 

Untuk gado-gado dengan porsi besar dan air mineral 600 ml, total 42 ribu rupiah di tempat yang cukup nyaman ini not bad at all. Wajar sudah jauh lewat jam maksi, ada saja yang mampir atau pesan via ojek daring. Di sini juga ada makanan lain selain yang pakai bumbu kacang, kayak nasgor, soto, dan gulai.

Sudah ada logo halal jadi merasa aman menyantap kue susnya. Di cabang ini maupun cabang lain pernah beli sus, roti isi vla durian, makaroni, juga beberapa jajanan pasar.

Kali ini pun beli sus (beli 3 gratis 1) isi vanila (satunya 15 ribu) dan durian (19 ribu), roti durian, plus roti Mickey isi cokelat (10 ribu). Saya tetap suka sus vanilanya, dengan vla yang creamy tapi enggak terlalu manis. Cuma buat roti dan sus isi durian terpecah nih massa, kata ayah saya rasanya berubah sementara kata suami sama saja, rasa duriannya memang artifisial.

Oh ya gorengan kayak risol dan pastel Dynamic enak, juga jajanan pasar kayak kue lumpur dan onde-onde.

Buat penyuka kopi yang domisili di Pondok Gede dan sekitarnya, kafe ini menarik karena juga punya roastery sendiri. Terbilang luas, dengan area smoking melingkupi area non-smoking dan bar kopi di tengah.

Konsep desain interiornya juga menarik. Sesuai judul pastinya di sana-sini berhiaskan ornamen berbau penerbangan, kalau enggak salah pemilik kafe semacam konsultan dunia penerbangan. Nah yang buat saya menarik itu, furnitur area non-smoking cenderung kekinian termasuk ada sofa dengan bantal. Namun area smoking, meski terbagi 3 di antara teras depan, teras belakang, dan bagian samping kanan resto, konsisten menghadirkan kursi bergaya Jawa bahkan di beberapa sudutnya ditambahkan lampu gantung khas Jawa.

Saya datang pas baru buka banget, jadi masih sepi dan belum beres sepenuhnya. Tapi bar kopi dan dapur sudah siap, jadi saya dan suami pesan cappuccino (28 ribu), chocolate hazelnut (33 ribu), waffle with nutella (25 ribu), dan pisang goreng (22 ribu). Latte art cappuccino maupun chocolate hazelnut kereeen, cuma yang chocolate sempat tersapu lengan baju saya jadi berantakan, sebal (juga karena baju bernoda cokelat).

Enggak percuma penampakan keren karena rasa kedua minuman ini enak. Chocolate hazelnut belum dicicipi saja sudah menguarkan wangi hazelnut, cappuccino nendang banget, salah satu terfavorit so far. Waffle kata suami lumayan, pisgor saya suka karena luarnya renyah banget dan dalamnya lembut manis.

Overall ini kunjungan yang menyenangkan, apalagi baristanya ramah dan asyik diajak mengobrol. Cuma nih gara-gara di pekan yang sama saya berkunjung ke sebuah kafe yang belum lama beroperasi dan kecewa melihat temboknya kusam, padahal awalnya bersih, jadinya saya perhatikan ada bagian tembok Kopilot yang sedikit retak dan catnya mengelupas. Kalau segera dirawat, pasti Kopilot lebih nyaman lagi deh.