@kenyangberduaan

Hari ini kembali datang ke salah satu toko ice cream yang populer di kota Jakarta. Ice cream yang infonya sudah beridiri sejak 1932, tanpa bahan pengawet dan menghadirkan rasa yang authentic.

Saat itu mencoba menu Chocolate Sundae, karena dulu pernah mencoba yang tutti frutti, tapi tidak terlalu suka. Oke back to Chocolate Sundae. Jadi ice cream ini disediakan dalam mangkuk kecil untuk dine in. Porsinya menurutku tidak terlalu banyak untuk ice cream seharga 30k. Rasa coklatnya enak dicampur dengan taburan kacang di atasnya. Sayangnya saat itu ice creamnya agak cepat cair, jadi harus makan agak cepat. 

Overall rasanya oke, tapi tidak terlalu special di hati aku hehehe.
Tempatnya memang terkesan jadul, yah karena memang disini bangunan lama. Kalau untuk yang mau dine in, Ragusa muat untuk -+30 orang dan penyajiannya cepat. 

Ketika sudah selesai makan ice cream kita bisa minta 1 gelas air putih dingin supaya tidak terasa “seret” atau sekadar untuk mencuci mulut.
Meskipun not my fav, tapi tetap aku rekomendasikan ke orang untuk mencoba ice cream legend ini.

Salah satu menu makanan andalan ketika ingin mencari referensi selain ayam geprek/ayam lamongan. 

Pada saat itu aku memesan nasi+ayam dan tahu. Kali kedua ini aku merasakan ayam gorengnya lebih tasty dan yummy dibandingkan dengan kali pertama aku kesini, sekitar beberapa bulan yang lalu. 

Perpaduan yang unik antara ayam goreng yang gurih, sambal pedas dan bawang bombay goreng yang menurutku rasanya cenderung manis sangatlah menggugah selera. Sambalnya menurutku cukup pedas, tapi masih nyaman di perut. 

Penyajiannya tergolong cepat meskipun pada saat itu memesan di jam makan siang. Saranku sih kalau misalkan mau dapat tempat duduk datang di jam awal makan siang hehehe.

Harganya sangat ramah di kantong dan pembayarannya bisa dengan cash atau dengan qris, so simple!

Warung ini tidak terlalu besar, bisa menampung kurang lebih 30-40 orang. Berada di pinggir jalan dan cukup mudah untuk ditemukan. Sayangnya memang disini tidak ada tempat parkir untuk motor dan mobil. Mungkin motor bisa nyempil di depan warung ini, namun tidak bisa banyak.  

Pergi ke Tanatap di saat weekdays ternyata tidak jauh berbeda ketika saat weekend, sama-sama ramai meskipun tidak seramai saat weekend. Banyak orang yang wfc disini sepertinya, terlebih Tanatap Ampera memiliki kapasitas yang lebih luas dibandingkan dengan cabangnya yang berada di Bekasi. 

Saat itu mencoba untuk memesan non-coffee, yaitu Ice Earl Grey Milk Tea dengan harga 42k. Untuk menu ini tidak bisa request less sugar ya, karena memang sudah jadi 1 porsi racikan. Menurutku rasanya biasa saja, jujur aku cenderung tidak terlalu suka dengan Earl Grey Milk Tea disini, selain itu tidak bisa pesan less sugar jadi tambah kurang suka, mengingat aku tidak terlalu suka minuman manis. Yaa karena saat itu penasaran jadi ya tetap pesan hehehe. 

Selain minuman, saat itu aku memesan Pasta Tanatap Aglio Olio, yaitu spaghetti dengan olive oil, garlic, chili, prawn and sausage. Menurutku porsinya cukup mengenyangkan, sosisnya fine, tingkat kematangan oke, namun sayang sekali saat itu udang yang aku makan seperti kurang fresh, padahal menjadi point penting dalam menu tersebut. 

Kelebihan Tanatap selain tempatnya cukup luas dan eastetik adalah tempat parkirnya tergolong sangat luas, mengingat di Jakarta jarang sekali sepertinya coffee shop yang menyediakan parkiran yang cukup luas.  

Bakso Kota Cak Man Malang di Jakarta. Cukup sulit bagiku untuk menemukan bakso malang yang cocok di lidah, karena kebanyakan jatuhnya seperti bakso Solo/Wonogiri. 

Di resto yang berada di ruko ini kita bisa memilih sendiri isian dari mangkok sesuai dengan yang kita mau, ada bakso halus, bakso kasar, bakso rawit, siomay dll. sebagaimana isian Bakso Malang pada umumnya. 

Bisa request kuahnya ditambahin kalau memang suka kuah yang banyak. Kuahnya adalah tipikal kuah bakso bening dan ini cocok di aku. Bawang goreng dan potongan daun bawang bisa diambil sendiri sesuai selera. 

Pada saat itu aku pesan bakso halus, bakso rawit, bakso goreng dan risol ayam. Harganya tergolong murah untuk porsi yang mengenyangkan ini, yaitu dibawah 50k. Rasa bakso yang menurut oke adalah bakso halus dan bakso gorengnya. Untuk bakso rawit menurut aku rasanya biasa saja.

Untuk tempatnya sendiri tidak terlalu luas, yah kurang lebih muat untuk 30 orang di dalam ruko tersebut. Parkiran aman karena di depan ruko tersedia tempat parkir untuk motor dan mobil. Cara mencapai ke bakso ini juga mudah karena berada di pinggir jalan raya. 

Sesepuh Kopi berada di pinggir jalan besar, diantara Alfa Midi dan Soto Jakarta Pak Haji Yus jadi cukup mudah untuk menemukannya. Pada saat itu aku berkunjung pada malam hari, jadi bisa parkir motor dan mobil di tempat Soto Jkt samping coffee shop persis. Kalau untuk pagi/siang hari aku kurang tahu apakah juga bisa parkir di tempat itu. 

Coffee shop ini terdiri dari outdoor (di halaman coffee shop) dan indoor yang terdiri dari 2 lantai, dimana di lantai 2 bisa memuat 20 orang. Di dalam ruangan ber-AC tersedia ruang non-smoking dan smoking. Kapasitas coffee shop ini -+50 orang. 

Pada waktu itu aku pesan 1 Hot Caffe Mocha dengan harga 35k belum termasuk pajak dan service charge, jalau ditotal sekitar 40k. Rasa kopinya sendiri bisa aku bilang enakk! Ingin tambah lagi, namun karena harganya cukup pricey jadi mengurungkan diri hehehe. 

Pada saat itu juga mencoba kue cubitnya, yang kalau menurut aku seperti kue pukis sih hehee. Cuma itu tidak masalah karena untuk rasa tasty dan kuenya wangi (karena terkadang ada kue yang rasa adonannya pahit). 

Ada alunan music spotify yang menurutku agak terlalu keras, jadi tidak terlalu cocok untuk melakukan wfc disini, entahlah kalau siang apakah musiknya juga cukup keras. 

Entah waktu aku datang saja, tapi pada waktu itu baristanya berisik sekali, saling ngobrol dengan volume yang cukup kencang. Yahh sebenernya ngobrol tidak apa-apa namanya manusia, tapi tidak seberisik itu juga, hehehe. 

Overall I would like to visit again, karena memang kopinya cocok di aku dan tempatnya cukup nyaman untuk ngobrol lama. 

Mencoba salah satu resto yang menyajikan steak dengan harga ekonomis (under 100k) di Jakarta, kenapa tidak? 

Jadi kemarin aku mencoba salah satu resto  di pusat Jakarta yang menyediakan menu steak dengan harga dibawah 100k.Steak-nya pun sudah lengkap dengan kondimennya.
Saat itu aku memesan rib eye dengan berat 100 gr dilengkapi dengan mushroom sauce, sayur dan mashed potato. Oh ya, pilihan sauce bisa mushroom/black paper. 

Saat itu aku pesan agar steak dimasak medium, namun sepertinya malah jadi well done hehehe, sad. Tapi tidak begitu menjadi masalah karena masih bisa dinikmati. Menurutku pribadi, porsi 100 gram untuk makan siang sudah cukup mengenyangkan. Sausnya sendiri cukup tasty, tapi sepertinya memang lebih banyak penyedap rasa dalam saucenya. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja yang seorang awam ini. Saat itu juga mencicipi garlic bread, yang menurutku rasanya tasty, tapi tidak terlalu spesial. Meskipun demikian masih oke untuk dijadikan pembuka/cemilan jika masih lapar hehehe. 

Suasana di resto cukup ramai saat itu, hampir semua kursi penuh karena pada saat itu aku berkunjung di jam makan siang. Kapasitas resto bisa untuk 50-70 orang. Meskipun ramai, tapi tidak berisik dan masih nyaman. 

Di depan resto ada kakek-kakek pedagang otak-otak dengan harga 6k/pcs. Jadi otomatis aku juga mencicipinya saat itu hehehe. Rasa otak-otaknya menurutku cukup tasty. Selain itu ada juga pedagang kue cubit dan mangga.
Overall Joni Steak dapat menjadi salah satu destinasi untuk mencoba steak dengan harga ekonomis dengan tempat yang bersih dan pelayanan yang baik.  

Mencoba menu makanan khas Jawa di Jakarta ternyata bukanlah hal yang sulit. Saat itu aku memilih menu “Nasi Gudeg” di salah satu tenant di Mal Golden Truly, salah satu mal di Jakarta Pusat yang terletak berdekatan dengan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yaitu "DAPUR JAWA". 

Mall GT sendiri menurut pengamatanku sudah sangat sepi, namun masih ada tenant makanan yang tersedia baik di lantai utama maupun lantai basement (UG).
Balik lagi ke Dapur Jawa yang terletak tepat di samping “Leko”, menyediakan varian menu yang beragam, antara lain adalah nasi langgi, nasi gudeg, aneka macam bubur (kentan/kacang ijo), bahkan tersedia pempek disini, hehehe. 

Terkait dengan harga, menurutku memang cukup middle up, pempek sekitar 30k paket nasi sekitar 40an.
Saat itu aku memesan “Nasi Gudeg” dengan harga 45++. Isian nasi gudegnya standard seperti gudeg kering khas Jogja, seperti ayam, tahu bacem, tempe bacem, telor pindang ½ porsi, krecek, ayam suwir, dan nangka. Porsinya mengenyangkan dan rasanya enak. Masih cocok di lidah orang Jawa seperti aku. 

Untuk minumnya aku memesan jeruk hangat dari jeruk asli, saat itu aku request less sugar dan mendapatkan pesanan sesuai catatan. Jeruknya segar dan sedikit kecut, tapi untuk ukuran minuman jeruk asli takaran jeruknya tidak pelit.

Selain menu utama, aku juga memesan bubur ketan hitam yang dicampur kacang ijo. Menurut aku teksturnya pas dan rasanya cukup oke, namun dilidahku masih terlalu manis, karena kebetulan aku tidak terlalu suka makanan/minuman yang manis. 

Kalau untuk rasa tentu aku akan senang hati kembali kesini, tapi kalau untuk harga, mungkin saat tanggal muda ya hehehe.
Suasana resto ini tidak terlalu ramai, mala cenderung sepi jadi cukup nyaman untuk makan disini meskipun di jam makan siang. Tempat duduknya lumayan banyak, ada yang non smoking dan smoking (meskipun ada di dalam mall). Jadi resto ini bisa jadi referensi ketika ada di Mall GT atau sedang ada kegiatan di PN Jakarta Pusat.