Micwengeneral B

WEE NAM KEE BERBEDA DARI NAM KEE (HONG KONG). ● Mencicipi Wee Nam Kee, Grand Indonesia, set chicken ricenya dihargai 55 ribu, termasuk minum. Ayamnya sepertinya bukan ayam kampung; saya lebih menyukai ayam kampung terus terang karena lebih wangi.
Namun overall Wee Nam Kee good juga ayamnya. Tipikal ayam kecap sepertinya. Telur kecapnya sendiri cukup buttery juga.
Tempatnya sederhana saja, khas restoran chicken rice umumnya. Cuma, bedanya agak remang - remang dan sepertinya ada aksen kayu sebagai pelengkap.
Restorannya ramah disabilitas. Singkat cerita, Wee Nam Kee ini kepunyaan Singapura, teorinya, dan jualan ayam yang seperti saya cerita di atas. Berbeda dengan Nam Kee doang, yang basisnya di Hong Kong, jualan kwetiau sup dan bakso dsb.
Maksud saya, jangan salah persepsi namanya hehehehe.

Kali ini saya yumcha di May Star cabang Emporium Pluit. Saya selain pesan dimsumnya, juga memesan sup baso udang chachoy, supnya seperti biasa enak. Dimsum kuenya juga ada satu yang bau pandan, pulen juga. Like it.
Cuma, kuotienya keluarnya lemot. 45 menitan baru jadi.
Oh ya, kalau siang ini weekday ada promo sampai setengah 5 sore, dimsumnya per item 17 ribu seingat saya.
Tempatnya agak menyudut padahal dari luar terlihat melingkar. Coraknya hitam - putih, dan ramah disabilitas. Tidak ada pembulatan billing juga, namun sayang ATM belum wireless.

LEBIH BAIK DARIPADA CABANG PIK. ● (Kembali) makan di Tim Ho Wan Grand Indonesia, saya nggak mengerti mengapa malah cabang Grand Indonesia itu lebih enak dari yang di PIK. Pesan semua yang biasa saya pesan, nasi sosis ayam jamur, bakpau BBQ bun, wonton...
Semuanya so fine. Beda banget dengan di PIK.
Cuma catatan, harganya. Rata - rata sudah 38.8 ribu, 40 50 ribu. ATM juga belum wireless. Tapi, tempatnya itu ramah disabilitas deh, dengan livery warna mayoritas hijau, sesuai warna logonya.

RASELA = ROSEDALE? ● Let's try canteen food!
Saya jujur lagi agak tergoda warteg gara - gara reviewers di Youtube yang menampilkan street food terbaik di Jakarta, salah satunya adalah warteg. Kebetulan di Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara (Binus Anggrek) di kantinnya ada satu jualan katering mirip2 warteg begitu, namanya Rasela. Saya beli deh nasi di sana.
Nasinya saya tambahin telur gulai, rendang, capcay, kering tempe, ayam goreng tepung, dan diguyur saus gulai telurnya itu. Memang not bad sih, terutama telur gulainya itu yang tidak kaku.
Harganya juga masih decent. 34 ribu sepiring.
Mungkin kritik saya yakni terhadap ayamnya yang kurang garing sedikit. Dan, proporsi lauk dan nasinya tidak seimbang.

Sebetulnya kemarin ini saat membeli Fiesta Steak cabang Central Park Mall, saya juga memboyong Bakso Afung. Waktu itu mintanya campur, jadi ada potongan babat dan daging, lumayan juga babatnya.

FREAKMENT = NASI KUNINGNYA TONY ROMA'S + FRENCH ONION SOUPNYA. ● Pertama kali saya mengemil Tony Roma's/TR ketika dulu dia masih di Wahid Hasyim, zaman 2006 - 2009. Dulu waktu itu saya sangat suka sup french onionnya, dicampur nasi kuningnya, dan satu lagi favorit saya, sandwichnya yang sirloin cheddar grille.
Waktu berlalu, kini zaman sudah berubah. Dulu saya hanya mengenal TR sebagai restoran mahal, kini sudah ada Samwon Garden, Fairmont Jakarta, Katsura, Taste Paradise, dan segala macam yang lain. Namun, saya masih kurang sesuatu hal.
Ya, nggak ada data dari TR.
Maka, kali ini saya mencoba bertandang ke TR yang di Lippo Mall Puri, lebih tepatnya di PX Pavillion. Tempatnya agak kecil, namun mejanya kayu dan...
...Entahlah. Nyaman, lah. Bersih pula.
Namun, apa yang terjadi dengan hidangannya kini? Nggak, hampir nggak ada yang berubah. Baby backnya enak walau dagingnya agak kurus, french onion soupnya juga masih sama mengesankannya seperti dulu walau kini kalah tipis dari supnya Riva, Park Lane Jakarta. Enak dimakan dengan nasi hehehehe. Kentang gorengnya pun garing seperti dulu.
Citra mahalnya juga sama saja seperti dulu, ribnya kini hampir 600 ribu! Total 1.1 juta setelah saya memboyong ribnya itu, chicken & sausagenya, sup onionnya itu, nasi, dan minum, dengan tax & servis 7.5 persen dan 10 persen. Sausagenya sendiri enak.
Sepertinya TR dari dulu hampir sama saja. Walaupun demikian, karena zaman sekali lagi sudah berubah, maka kini saya ada penyesuaian poin untuk TR. Maklum, dulu saya hanya tahu TR saja, kini sekali lagi sudah ada Samwon Garden Fairmont dkk.
Nonetheless, zaman boleh berubah dari analog menjadi serba digital. Namun, jiwa ribsnya TR jangan dilupakan, ya.
Terakhir, ATM di TR sudah wireless, jadi tidak perlu ke kasir. Sepertinya ramah disabilitas juga, so cukuplah untuk menguatkan hal itu.

TEKONYA RETAK. ● Lunch sore di Warung Tekko cabang Mal Artha Gading, Kelapa Gading, saya mendapat kejadian yang kurang menyenangkan di sana.
Pertama, iga penyetnya sudah pada habis!
Kedua, saya pesan tahu gejrot dan bakso tahu, tahunya apek!
That's why tekonya retak. Padahal saya suka tuh iga penyet. Tapi gantinya, saya pesen empal penyet, enak juga sih untuk seharga 37 ribu. Walau empalnya agak sedikit liat.
Tempatnya agak gelap namun meja kotor nggak dilap tadi. Meja dan bangkunya kayu semua.

STEAK FIESTA..? ● Tidak juga untuk sekarang, namun Fiesta Steak masih ada jati dirinya. Maklumlah.
Sebetulnya saya sudah lama tidak makan Fiesta Steak. Namun, kali ini saya berada di foodcourtnya Central Park Mall yang Urban Kitchen, dan akhirnya saya beli Fiesta.
Mahal sekarang to be swallowed. Habis 130 ribu begitu.
Cuma dia memang masih ada jati dirinya, sekali lagi. Terutama sausnya itu yang kental dan hangat - hangat. Cocok banget dengan nasi.
Steaknya pun masih empuk walau kini agak hambar. Kentang gorengnya juga masih khas dan cukup besar - besar, kayak dulu.

BAKSO YANG TERLUKA. ● Lama tidak ke Bakso Lapangan Tembak Senayan. Jujur, saya tidak begitu bisa mendeskripsikan baksonya dia seperti apa. Tadi saya mencobanya di cabang Gajah Mada Plaza, saya nggak bisa membayangkan apa - apa.
Yang jelas, agak kelunakan. Biasa saja lah.
Porsinya sendiri juga agak sedikit dengan harga 29 ribu. Volume kuah sekitar 300 - 350 ml, baksonya 4 buah. Namun, baksonya untungmya butirannya cukup besar. Walau ya itu tadi, kelunakan.
Tempatnya memanjang. Dulu sebelum Bakso Lapangan Tembak tempatnya itu tadinya adalah Glosis. Tempatnya ramah disabilitas.
Oh ya, saya hanya ingat sebelum makan di cabang Gajah Mada Plaza itu, saya pernah makan di cabang langsung Senayan. Saya ingatnya, saya kebanyakan kasih saus tomat hehehehe.
Dan, minya untuk mi bakso agak berbeda modelnya. Yang tadi waktu di Gajah Mada Plaza model minya mi keriting, dulu di Senayan model mi kuning begitu agak lebar sedikit.
All in all, baksonya terluka karena biasa saja. Sekarang lebih enak di Bakwan Surabaya Basoga Plaza Semanggi dan Bakso Afung.
Kecuali butiran baksonya yang cukup besar.