Micwengeneral B

Barusan saya beli kue sus Beard Papa's di Central Park. Saya mix isinya antara vanila dan cokelat, totalnya 37 ribu nett. Susnya wangi vanila.

Yang isi cokelat juga rasanya cokelat light kayak hot chocolate di beberapa gerai. Gerainya kios, mungkin.

Beberapa hari lalu saya makan di HokBen cabang Mal Taman Anggrek, lagi. Beli tori ball-nya, enak mirip nugget namun tidak 100 persen nugget karena isi ayamnya berupa daging ayam yang dipotong kecil - kecil bukan daging ayam yang dicincang. Unik, sih.

Beef teriyakinya manis seperti biasa, pemesanannya juga cukup express tinggal antri, pilih dish-nya, dan bayar.

Tapi kemarin itu saya tidak kebagian tahu baksonya, jadi beli wontonnya saja. Lumayan, saya tetap lebih suka bakso tahunya.

Di Grand Indonesia, tepatnya di foodcourtnya, saya sempat juga jajal Pezzo untuk pertama kalinya.

Pesan pizza yang rasa telur asin. Beli per potong 30 ribu nett, per 3 potong 85 ribu nett. Kalau per loyang saya belum tahu berapa.

Yang pasti, aroma telur asinnya tercium. Rasanya cukup asin, roti pizzanya agak tebal namun tidak keras, sih. Ada topping ham juga yang cukup besar irisannya.

Terlepas dari itu, mineral waternya overpriced. 10 ribu hanya 330 ml. Di Eggo yang tidak jauh dari Pezzo saya bisa beli mineral water 600 ml dengan harga yang sama.

Pizzanya sih decent, cukup funky untuk iseng - iseng camilan. Apalagi bisa per potong seperti itu.

Saya ingin berkomentar tentang Kwetiau Sapi Pontianak 88 yang di NEO Soho, sebelahan antara Kyodong atau Ton Thip. Kwetiaunya ditambah urat sapi, uratnya kayak agak dingin. Kweitaunya juga lebih enak Aciap dan kwetiau yang di daerah Gajah Mada - Hayam Wuruk.

Oh ya, foodcourtnya NEO Soho kok juga masih rada sepi, ya?

Beli minuman cendol di Cendol Elizabeth, Mal Taman Anggrek, saya beli rasa taro. Minuman taro-nya tidak berimbang; seperti tidak teraduk, bagian atasnya lebih manis daripada bagian dasar minuman.

Dan, cendolnya tidak begitu wangi, memang, masih beraroma tepung. Biasa banget cendolnya.

Ada gerai spesialis hidangan buntut sapi lainnya, kali ini di Mal Taman Anggrek. Berdampingan dengan restoran piring lava Pepper Lunch, gerai ini bernama Chop Buntut Cak Yo.

Kedai Cak Yo ini baru buka sekitar beberapa bulan. Jadi, saya mencobanya hari ini bersama teman saya.

Gerainya lebar dan ramah disabilitas. Namun, Cak Yo ini juga terdapat panggung khusus meja bersofa. Sayang, kompatibilitasnya terhadap Chope dan Eatigo nihil, sepertinya.

Dan, walaupun spesialisnya buntut, secara mengejutkan iganya lebih menonjol menurut saya. Maklum, saya memesan iga karinya, iga dan karinya gurih, terus terang. Wangi, berbeda dengan buntutnya yang masih berasa kurang cukup rempah.

Buntutnya sendiri dibakar dan bumbunya seperti berasa terasi, mungkin karena itulah buntutnya tidak terlalu wangi. Dan, baksonya sendiri juga masih lebih terlihat mapan daripada buntutnya itu. Ya, baksonya lebih enak.

Buntutnya dan hidangannya secara keseluruhan juga sedikit mahal, walaupun masih dalam taraf wajar. Totalnya 290 ribuan, tax & servisnya 15.5 persen, dan sayang sekali, di Cak Yo juga ada rounding bill (walapun memang saat bayar saya menggunakan tunai, mungkin kalau pakai ATM tidak begini ceritanya).

Jadi Cak Yo tampak jelas, bahwa iganya lebih menonjol ketimbang buntut spesialisnya itu.

IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk