Ramen 38 Sanpachi

IG: FOODIOZ
Aku sudah beberapa kali mencoba ramen brand satu ini di cabang yang berbeda2. Seperti outlet lainnya, mempunyai konsep yang sama, didominasi dengan warna merah dan hitam, meja kursi minimalis dan hiasan lentera yang mewarnai ruangan.
Cabang ini sangat ramai sekali pada saat penghujung pekan. Sebelumnya tidak lama aku baru makan jigoku ramen denga. Level 5 yang sangat pedas.
Nah kali ini aku coba menu yang sama tapi dengan Kepedasan level 3. Namun ternyata rasa yang dihasilkan tidak berbeda. Keseluruhan hanya rasa bubuk cabe yang kuat dan asin.
Menurutku ramen disini akan kurang cocok dengan lidah yang tidak bisa kobsumsi pedas. Selain itu di outlet lainnya aku mendapat potongan ayam 2 potong, tapi disini hanya satu potong. Aku rasa sebaiknya mereka menyajikan konsistensi makanan.
Tekstur mie ok, tidak terlalu keras juga tidak lembek. Hanya saja untuk menikmati ramen jepang, aku tidak akan merekomendasikan satu ini dimana hanya rasa pedas bubuk cabe yang berperan.

Restoran spesialis ramen ini mnrtku semakin kehilangan peminatnya, seiring semakin banyaknya cabangnya yang sudah tutup. Tempatnya di sini ga terlalu luas, dengan dekorasi dominan warna merah. Pencahayaan di sini agak kurang terang juga. Kebersihan di dining area cukup bagus, tp di kitchen yg bs diintip dr luar agak berantakan dan kurang higienis.
Pelayanannya mnrtku sangat buruk. Waiternya sudah ga ramah pake jutek pula. Benar-benar sangat menyebalkan. Penyajian makanan juga tergolong lama, pdhl ak cuma order 1 menu aja.
Menu yg ak order Jigoku Ramen - Medium (Rp 65k++) level 3. Kuah ramen-nya berasa pedas, pedas dan pedas. Udah kayak makan kuah cabe aja. Abis itu irisan daging ayam cuma dikasih 1 slice aja. Mnrtku sih keterlaluan porsinya. Tekstur mie-nya terlalu keras dan kurang kenyal.
It's really bad ramen, terrible service. Just waste your money here.

Kedatangan saya ke kedai ramen yang satu ini sebenarnya macam uji nyali. Di awal kemunculannya siapa yang tidak penasaran dengan Jigoku Ramen milik Sanpachi, namun kini kemahsyuran Jigoku Ramen nampaknya tinggal legenda.
Terakhir makan di gerai Citos saya kecewa karena benar-benar tidak seperti Sanpachi yg saya kenal diawal tahun 2000-an. Saya bahkan sempat berjanji tidak akan makan di sana lagi, sampai akhirnya saya penasaran karena gerai di Kokas ini selalu penuh. Berbekal perut lapar dan asa yang membuncah akan semangkuk ramen hangat dan nikmat nyatanya saya tetap kecewa.
Jigoku level 5 tidak sama sekali terasa pedasnya, dominasi rasa asin lebih kuat ketimbang pedas di kuahnya. Sementara Mabohmen berkuah kental favorit saya dengan potongan tahu jepang serta cincangan daging pun muncul mengecewakan. Potongan tahu terlalu besar, dan daging cincang hampir tidak terasa di sana.

Ah sudahlah, intinya saya kecewa. Sanpachi, kau bukan yang dulu lagi...maafkan kalau saya pasti akan memilih si kece Ikkudo Ichi ke depannya.

Terakhir makan di Ramen 38 itu di Pacific Place yang sudah lama tutup. Dulu kalau makan tidak pernah menikmati makanannya karena selalu hanya makan Jigoku ramen dan adu tinggi level sama teman2 kantor.Outlet di Kokas ini selalu terlihat ramai jadi penasaran untuk datang kembali. Saya pesan :

* Kuro ramen - ramen dengan kuah special berwarna hitam dari tinta cumi. Tekstur ramennya cukup kenyal, kuahnya tasty tapi terasa sedikit keasinan.Karena saya pencinta makanan dengan bahan dari tinta cumi, saya suka juga rasa kuah ramen ini meskipun overall rasanya tidak istimewa.

* Wantan ramen - shoyu ramen dengan dumpling. Kurang suka karena rasa kuahnya asin banget, dan rasa dumpling/pangsit rebusnya juga kurang enak.
Untuk saat ini sepertinya resto ramen ini belum masuk ke list ramen favorit saya.Mungkim next saya mau revisit ke outlet yang si Melawai yang rasanya lebih autentic.