RI 347 | Rihana & Ismail

Karena hujan, ruangan indoornya jadi terasa dingin sekali. Tapi waitersnya langsung menawarkan untuk mematikan AC dibagian depan meja saya.

Order Hot Mochacino (35k), rasa kopinya lembut banget dan coklatnya juga pas. Seneng liat art latte nya gambar beruang lucu.
Es Kopi Susu Tradisional-Gula Aren (30k), kopinya berasa banget dan ga begitu manis (karena memang request less sugar).

Pop Tofu (30k), tahunya ukurannya kecil-kecil, luarnya kering banget dan dalamnya lembut, ada campuran seperti aci gitu jadi lebih kenyal, makannya dicocol pake sambal kecap dan porsinya juga banyak banget.
Onions Ring (30k), wangi khas bawang bombay kerasa sekali, tapi sayang agak berminyak. Saya senang saus tar-tarnya, rasanya gurih dan tidak terlalu terasa bau bawang.

Tempatnya selalu ramai, apalagi di jam makan siang atau malam. Resto khas makanan sunda ini tampil dengan saung-saung lesehan. Paling pas datang kesini bersama keluarga.

Sate Ayamnya juara banget, kuahnya kental dan dagingnya empuk. Karedok, rasanya juga enak, sayurannya fresh, bumbu kacangnya pas lengkap dengan tahu tempe dan kerupuk.

Gurame Asam Manis, dagingnya lembut bumbunya juga meresap. Oncom Leunca, oncom dipotong dadu ditumis pake leunca, ini enak banget rasanya gurih segar. Tempe Mendoan, kurang kering & kurang gurih.

Shafa Kabab adalah salah satu jajanan yang sudah legendaris. Lebih dari 10 tahun berjualan kebab di tempat yang sama tanpa pindah-pindah. Bukanya mulai jam 6 malam sampai tengah malam. Kalau weekend biasanya antriannya panjang kadang sampai waiting list

Ada berbagai macam ukuran kebab, mulai dari yang kecil-sedang-besar-libanis-jumbo. Harganya kisaran 10k-25k, makin besar makin mahal. Favorite saya sih yang libanis, karena ukurannya pas tidak kekecilan atau kebanyakan. Kalau mau sharing pilih yang jumbo oke banget bisa dibagi 2-3 orang.

Isian kebabnya ada daging sapi yang sudah dikasih bumbu & di iris, salada, bawang bombay, keju lembaran, saus sambal dan mayones. Soal rasa sudah tidak diragukan lagi, rasa kebabnya tuh authentic sekali. Sangat terasa khas wangi daging bakarnya, rotinya lembut dan isiannya pun padat.

Biasanya ayam geprek hanya di geprek diulekan beserta dengan tulangnya dan diberi sambal diatasnya.

Kalau yang ini beda, ayamnya bener-bener tanpa tulang yang di geprek diaduk dengan bumbu dan sambal. Rasa bumbunya ada khasnya, seperti paduan bumbu kari dan sambal. Ayamnya kering luarnya dan lembut dalamnya. Rasanya enak banget, wangi bumbu karinya terasa banget. Ayam geprek disimpan diatas nasi panas yang pulen dan ditambahkan irisan ketimun.

Ada macam-macam level mulai dari 1-5, kalau saya sukanya level 2 karena pedasnya pas ga terlalu berlebihan. Ada berbagai macam topping juga, tambahan keju parut atau keju mozarella+telur dadar bisa.

Bernuansa modern dengan unsur sentuhan Javanese dihadirkan disini. Walaupun dipinggir jalan lokasinya tapi suasananya sangat tenang. Detail dekorasinya pun bernuansa Javanese, mulai dari meja yang dibalut kain batik hingga kursi berbatik.

Menu yang ada disini, modifikasi dari Western Food dan Indonesian Food. Saya coba menu yang ada campuran keduanya, Yaitu Fried Spagetthi Ala Java, kalau diliat sih ini seperti Mie Tek-Tek atau Mie Jawa gitu, hanya saja Mienya diganti menggunakan pasta, ditambah potongan daging ayam dan toge. Tekstur pastanya terlalu kematengan jadinya agak lembek dan juga berasa bau togenya. Rasanya manis banget dan sambal juga ga pedas, seperti makanan Jawa.

Pelayanan disini oke banget, dari mulai saya datang hingga pulang pegawainya ramah dan penyajiannya juga cepat. Ohiya chefnya juga komunikatif sekali dengan mengunjungi meja para pengunjung untuk tau penilaian dan respon makanannya.