Eliza Saliman

Depot 3.6.9 terletak di ruko boulevard kelapa gading yang menurut saya mungkin lebih terkenal di kalangan orang - orang tua karena menyajikan makanan shanghai yang otentik. Rukonya tidak terlalu besar dan penataan tempat duduknya terlalu mepet, tapi untungnya tidak terlalu banget. Waktu itu saya pesan Nasi Goreng 3.6.9 (IDR 37k) dan Shanghai Chicken Steam (IDR 65k). Karena resto ini menyajikan makanan non-halal, nasi gorengnya ditumis lapchiong (chinese pork sausage) dan juga memakai kecap manis. Rasanya lumayan namun tidak terlalu istimewa, begitu juga chicken steamnya. Apalagi dengan harga yang cukup mahal, tidak sebanding dengan rasanya yang biasa saja.

Kwetiau Sapi Hayam Wuruk yang saya kunjungi ini terletak di ruko boulevard Kelapa Gading. Karena saya memang penggemar kwetiau goreng, maka saya memesan kwetiau goreng di sini. Sayangnya, kwetiau gorengnya terlalu "pucat". Bukan karena kurang kecap, tapi kurang ada warna dan rasa "smokey" (wok hei) ketika menumis kwetiau goreng tersebut. Wok hei bisa ditimbulkan dengan cara menggoreng dengan api besar dan dengan durasi yang cepat. Overall, untuk rasanya sendiri, kwetiau nya sudah dibumbui dengan baik.

Beautika merupakan salah satu pioneer menjamurnya restoran manado di Jakarta. Dari segi konsep, hampir sama dari semua restoran Indonesia biasa, kecuali pada saat pemesanan makanan. Konsepnya, kita memesan dulu dengan memilih dari deretan makanan yang di display sebelum kita duduk.
Waktu itu gue pesen beberapa makanan:
1. Paniki (4/5)
Kalau ada yang belum tau, paniki adalah daging kalong yang dimasak dengan bumbu cabai hijau. Mungkin untuk sebagian orang merasa enggan untuk memakan paniki apalagi setelah tau apa paniki itu sebenarnya. Bahkan untuk saya, saya semakin penasaran dan akhirnya saya pesan juga panikinya.
2. Bunga Pepaya (3/5)
Rasanya biasa saja dan pedas.
3. Ayam Rica (4/5)
Dimasak dengan bumbu rica dan rasanya cukup pedas namun sedikit terlalu berminyak. Daging ayamnya pun empuk dan bumbu nya cukup meresap.
4. Sate Marlin (3/5)
Ikan Marlin mempunyai tekstur seperti salmon atau tuna yang tidak terlalu lembek dan sate yang disajikan beautika berupa 3 potong ikan marlin yang cukup besar dan dijadikan sate. Dikarenakan teksturnya yang ga lembut, sedikit susah untuk memakan potongan – potongan yang cukup besar itu, namun secara rasa lumayan enak juga.
5. Cakalang Rabe Rica (4/5)
Yang membedakan bumbu rica biasa dengan rabe rica. Rabe rica dimasak dengan tomat hijau sehingga menghasilkan rasa pedas asam yang segar. Cakalang rabe rica ini enak dan lebih pedas dari rica biasa.

Secara keseluruhan, rasa makanan di Beautika lumayan enak namun harganya cukup mahal dan porsi yang ga terlalu banyak untuk makan sharing. Sebenarnya dari seluruh makanan yang saya pesan, saya paling suka bumbu yang dipakai untuk paniki ini. Namun, untuk dagingnya sendiri, saya lebih memilih daging lain.

Hacienda berada di daerah senayan, yaitu itu di gedung Plaza Arcadia. Dari gedungnya sendiri sudah terlihat kesan mewah, begitu juga dengan dekorasi interior dari restoran Mexico yang terkenal di kalangan expat ini. Ya, rata - rata pengunjung yang terlihat saat saya pergi ke sana adalah para expat. Design interiornya memang terlihat modern dan terdapat sekat berupa rak pajangan untuk memisahkan bar dengan dining section nya. Suasanya terasa hangat dan romantis dengan penataan lampu yang sedikit remang - remang.

Saat pergi ke sana saya sangat excited melihat menu yang ditawarkan adalah otentik Mexico dan dengan bagitu saya bisa mencoba rasa yang baru. Saya memesan taquitos (IDR 85k), yaitu appetizer berupa tortilla yang digulung, digoreng dan diisi irisan daging sapi, disajikan dengan guacamole dan salsa. Saya pribadi sangat suka guacamole dan salsanya, bahan - bahannya fresh banget. Selain itu tortilla nya juga crispy dan daging sapi nya juga enak. Namun, porsinya sangat sedikit, apalagi untuk harga yang cukup mahal. Jadi harus merogoh kocek cukup dalam untuk makan di sini.

Miso Chicken Katsu (IDR 74k for ala carte) disajikan dengan claypot yang bentuknya cukup unik dan terlihat tradisional. Dari segi rasa, secara keseluruhan, makanan yang saya pesan lumayan enak, misonya sangat terasa dan ayamnya digoreng dengan baik dan tidak terasa berminyak. Namun, lama - kelamaan rasa asin misonya cukup mengganggu. Jadi, lebih baik disantap dengan nasi (pesan yang set) sehingga rasa asinnya bisa diimbangi.

Paul adalah sebuah restoran Perancis yang menyajikan dessert dan pastry sebagai menu andalan. Namun, tidak cuma menyajikan dessert, restoran yang terletak di Pacific Place Mall ini juga menyajikan beberapa main course.

Pada kunjungan saya waktu itu, restoran sangat ramai sehingga saya akhirnya mendapat tempat di outdoor seats. Suasananya oke dan udara saat itu cukup panas dan banyak nyamuk, jadi kurang menyenangkan untuk saya, mungkin karena saya duduk di luar.

Saya memesan tartelette chocolat (IDR 50k) dan tarte a la rhubarbe (IDR 45k). Porsinya bisa dibilang tidak besar dan rasanya pun juga tidak sampai enak banget. Tapi dari 2 dessert yang saya pesan, saya tart cokelat adalah favorit saya. Cokelatnya terasa banget paitnya. Untuk tart rubarb nya, mungkin karena memang rasa rubarb yang asam dan sepet buat saya tidak suka. Namun, tidak hanya itu, tart base nya keras dan agak gosong sehingga menambah kekecewaan saya apalagi dengan harga yang agak mahal untuk rasa dan porsi nya.

But, I wanna go back there for pastries cause I heard they are good.

Siang itu saya sedang berada di daerah Cempaka Putih dan memang sengaja mencari resto bebek karena lumayan cukup banyak di sana. Setelah beberapa lama keliling kawasan tersebut, saya akhirnya tertarik dengan resto bebek yang satu ini, Bebek Garang. Bisa ditebak dari namanya kalau resto ini menyajikan sesuatu yang unik. Benar saja, setelah membaca menunya, terdapat aneka masakan bebek dengan nama - nama yang unik dari bebek debus yang recommended, sampai bebek petasan yang merupakan menu baru. Karena saya adalah penggemar makanan pedas, saya merasa tertantang dan akhirnya saya memesan Bebek Petasan (IDR 22k). Tak berapa lama, pesanan saya pun datang. Terlihat diatas meja saya sebuah mangkuk berisi bebek dan potongan tahu yang terendam kuah menyerupai soto santan, dan setelah saya mencicipi kuahnya, saya pun tersentak. It's crazily hot and spicy! Apalagi, tidak cuma kuahnya saja yang terasa pedas, ditambah dengan bebek gorengnya yang dilapisi cabai dan juga potongan kecil tahu gorengnya yang panas menambah sensasi kepedasannya di lidah dan tenggorokan. Bumbu - bumbu didalam kuahnya terasa lumayan enak, tapi sayangnya lama - kelamaan hanya pedasnya saja yang terasa di lidah. Apalagi di dalam restonya terdapat sedikit ruang terbuka dan udaranya memang cukup panas saat itu. Tak terhindarkan, keringat pun bercucuran. Sangat dianjurkan untuk menyantapnya bersamaan dengan nasi untuk mengurangi rasa pedasnya. Untuk rasa bebeknya sendiri bisa dibilang biasa saja. Jadi,sebenarnya makanan dan resto Bebek Garang ini lebih cocok untuk yang hobi makan makanan pedas daripada yang ingin mencari rasa bebek yang enak.

Dulu waktu masih SD mungkin ya, saya suka makan di Vegas Hotdog yang lokasi nya di Taman Anggrek. Sekarang yang di TA uda tidak ada dan buka 2 cabang di Tribeca CP dan Gading walk MKG 3. Kalau dulu ke Vegas Hotdog pasti selalu antri, mungkin karena tempat yang di TA itu kecil. Nah, yang di gading ini tempatnya cukup besar, dan waktu itu saya makan di sana tidak terlalu ramai, jadi mudah untuk dapat tempat duduk. Meja - meja dan counternya mengingatkan saya pada restoran fast food di US (never been there before, it's just too much tv series and movies).

Hotdog yang dijual di sini unik - unik, jadi bukan hanya sekedar sosis di dalam roti hot dog. Ada tema menu hotdog all over the world, jadi fusion hotdog dari berbagai negara, dari Indonesia, yaitu rendang hotdog sampai hotdog dari Perancis yang isinya cordon bleu! Saya memesan makanan dari menu tersebut, yaitu washington dc (IDR 45k). Jadi selain sosis, hotdog nya juga diberi chili (minced beef) dan juga melted cheese, yang membuat hotdog ini lumayan enak. Yum!