Freddy Wijaya

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya restoran bak kut teh ini muncul juga di Kelapa Gading. Sebelumnya saya harus mampir ke PIK dulu apabila sedang ngidam Song Fa.

Overall cabang MOI ini lebih kecil dibanding cabang PIK sehingga terkesan lebih crowded juga. Pelayanannya cepat tapi tidak konsisten, waktu kunjungan terakhir pesanan kami beberapa kali salah diberikan.

Bagaimana dengan makanannya? So far Song Fa masih menjadi bak kut favorit saya di Jakarta, daging pork nya empuk dipadu dengan kuah lada yang mantap.

Selain bak kut kami juga memesan beberapa side dish seperti cakwe, kacang dan sayur asin. Semuanya enak, hanya kekurangannya semua porsi makanan disini menurut saya sangat kecil dibanding harganya yang tidak murah.

Resto Manado ini terletak di samping apartemen WGP dan posisinya bukan di depan jalan raya, jadi kalau tidak pakai Maps kemungkinan orang tidak akan ngeh kalau restoran ini ada.

Tempatnya sendiri tidak terlalu besar tapi modern, bersih dan terang. Bahkan bisa dibilang lebih mirip kafe daripada resto Manado.

Berhubung kami kesini hanya berdua, kami hanya pesan nasi goreng saja karena kalau pesan lauk takut kebanyakan.

1) Nasi Goreng Ba’
Kesan pertama adalah porsinya banyak banget! Babinya sendiri dimasak tore (samcan). Rasanya gurih manis dan sedikit pedas. Enak!

2) Nasi Goreng Tuna
Porsinya sama banyaknya dengan nasi goreng diatas. Untuk rasanya lebih dominan pedas dan asin. Lumayan tapi saya lebih prefer nasi goreng babi nya.

3) Perkedel Jagung
Bagi yang tidak familier dengan masakan Manado, perkedel jagung ini sebenarnya bakwan jagung, bukan perkedel yang biasanya kita ketahui. Jagungnya banyak tapi sayang kurang garing (atau memang style nya seperti ini?)

Next time akan balik lagi untuk mencoba lauknya.

Resto ini merupakan resto vegetarian, jadi semua menu yang memakai ‘daging’ disini sebenarnya bohongan (biasanya memakai jamur/kedelai sebagai pengganti daging).

Kami memesan beberapa menu seperti Bebek Panggang, Rendang Spesial, Cap Cay, dan Udang Gandum Spicy.

Overall rasa makanannya cocok di lidah saya yang IMO bukan penyuka sayuran. Especially rendang nya yang mantap banget, bumbu nya pedas dan nendang.

Kekurangannya mungkin ada di porsi makanan yang menurut saya cukup kecil.

Pertama kali tau restoran ini karena diajak saudara saya yang tinggal di sekitar sini.

Tempatnya sendiri berupa ruko yang sudah lumayan tua, kalau makan disini saya biasanya pilih di lantai 2 karena lebih terang dan lega.

Makanan yang menjadi ciri khas disini adalah lomie bagan, semacam mie tebal dengan kuah kental dilengkapi seafood/ayam.

Selain Lomie, makanan lain yang saya recommend disini adalah Ayam Cah Jamur, Lumpia Goreng, Cah Haisom, dan Fu Yung Hai.

Salah satu kelebihan resto ini juga ada di porsi makanannya yang cukup melimpah dengan harga yang lebih murah dibanding resto lain di mall.

Biasa kesini kalau sedang ingin makan sekoteng/ronde jahe, terutama kalau sedang hujan/dingin. Selain ronde jahe, tempat ini menyediakan makanan-makanan lain seperti Batagor.

Ronde jahe dan sekoteng nya sendiri enak, kuah jahe nya cukup pedas (bisa request sesuai selera) dan isi kacang di rondenya juga banyak.

Kafe ini terletak di pinggir jalan raya samping Pluit Village. Tempat parkirnya sedikit, jadi bila parkiran sedang full bisa parkir di Pluit Village saja.

Kafenya sendiri nyaman dan luas, dengan dekor yang homey dan bernuansa kayu. Kafe ini juga menjual peralatan dan aksesoris kopi/teh karena Hario sendiri memang awalnya dikenal sebagai produsen peralatan kopi.

Kami memesan beberapa makanan seperti Pulled Pork Burger, Garlic Chicken Bowl, Yakiniku Marbling Beef Bowl, dan Truffle Scallop Pasta.

Overall makanan disini cukup enak dan porsinya juga pas. Pelayanan juga tidak ada masalah.

Ramen yang disajikan restoran ini menggunakan daging dan kaldu ayam, jadi buat yang tidak bisa makan pork, resto ini bisa jadi salah satu alternatif ramen halal.

Kami pesan Miso Ramen Special, Shio Ramen Special, Tokyo Ramen Special dan Chicken Katsu Curry Rice.

Perbedaan Miso, Shio, dan Tokyo ramen ini ada di kuahnya, Tokyo kuahnya bening, Shio lebih ke asin dan untuk Miso asin dan sedikit manis. Dari semua kuah tersebut saya prefer yang Shio.

Curry rice nya sendiri menurut saya so-so saja, bumbu kari nya terlalu manis/kurang pedas dibanding kari di resto Jepang lain yang pernah saya coba.

Overall ramen disini dapat direkomendasikan untuk penggemar ramen ayam, meskipun secara pribadi saya masih lebih suka rasa kuah Mar*tama.