Nanien

Buka puasa di sini, nyobain segala macam dalam porsi sedikit. Lupa nama lengkap makanannya, tapi ini kira-kira aja ya:

- sei
Daging sei dibalut pastry, dikasih sambal marah dan kale cracker. Gak gitu suka sama pastry, tapi sei dan sambal matahnya enak banget. Langsung melek saking segar pedas.

- sushi
Standard aja sih. Bisa pilih sashimi aja tapi lupa rikues jadi tetep pake nasi. Wasabi ga gitu berasa dan jahenya kurang yahud

- es buah. Yum!

- es krim. Merem melem segar.

- kopi susu. Light banget jadi ga dominan apa apa. Not my fave

- baso wagyu rawon. Enak sih tapi saya pribadi biasa aja sama rawon jadi yaudah gitu aja. Wagyunya enak

- barramundi. Biasa aja

- bebek. Lembut banget dan sambelnya mantap

- tuna dibalut nori krispi. Imut sekali dan dominan rasa nori krispi

- salmon smoked. Oke standard

- aneka kue. Cheese cake ivory mantap jiwa! Sama coba yang cokelat serupa opera, ada rasa kopinya. Bluebery mascarpone tampilan gemes tapi rasa biasa aja

Tempatnya lucu tapi kecil ya, alhasil beneran harus reservasi dulu. Temen keburu pesan pizza entah apa tapi enak banget. Terus lanjut coba spageti truffle yang katanya best seller, enak sih tapi rada nyesel karena pengin coba yang banyak toppingnya. Intip yang pesan salmon nampaknya lebih menarik. Terakhir, pesen tiramisu tentu saja. Satu porsi sharing aja karena pengen cicip doang. Enak, seger dan gak terlalu manis.

Bukan untuk orang penakut dan gak punya duit 😆 (yang takut pilih kursi bagian dalam dekat platform dapur, bisa pegangan sama besi, tapi kursi ini pemandangan kurang maksimal kalau niatnya mau selfie)

Minimal 1,6 juta untuk makan di sini. Dari segi makanan, sebetulnya tidak istimewa lah. Kalau beli di bar biasa mungkin totalnya enggak sampai sejuta, porsinya mungil (teman saya pulang dari sini lanjut ke McD, saya naik setelah makan dan ngemil di tempat lain, masih bisa bilang porsinya dikit). Bayar mahal di sini memang untuk pengalaman, bukan makanan.

Satu jam di ketinggian 50 meter, not bad, berasa lagi di Dufan tapi bisa makan aja. Pemandangan biasa sih... Bukan pantai indah atau gunung yang cantik, cuma macet sama ngintip karyawan Hana Bank yang lagi lembur aja. Ya kalau malam macet lumayan ada lampu mobil dan mantau kemacetan kalau mau pulang.

Jangan lupa pakai baju dan sepatu nyaman (disarankan pakai celana aja kalau rok ntar repot biar nggak diintip dari bawah walau ga ada yang ngintip juga sih), siapkan tali di handphone kaitkan ke tangan biar gak jatoh, minum tolak angin kalau rentan masuk angin, dan.... Makan dulu aja sebelum ke restoran ini karena saya sih enggak kenyang.

Menu pertama cilantro-lime chicken ala Meksiko dengan pugasan saus salsa yang asam dari potongan tomat dan daun ketumbar serta rempah-rempah lain. Daging ayam yang disajikan empuk, gurih di dalam dan renyah di luar. Untuk menambah cita rasa segar, ada potongan jeruk nipis yang bisa diperas di atas hidangan ayam.

Menu kedua, salad caesar dengan potongan ayam pelalah Bali yang pedas, dipadukan dengan selada segar, potongan alpukat serta mayones. Menu selanjutnya adalah miso butter beef yang punya bumbu yang cukup gurih, tapi bisa dinetralkan dengan kentang tumbuk yang creamy dan lembut.

Penutupnya juara, white chocolate mango lava. Gelas isi es krim dan potongan mangga serta beri ditutup cokelat putih tipis. Saus mangga panas dituang ke cokelat yang akan hancur dan menetes ke es krim. Paling enak sih ini.

Seluruh makanan yang dihidangkan sudah dipotong kecil agar lebih mudah dimakan, dagingnya juga lembut, ga pake banyak tenaga untuk motong pakai pisau dan garpu.

Datang pas soft opening. Banyak pilihan pastry dan makanan Indonesia.
Kafenya bagus dan instagrammable, etalase isi rotinya bikin ngiler.
Cuma nyoba croissant isi sosis (biasa aja sih), sama yang ada biskuit lotus biscoff (biasa juga), pain au choco (suka).
Nasi aromatic (enak, kerasa rempah), sayur lodeh (rasanya ingin tambah lontong biar jadi lontong sayur), calamari (kriuk) dan terong bumbu som tam rasa bumbu rujak.

Pesen Japanese rib eye wagyu medium rare. Lumayan mengobati kangen sama steak. Gak selembut itu tapi lumayan kok untuk harga segitu.
Temen saya pesen tenderloin medium, empuk, enak buat yang ga suka lemak. Tapi mashed potatonya gak seberapa creamy. Spinach standard. Saus bbq lumayan, kalau blackpepprr juga standard.

Paling suka dark choco sea salt deh pas ke sini. Sebenarnya pernah main bertahun-tahun lalu waktu malam, tapi baru sempet ke sini lagi pas pandemi. Roti yang dingin (isinya krim) enak, cobain rasa cream cheese dan cokelat. Gak enek gitu loh jadi cucok meong buat sarapan. Dateng sabtu petang, parkiran susah euy, jadi buru-buru take away aja lah sebelum terjebak macet. Kepikiran nyesel ga beli dua botol dark choco sea salt 🥲

Jangan ke sini sendirian! Bukan karena tempatnya tidak ramah terhadap jomblo, tapi karena makanannya punya porsi melimpah. Ada banyak banget kue menarik yang sayang kalau enggak dicicipi. Kalau datang ramai-ramai (at least 2-3 orang), tentu kita bisa mencicipi lebih banyak kue.

Sesuai yang dipromosikan, saya pesan tiramisu (enak, tidak terlalu manis dan setelah dituang cairan tiramisu plus powdernya, teksturnya jadi menarik, crunchy lembut, semua campur baur).

Kue stroberi pistachio. GUEDE BANGET. Krimnya manis tapi tidak terlalu manis, stroberinya asem seger.

Kue Chocolate and caramel tart. Bagian bawahnya crunchy, atasnya lembut dengan rasa pahit dan manis, lengkap dengan kacang. 

Semuanya tidak terlalu manis, jadi oke lah walau makan banyak. Tapi saya kekenyangan banget makan di sini. Harusnya gak usah sarapan dulu kali ya.

Minumnya Tamarind Ade (seger asem) dan cold brew tea (hampir rasa air tawar aja)

Ke sini saat hari kerja dan jam nanggung (jam 12) antre beberapa menit. Wajar aja kalau ramai antre karena kapasitasnya memang cuma sedikit. Bagian dalamnya mengingatkan sama vibe Korea, Jepang, tapi hiasannya sih bau-bau Eropa. Kalau males rame di dalam kafe, bisa take away aja. 

Berlokasi di dalam Renee Square, tempatnya instagrammable walau tak seberapa besar, bisa menampung belasan tamu.

Baksonya diklaim mengambil kiblat Medan-Pontianak, kuahnya gurih. Baksonya enak, padat, daging sapinya terasa. Bisa pakai kwetiau, bihun dan mie kuning. Taburan daun ketumbar cocok banget apalagi buat yang suka makanan Vietnam dan Thailand kayak pho dan tomyam. Kalau gak suka ketumbar, boleh request untuk gak pakai.
Baksonya dilengkapi sama potongan daging dan tetelan yang lembut.

Saya juga coba bakmi yang udah cucok banget bumbunya. Tanpa sambal pun udah enak banget. Sambalnya pedas dan segar. Cocok banget buat bakso. Tapi kalau untuk bakmi saya lebih suka tanpa sambal biar rasanya terjaga karena emang udah lezat tanpa harus tambah ini itu.