Nanien

Konsep bangunan dan warnanya bikin kita serasa lagi di Yunani gitu, tempat ini populer banget buat foto-foto dan video deh. Karena mager, akhirnya duduk aja di bagian bawah, enggak sempat lihat-lihat ke lantai dua. 

Jujur sih di sini menang tempat, kalau minumannya biasa semua, dan kemanisan untuk selera saya. Nyoba es cokelat, matcha latte, latte, mojito.

Kalau mau foto, silakan ke sini. Kalau mau menikmati minuman enak, mungkin cari yang lain aja.

Rekomendasi dari teman di Tangerang, wajib makan bubur di sini. Malam-malam ramai, tapi tetap dapat duduk. Awalnya takut enggak kenyang kalau makan porsi kecil, tapi ternyata porsi kecil itu sama aja kayak porsi standard alias banyak.

Tipe bubur China yang harus diaduk biar terasa semua bumbunya, yang unik adalah ada tambahan selada (opsional dikasih di mangkuk terpisah) buat nambah tekstur di bubur ini. Awalnya aneh, tapi tetap enak. 

Saya pesan tambahan topping ati ayam, ya ampun banyak sekali dan enak, plus ada bumbu-bumbunya juga buat nambah cita rasa. Satu lagi, kurang sambal aja, tapi saya tambah lada sih tetap oke. 


Tambahan lagi, pelayanannya oke banget, walau ramai banget pembeli, tapi penjual sangat ramah dan cepat ngelayanin kita. Pesanan cepat keluar jadi enggak kelamaan kelaparan. 

Harus diakui, secara interior ini restoran sangat menarik untuk pencinta K-pop. Hype-nya masih terasa, bayangkan saja, Jumat siang tapi masih ada waiting list (walau cuma sedikit). Dari luar, kelihatannya seperti sedang ada di kantin sekolah Korea, ada layar yang menunjukkan menu makanan menggiurkan beserta keterangannya.

Tetapi sayangnya rasanya semenjana alias biasa-biasa saja, padahal saya dan teman datang karena kami suka banget sama makanan di 88 Kitchen Senopati yang katanya punya Chef Jun, yang bikin Iruum juga. 

Untung kami cobain menu yang semua ada di satu wadah, yakni tokpoki, kimbab, ayam goreng, kinmari. Semuanya biasa aja, lebih enak beli di K-Bunshik yang ada di Dharmawangsa. Karena sehari sebelumnya baru makan di K-Bunshik, kerasa banget bedanya sama di Iruum. Di sini, rasanya kuah tokpoki lebih cair dan condong mecinnya. Ini juga berlaku untuk kuah odeng. Overall semua rasanya condong ke bumbu instan.

Kami juga pesan cabe pedas goreng (enggak pedas), corndog (lumayan), sama jajangmyeon (standard). Minumannya terbatas, padahal pengin teh jagung, tapi enggak ada. 

Stafnya banyak banget, jadi cepat sih ngelayaninnya, tapi kalau dilihat kayaknya banyak yang rada nganggur saking banyaknya. Mungkin kalau weekend lagi ramai semua sibuk kali ya. 

Apakah saya akan balik lagi? Kayaknya mau ke 88 Kitchen aja kalau mau yang rasa endolita otentik. Tapi kalau penasaran dan mau sekalian foto-foto lucu, Iruum bisa jadi pilihan.

Surprisingly sate domba panggang ala Afrika ini enak dimakan dengan pisang goreng yang jadi pengganti karbohidrat. Tapi kalau merasa aneh silakan makan dengan nasi. Jujur pisangnya enak dimakan buat cemilan sih, tapi cocok juga ditambah daging dan sambal.

Walau namanya sate, gak ditusuk pakai kayu, cuna potongan daging domba lembut sama potongan bawang bombay. Ada cocolan sambal dan mayones. Satenya enggak prengus dan lembut karena dibakar, kukus, terus dibakar lagi dua kali sebelum dikasih bumbu rempah rahasia.

Kari dombanya juga enak, cocok sama nasi, kalau sop domba rasanya ringan tapi kayak kurang bumbu dikiiiit aja.

Mie goreng lumayan tapi enggak istimewa. Topping dombanya sedikit.
Tempatnya warung biasa aja, ga ada parkir buat mobil jadi harus ke indomaret atau gado2 boplo beberapa bangunan sebelumnya. Kalau motor bisa parkir di depannya.

Akhirnya nyobain dine in setelah biasanya mampir doang buat beli choc sea salt. Kalau soal rotinya sih enak ya, keponakan suka banget sama tiga musim, doyan lah udah dua kali beli. 
Nah, yang beda adalah kali ini nyobain makan langsung di sana, variasi manis, asin dan makanan Indonesia.
Menu manis yang dicoba adalah Cream Cheese Nutella. Anak-anak sih doyan banget. Buat saya enak tapi standard aja.
Menu asin yang dicoba adalah classic grilled cheese. Pendapat saya sama dengan varian manis, enak tapi ya standard aja enggak wow.
Terakhir, nasi goreng Jawa. Kalau yang satu ini, buat saya sih mengecewakan. Bukan tipe-tipe yang beneran sampai wangi terbakar gitu loh, dan dengan harga segitu sih mendingan beli nasi goreng pinggir jalan yang enak. 
Tapi tetep lah bakal mampir terus buat jajan ice choc sea salt dan jajan roti bunting.

Sabtu siang datang sebelum jam 12 masih kosong, tak lama langsung lumayan penuh!

Coba grilled beef roll (oke)
Half baked dynamite (favorit)
Grilled salmon (yum)
Dragon roll (standard)
Chuuka idako (enak)

Kesannya dikit tapi lumayan kenyang juga ya. Kalau mau lebih barbarita mending menu AYCE aja