Maaf, ini akan panjang, tapi saya ingin berbagi pengalaman saya. Saya berkunjung pertama kali ke toko roti ini dan membeli sekitar 10 roti. Salah satunya adalah roti berukuran cukup besar dgn isi coklat-keju-mochi yg bentuknya dipotong terbuka sehingga isinya bisa dilihat dengan mudah. Ketika pelayannya mau memasukkan rotinya ke plastik, mbaknya memegang rotinya (dgn penjepit roti) dengan sisi terbuka di bagian bawah sehingga isi keju dan coklatnya jatuh (untung mochinya belum jatuh), lalu saya request mbaknya untuk memasukkannya dengan sisi terbuka di bagian atas supaya tidak jatuh isi-isinya. Saya lalu membantu memegang plastik pembungkusnya karena mbaknya terlihat kesulitan dengan plastiknya. Ketika rotinya dimasukkan, plastiknya robek sehingga terjatuh ke lantai.
Nah, disinilah permasalahannya dimulai, karena saya akan diberikan roti yang terjatuh tadi! Tentunya saya menolak.
Bapak pemilik tokonya meminta saya bertanggung jawab, namun dengan nada bicara dan ekspresi wajah yang sangat tidak menyenangkan (bahasa anak mudanya : "nyolot", "jutek", dll). Mungkin warga Sunter sudah tau yah memang pemiliknya berwatak begitu, bahkan saya dengar memang sudah cukup banyak yang "berargumen" (/berantem) dengan pemilik tokonya.
Kembali ke kasus saya. Saya berargumen kalau mbaknya tadi menjatuhkan isi rotinya, dan saya sebagai customer berhak mendapatkan produk utuh sesuai dengan produk yang saya pilih dan bayar. Atas dasar itulah saya meminta mbaknya untuk memutar arah rotinya agar bagian isi yang terbuka berada di bagian atas.
Pemilik toko menjawab (dengan "nyolotnya") kalau saya bertanggung jawab atas roti yang jatuh. Alasan pemilik toko adalah karena saya bawel dan membuat request yang muluk-muluk, dan pemilik toko juga mengatakan bahwa mbaknya tidak bisa (dan terbiasa) memasukkan rotinya dengan arah isi keatas sehingga mbaknya kagok dan terjadi insiden roti jatuh itu karena menuruti permintaan saya. (Padahal sih rotinya itu jatuh karena plastiknya robek, dan tentunya ada saksi mata lain yang melihat rotinya sudah masuk ke bibir plastik, namun memang plastiknya robek ketika rotinya masuk semakin dalam.)
Saya jawab kalau mbaknya tidak bisa memasukkan roti tanpa menjatuhkan isinya, itu berarti mbaknya perlu dilatih oleh pemilik toko untuk bisa memasukkan roti dengan baik, dan itu tanggung jawab pemilik toko untuk "training" karyawannya. Saya juga tambahkan, kalau plastiknya memang berkualitas tentunya tidak akan robek karena sebuah roti. Itu semua seharusnya tanggung jawab toko, KECUALI kalau customer diberi diskon sesuai jumlah coklat dan keju yang terjatuh. Dimata saya, ini bukanlah permasalahan hitung-hitungan, tapi masalah etika saja!
Kembali ke argumen pemilik toko yang dengan mata melotot dan nada kasarnya berargumen bahwa saya bawel, saya merasa bodoh berargumen dengan penjual yang argumen intinya adalah "saya bawel" seperti itu, saya jawab saya akan bayar roti yang terjatuh WALAUPUN saya tidak ambil dan bawa pulang rotinya. Dan, supaya roti itu tidak dijual kembali, saya remas roti yang terjatuh tadi dan saya masukkan ke tong sampah di dekat counter kasir dimana pemilik toko itu berdiri. Jangan sampai customer lain dapet roti yang sudah jatuh itu.
Netizen disini berhak menilai siapapun yang salah dalam kasus ini. Namun saya tidak peduli seberapa terkenal atau enaknya rotinya, kalau penjual memasukkan roti yang terjatuh kedalam plastik untuk diberikan kepada customer, itu sudah keterlaluan menyalahi aturan. Terlebih lagi menyampaikan pesan kepada customer untuk bertanggung jawab atas produk yang terjatuh karena prosedur kerja karyawan yang tak mumpuni DAN peralatan dagang yang rusak (plastik robek) dengan NADA KASAR, itu bukan hal yang sepantasnya ditolerir customer.Â
Ingat, jualan harus beretika! Kalau memang itu berkat dari "Yang Diatas", berkat itu tidak akan lari kemana-mana. Tidak sepantasnya berjualan dengan etika buruk seperti itu. Apalagi hanya untuk sebuah roti dengan harga 10-20ribu saja! Berjualanlah dengan etika yang baik, beramanahlah dengan baik!