Ika Nurhayati

Platinum Plangi ini ibaratnya Platinum reborn. Dulu ada dua lantai di atasnya bertahun-tahun tapi kemudian tutup, hmmm sekitar 3-4 tahun lalu. Nah sejak tahun lalu eksis lagi di lantai bawah atau lantai ground. Ada juga area smoking-nya di bagian yang semi terbuka.

Di Platinum rupanya sekarang juga ada menu Kopilatinum. Kayak ice kopilatinum yang juga disebut kori kohi, mirip coffee ice cubes yang lagi bertebaran di banyak kafe. Es kopi semacam ini di sini pelopornya Kopilatinum, atau salah satunyalah, karena saya kali pertama mengenalnya lebih dari 2 tahun lalu di Kopilatinum.

Sayang pada kunjungan pertama ke Platinum ini, es kopi ini yang dinanti-nanti ini habis. Hainan chicken rice set juga kosong. Membatin sih, whaaat ini niat jualan enggak yah?Berhubung sudah di tempat dan lapar banget, maklum maksi kesorean, akhirnya pesan hainan grilled chicken set dan iced vietnamese coffee, dengan coffee ice cubes juga.

Makanannya sih pada dasarnya oke saja karena itu salah satu kesukaan saya di Platinum. Tapi kopi vietnamnya tidak seenak kopi vietnam di tempat lain. Apa mungkin karena ice cubes-nya terbuat dari kopi, yang mana bukan ciri khas kopi vietnam. Mungkin sih. Dan tetap kangen sama si kori kohi!

Dulu waktu kedai kopi belum bertebaran, ini tempat hang out favorit saya dan teman-teman khususnya teman kerja, enggak peduli pagi siang sore malam atau weekend. Kendati pesanan kami itu-itu lagi: kaya toast dan kentang goreng. Baru belakangan menu bertambah dengan lumpia, nasgor dll. Kami juga beberapa kali mengunjungi cabangnya di Tebet yang sayangnya enggak bertahan lama.

Ini kunjungan pertama saya setelah 2 atau 3 tahun yah. Wah tempatnya sudah diperluas, sampai ada area merokok di dalam segala. Tetap yang jadi favorit bangku sofa di antara pintu masuk dan kassa, yang juga ada colokannya.

Datang ke sini sebenarnya pengin makan lumpia tapi enggak afdal kemari tanpa makan kaya toast juga. Alhasil pesan kedua makanan itu plus air mineral saja. Soalnya dulu saya enggak suka teh tariknya karena kurang kental dan seingat saya, saya juga enggak terkesan dengan kopi latte.

Tapi kalau kaya toast mah tetap juara! Rotinya tebal tapi empuk, selai kayanya berlimpah dan rasanya khas. Jadi ingat di suatu kunjungan dulu itu kami sampai harus menunggu selai kaya homemade ini didatangkan dari entah rumah siapa di Jakarta Barat, yang punya kali yah. Sayang lumpia yang ditunggu-tunggu kurang berasa isinya. Renyah banget sih tapi jadinya seperti makan kulit lumpia saja.

Kafe ini menempati lokasi eks Baked Goods. Sedikit terhalangi tanaman, tapi gampang dicari kok, ada di hook antara Jl. Agus Salim (Sabang) dan Jl. Kebon Sirih. Mempertahankan tema warna putih pendahulunya, tempat ini berkesan luas dan bersih. Nyaman sudah pasti.

Ini juga tempat yang nyaman buat mengadakan acara khusus. Pas saya datang sedang ada acara yang melibatkan belasan orang, tapi tidak mengganggu pengunjung lain. Saya pesan iced hazelnut latte. Enak tapi kopinya kurang terasa. Mungkin karena pakai kopi Illy, yang kemasannya berjajar di kassa? Maksud saya, kopi lokal banyak yang lebih enak.

Tempat makan yang desain interiornya minimalis tapi lumayan manis di Manggarai, letaknya di sebuah ruko di antara Pasaraya dan Sevel. Bertembok putih, berbangku kayu, dihiasi vas bunga dan bantal dengan sarung beraneka corak. Cukup nyaman bekerja dengan laptop di sini.

Sistem pemesanan di sini, bayar dulu di kassa baru pesanan dibuatkan dan diantar. Pelayanannya baik. Menu andalan Happy Hana adalah rice bowl dan kopi. Pas datang diinfokan rice bowl gyu tan don, salah satu favorit, lagi enggak tersedia. Untung lagi enggak pengin. Saya pesan rice bowl tuna sambal matah (35 ribu), iced hazelnut latte (28 ribu), dan creme brulee (17 ribu).

Nasi tuna sambal matah enak cuma sambalnya kurang sedikit lagi saja. Iced hazelnut latte juga oke, cuma latte ini terbilang ringan buat saya. Creme brulee kurang creamy, tapi untuk 17 ribu rupiah, ya sesuai hargalah.

Tahun lalu beberapa kali lewat sini, kafe ini masih kecil, sekarang sudah luas dan nyaman banget. Area smoking menempati bagian lama kafe (kayaknya). Area non-smoking lebih luas dan dekorasinya keren, sebagian minimalis, sebagian lagi berkesan hangat dengan lantai parket dan sofa bersarung kain etnik.

Karena lagi senang minum coffee ice cubes, saya pesan cotecube. Dijelaskan itu terdiri dari espresso cubes dan susu hangat, tapi espresso cubes-nya ternyata sudah mengandung entah sirup vanila atau toffee. No problem at all! Saya malah suka banget, meski ada rasa manis, kopi dari ice cubes itu masih cukup pekat. Kalau saja Coteca dekat kantor, saya akan dengan senang datang lagi dan lagi.

Sebenarnya sih dengan tempat senyaman ini dan kopi enak, Coteca bisa saya kasih poin lebih tinggi. Tapi pas di sana, ada seorang mbak yang terus memelototi saya, dari saya datang, mengopi sampai saya foto lokasi. Teman mengobrol si mbak sih akrab dengan staf kafe, jadi entah owner atau bagian dari tim mungkin yah. Hmmm mungkin karena kafe lagi sepi, enggak ada yang lain yang bisa dilihat yah.

Tempatnya tidak besar tapi ditata apik. Lebih cakep lagi yang di lantai 2 tapi waktu menumpang ke toilet di lantai ini, enggak pegang ponsel jadi enggak kefoto. Ke sini Sabtu jam makan siang, lagi sepi. Mungkin karena lokasi sedikit menjauh dari keramaian (Binus) atau hari itu tidak banyak mahasiswa beredar.

Pesan iced hazelnut latte (36 ribu plus tax & service), ringan buat saya tapi bakal enak banget buat yang suka kopi manis. Teman mengopi kali ini adalah camilan singkong goreng plus taburan bubuk rasa jagung (23 ribu), nah ini bolehlah karena disuguhkan renyah tanpa saya perlu request lagi.

Awalnya mampir hanya untuk bungkus mi goreng ayam, tapi ya sudah sekalian mencicipi kopinya. Lagi pula tempatnya, yang terbagi atas area smoking dan non-smoking, juga suasananya mendukung buat hang out atau bekerja.

Selain kopi susu dingin yang direkomendasikan stafnya, saya pesan siomay untuk makan di tempat. Siomaynya enak sih tapi enggak murah, 31 atau 32 ribu rupiah kalau enggak salah. Kopi susunya sayangnya bukan selera saya, entah apa karena sudah diberi gula duluan ya, karena saya tidak suka kopi susu/latte dengan tambahan gula.

Akan tetapi kata ayah saya, mi gorengnya enak. So nanti ke sini lagi, lebih baik makan berat sekalian.

Kafe ini bertempat di lokasi eks resto La Finestra. Dekat Stasiun Sudirman tapi tidak disarankan jalan kaki dari stasiun ke lokasi saat ini, karena perjalanan bakal terganggu pembangunan stasiun MRT. Dan debunya itu, pffft, juga mengganggu bagian luar kafe. Mungkin karena itu pengunjung diperbolehkan merokok di dalam (sekali lagi: mungkin), berbaur dengan yang tidak merokok.

Bagian dalam kafe yang bernuansa industrial cukup nyaman dan luas. Pas saya datang, ada dua kelompok yang sedang bekerja dan berdiskusi. Antarmeja berjarak yang bikin orang bekerja maupun mengobrol tidak saling mengganggu, tapi masih ada celah yang masih bisa diisi.

Saya pesan iced cafe latte dan surprised, latte alias susunya tersaji dalam bentuk cube dengan kopi dan simple syrup dalam gelas terpisah. Kopinya strong, milk cube-nya nyaris tidak mampu mengimbangi. Apalagi saya tidak suka simple syrup jadi untuk beberapa sedot pertama, rasa minuman ini nyaris kayak rasa kopi hitam. No complaint though, cukup sabar saja menanti milk cube melebur dengan kopi.

Semua sih oke buat saya, cuma masalahnya saya tidak tahan lama-lama menghirup asap rokok.