Ika Nurhayati

Yang lagi hit dan hangat, from Sydney to Jakarta. Tempatnya ternyata tidak seluas yang tampak di foto promo, jadi ketika saya dan teman-teman berkunjung weekend, bagian dalam yang ber-AC padat banget. Masih dapat meja di area samping alias luar ruangan (karena waiting list area dalam ini lumayan panjang), cuma karena tidak ada kipas angin atau apa deh, panasnya pol sore itu. 

Kami pesan iced white (36 ribu belum tax-service), iced orange mocha (40 ribu), surrey hills iced tea (35 ribu), dan carrot cake (55 ribu). Sebenarnya pesan satu dessert lagi yang judulnya lost in zen garden, semacam brioche toast dengan penampilan cantik--hasil mengintip pesanan meja tetangga. Tapi ditunggu-tunggu setengah jam, enggak keluar dan ternyata memang tidak dibuatkan. Staf ramah semua cuma mungkin masih kelabakan menangani keramaian massa. 

Iced mocha menurut saya lumayan enak meski porsi tidak besar. Iced tea juga, menyegarkan di tengah hawa panas. Sayang iced white, yang menurut keterangan menu adalah Devon's unique blend, kalau enggak salah tebak sih ada sedikit rasa jeruk di dalamnya, rasanya terlalu enteng dan enggak unik sih. Carrot cake lumayanlah meski buat saya masih ada di luar sana yang lebih moist. 

Karena Devon baru banget buka, mungkin beberapa hal masih bisa diperbaiki, seperti pesanan yang terabaikan serta harga yang tak serasi antara buku menu dan bon--hayo tebak mana pesanan kami yang di buku menu tercantum dengan harga lebih tinggi?

Kafe ini mungil dan berkesan sempit, tapi atmosfernya hangat sehingga saya betah menumpang bekerja 2 jam--dan bahkan lebih kalau enggak ingat harus segera ngantor. Berlantai 2, pas saya datang siang itu, di lantai bawah ramai orang mengobrol, sementara lantai atas suasana cenderung tenang. Area smoking hanya tersedia di depan kafe dengan 1 meja. Kalau mau merokok sebentar, sih bisa di lobi Rasuna Office Park. 

Beda dengan kafe lain, pilihan makanannya kebanyakan comfort food khas lokal. Bikin ngiler, ada singkong goreng, mi ayam, ketupat sayur, nasi dengan lauk, sampai ketoprak. Saya beli lontong sayur (32 ribu) dan iced latte (39 ribu), harga sudah termasuk tax. Ketupat sayur, yang terdiri dari potongan ketupat, sayur labu, potongan daging sapi, telur, dan kerupuk merah, enak! Yang bikin enak itu kuahnya, dagingnya juga cukup banyak dan empuk. Sampai habis saya seruput kuahnya. Tadinya pengin juga menambah cake tiramisu atau red velvet yang terpampang di etalase makanan di dekat kassa, tapi sudah dibikin kekenyangan ketupat sayur. 

Iced latte cukup oke, gelasnya besar banget, keseimbangan antara kopi dan susu pas. Soal saya suka yang lebih bold, nah itu selera. Kunjungan pertama yang berkesan, saya mau banget balik lagi buat mencicipi makanan dan minuman lainnya. 

Disuruh mencicipi luti gendang yang dibeli adik. Dia beli sekotak isi 12 (63 ribu), terdiri dari rasa tuna pedas, keju, dan cokelat. 

Saya cuma mengambil yang tuna karena lagi enggak lapar. Ini semacam panada yah; kayaknya kalau masih panas, lebih renyah. Yang roti goreng tuna menurut saya oke, sesuai hargalah dengan rasa enak dan isi padat.

Sudah lama penasaran dan akhirnya sempat mampir. Tujuan awal selain pesan kopi juga pancake, eh berubah pas lihat ada camilan namanya kaya toast with coffee butter. Duh lemah amat sama yang ada judulnya coffee 😑. 

Iced cold white (45 ribu) pesanan saya tersaji dalam botol kaca cantik, kayak di sebuah kafe asal Australia lainnya. Bukan jenis latte yang strong banget, tapi enak kok karena terasa ada aftertaste cokelat. 

Kaya toast (50 ribu) pun walaupun lumayan harganya, oke juga. Rasanya memang unik, dengan mentega kopi juga saus kaya yang banyak dan kelapanya berasa banget. Cukuplah seporsi buat camilan sore. 

Akhir pekan Sensory Lab ini ramai banget, sampai keteteran pelayanannya karena pesanan pengunjung di meja sebelah saya sampai terlupakan. Untungnya pesanan saya cepat sampai di meja dan staf yang melayani saya di awal sigap banget, dari mencarikan meja kosong sampai menyarankan makanan.

Suka banget jajanan pasar Dynamic, sejauh ini enggak ada yang enggak enak. Dari gorengan kayak risol, kroket, sampai kue kayak kue lumpur, onde-onde, kue ku dll. semuanya suka. 

Kalau enggak salah di atas jam 6 sore, camilan didiskon. Tapi saya biasanya beli siang atau sebelum magrib, jadi jarang dapat harga diskon. 

Kemarin ini beli kroket ayam, kue ku, dan dadar gulung, total 24 ribu. Semuanya lezaaat. Apalagi kue ku isi kacang hijaunya padat, demikian pula kelapa putih yang mengisi dadar gulung. Tapi kalau roti Dynamic, buat saya biasa saja, mungkin karena saya juga bukan penggemar berat roti.

Aromanis ini menjual minuman sehat dan beberapa camilan yang tidak digoreng. Saya tertarik mampir karena ingin mencoba popiah. Ada dua jenis, yang isinya sayuran saja atau yang namanya popiah nyonya dengan campuran potongan ayam dan udang. 

Saya pilih popiah nyonya (20 ribu) dan saat popiah ini tengah disiapkan oleh stafnya, tertarik dengan otak-otak, yang harga satuannya 6 ribu tapi kalau beli 5 sekaligus jadi 25 ribu. Jadilah saya tambah 5 potong otak-otak. 

Popiah ternyata cukup besar dan lumayan enak, enggak tahu juga sih yang autentiknya seperti apa tapi yang ini dapat saya nikmati. Otak-otak juga oke, ikannya cukup terasa dan harga 6 ribu rupiah tidak mahal untuk ukuran mal. Saus kacangnya enak, walau menduga saus ini juga dipakai untuk membumbui siomay, yang masuk menu Aromanis, juga he he he.

Bakpao favorit! Sebenarnya saya enggak hafal Yen Pao ada di mana saja kecuali di GI, tapi di mana pun lihat gerai ini biasanya saya hampiri, soalnya bakpao kacang hijaunya enak banget apalagi pas dimakan hangat, lumer rasanya. 

Pastinya di cabang fX ini saya beli yang isi kacang hijau plus ayam teriyaki. Pesan untuk dibungkus, bakpao yang harga satuannya 8 ribu rupiah ini masih hangat bahkan ketika dinikmati setengah jam setelahnya.

Oh ya saya juga suka yang isinya kelapa, tapi kemarin ini enggak ikut dibeli. Selain bakpao, Yen Pao juga jual bacang, tapi belum pernah saya coba.