Ika Nurhayati

Icip es kopi jamane rasa stroberi. Stroberi hanyalah salah satu pilihan rasa, selain karamel, pisang, dll.

Suka deh es kopi jamane rasa stroberi ini. Tampak jelas lapisan teratas minuman ini, yakni kopinya, warnanya pekat, pertanda kopi merupakan bintangnya. Jadi perasa stroberi, lapisan bawahnya, memberi rasa saja, tidak mendominasi minuman ini. Boleh nih dicoba sebagai alternatif es kopi susu dengan gula aren.

Kafe Jamane sendiri, meski tidak luas, cukup cantik dan nyaman. Termasuk buat mengerjakan tugas. Kafe ini satu area dengan toko hijab dan unit usaha kuliner lain. Repotnya sih memang kalau perlu ke toilet, rupanya harus beranjak ke resto sebelah dulu

Ngopi weekend sore, The Goods Diner yang terbilang lapang ini sepi. Mungkin ramainya hari kerja, mengingat lokasinya diapit gedung-gedung perkantoran.
Konsisten dengan judulnya yakni diner, bukan cafe kayak The Goods lain, The Goods Diner sedia hidangan berat dan minuman saja, tidak ada camilan. Karena baru makan, saya dan teman-teman pesan iced americano, hot cappuccino, hot latte, vanilla latte, dan chocolate.
Buat harga di kisaran 30-40 ribuan, minuman-minuman ini menurut saya oke karena porsinya besar dan rasanya cukup strong. Termasuk latte-nya, saya juga suka walau teman saya yang pesan lebih suka latte yang lebih ringan.

Kafe dan resto terbaru di Jagakarsa yang bikin kesasar, karena alamat di IG dan alamat aslinya beda (mudah-mudahan sudah diperbaiki). Untung ada nomor telepon yang bisa dihubungi, tertera juga di profil IG, jadi saya enggak jalan sia-sia.

Tempat luas, terdiri dari 2 lantai sudah termasuk lantai mezzanine, lantai 2 dikhususkan untuk area smoking. Kebanyakan meja ditata dengan komposisi 4 atau 6 bangku, kecuali meja di area non-smoking yang menghadap jendela, cocok juga buat duduk sendirian. Meski datang sendiri, saya dipersilakan duduk oleh seorang stafnya dengan ramah di bangku empuk yang berkapasitas 6 orang. 

Untuk kinerja staf yang langsung melayani pengunjung, saya akui oke banget untuk ukuran kafe baru. Semua yang saya tanyakan dijawab dengan ramah. Cuma makanan keluar agak lama, sampai penghuni bangku sebelah saya mengomel. Kalau saya masih maklum, mungkin karena baru, tenaker di dapur belum banyak.

Nah soal makanan, terus terang belum puas. Saya pesan beef patty mozzarella (57 ribu), ternyata hidangan ini presentasi maupun isi meleset ya dari gambar yang cantik di buku menu. Di menu terlihat beef patty mozzarella tampil beriringan dengan potongan rapi wortel, buncis, plus jamur, kenyataannya beef patty yang enggak seberapa besar ini terhidang hanya dengan sayur frozen dalam porsi yang sedikit. Beef patty ini sendiri juicy, tapi kemahalanlah untuk ukurannya dan side dish yang ala kadarnya.

Sementara minuman kopi yang saya coba, mazagran (34 ribu), recommended. Mazagran ini adalah minuman campuran kopi, sari jeruk nipis, dan gula. Karena saya kurang suka kopi dengan gula, stafnya menyuguhkan kopi ini dengan gula terpisah—mantap kan stafnya. Rasa mazagran dingin ini segaaar.

Beda dengan kafe lain di Senayan City, Hoshino Coffee ini berkesan mewah dan elegan, dengan penerangan agak temaram dan bangku yang kebanyakan berupa sofa berlengan. Saya datang dengan teman buat icip minuman dan dessert, jadi penilaian ini belum meliputi hidangan utama.

Karena Hoshino Coffee merupakan kafe asal Jepang, jangan heran kalau minuman kopi mereka tergolong strong. Rata-rata kafe Jepang memang menggunakan kopi dark roast, jadi iced coffee (45 ribu) pesanan saya memang sensasinya strong.

Pekatnya cita rasa tiap bahan utama terasa dari pesanan kami yang lain, earl grey tea (40 ribu), matcha souffle (75 ribu), dan iced brulee (60 ribu). Dari segi harga matcha souffle dan iced brulee sepintas rada tinggi, namun porsinya memang bisa buat sharing. Apalagi ini dua dessert yang enggak gampang dibuat (efek nonton MasterChef). Ini cuma persoalan selera karena saya bukan penggemar matcha, buat saya iced brulee unik dan lebih enak.

Iced brulee ini versi padat dan dingin creme brulee. Meski begitu tidak susah disendok karena tekstur dalamnya lembut. Rasanya tidak terlalu manis, cocok buat penyuka dessert rasa vanila dan karamel.

"We’re hiding somewhere in Blok M”, begitu keterangan lokasi Coffeesnik yang tertera di akun IG. Yes benar banget, kafe ini benar-benar tersembunyi.

Satu area dengan Soup n Film dan sederet dengan Bara Futsal (ini bisa dijadikan patokan), saya enggak menyangka Coffeesnik terletak di salah satu ujung bangunan bekas Golden Truly. Sebab bangunan itu sudah bertahun-tahun nampak kosong dan terkesan tak terawat.

Akan tetapi Coffeesnik cukup nyamanlah, dengan area smoking di teras samping lebih luas dan koneksi WiFi lancar. Cuma jual minuman, selain kopi ada yang lain kayak cokelat, saya pesan iced latte (lupa harga persisnya, sekitar 30 ribulah). Aslinya latte ini pakai espresso cuma satu shot, jadi saya minta ditambahkan satu shot lagi. Dua shot ini menurut saya malah bikin rasa kopi dan susu seimbang, kayaknya kalau cuma satu shot latte ini enteng banget.

Joco Coffee ini satu lokasi dengan 3 tenant lain, untuk area duduk pun berbagi. Enaknya area duduknya cukup luas dan cukup nyaman, cuma tidak ada yang beratap jadi kalau hujan, ya basah.

Gerai Joco Coffee ini sendiri bergaya rustic vintage (sok tahu), jadi cakep deh buat foto-foto. Cuma jual minuman, tapi makanan bisa diperoleh dari tenant lain. Saya pesan takeaway kopi yang disarankan stafnya, iced cappuccino brulee, plus iced cafe latte. Jadi maapin ya fotonya sudah dalam kemasan takeaway.

Saya tidak icip cafe latte karena dibawa teman. Tapi cappuccino brulee enak. Dengan gula bakar sebagai topping, rasanya tidak terlalu manis, tetap menonjol kopinya lazimnya cappuccino.

Mampir di sini enggak sengaja, gara-gara nampaknya akan hujan dan butuh tempat berteduh ✌. Sebelum ini terakhir diulas 2 tahun lalu ya, jadi sebetulnya saya dan teman tidak tahu apa yang disajikan kafe di bagian depan Hotel Prasada, di balik perkantoran Sudirman ini. Kami sempat mengintip papan menu terlebih dahulu dari balik jendela he he he. 

Ternyata isi menu Fagiolo lumayan, ada makanan berat segala. Saya dan teman pesan iced americano (35 ribu), iced taro latte (25 ribu), dan lumpia (13 ribu). Iced americano tersaji dalam gelas sangat besar. Rasanya lumayan, ada campuran robusta--selain arabika--tapi masih bisa saya toleransi. Sayang taro latte kemanisan, banget! Lumpia oke untuk harga belasan ribu itu. Seporsi berisi 3 potong  lumpia renyah yang dibelah dua. 

Fagiolo ini cukup luas, di beberapa sisinya ada beberapa sofa empuk. Saking empuknya sampai dipakai tidur (kayaknya) pengunjung hotel yang sedang menunggu jemputan. Lalu ada semacam fasilitas free karaoke juga, jadi sambil menikmati hidangan kami dihibur lantunan suara para pengunjung. Kalau beruntung dapat yang merdu, kalau apes ya sumbang.