Ika Nurhayati

Beberapa kali melewati Jalan Sancang, mata mesti melirik ke sini. Dari depan Imah Nini sudah kelihatan mencolok, karena warna temboknya beda sendiri dibandingkan bangunan lain di sekitarnya. Konsepnya menarik. Sesuai nama, kafe ini berhiaskan perabot vintage alias jadul. Dari mebel, mesin tik, radio, sampai rantang. Warna-warni pula jadi berasa di zaman flower power. Lucu nih kalau mengajak ortu ke sini.

Agak awkward pas masuk ke dalam kafe berlantai 2 ini, karena pengunjungnya bapak-bapak semua ha ha ha ya kebetulan saja sih. Karena cuma menumpang mengopi sebentar, sekalian balik ke Stasiun Bogor, cukup pesan iced hazelnut latte (30 ribu). Latte yang lumayan enak meski kopinya agak ringan. Di sini selain makanan dan minuman yang tercatat menu, juga jual jajanan semacam keripik atau pai dalam kemasan. Tergoda juga bungkus rengginang, murah kok 15 ribu rupiah.

Tempat mengopi favorit saya di Bogor! Tampak luar serbaputih, dalamnya hangat dengan perabot dominan kayu dan cahaya lampu kuning. Cukup luas, baik area bukan merokok maupun area merokok yang terletak di bagian belakang kafe. Sekitar satu jam saya berada di sini, pengunjung ada saja yang datang. Bahkan ketika saya menuju toilet melewati area merokok, meja di area ini hampir semuanya berpenghuni.

Pesan iced cafe latte, langsung jatuh cinta. Untuk ukuran latte minuman ini pekat, dengan dua shot ristretto, dan termasuk cukup murah dengan harga 30 ribu. Pemiliknya (kayaknya yah) yang saat itu turun langsung meladeni pengunjung, menyarankan cinnamon toast kalau saya menginginkan camilan manis. Tapi saya pilih apple streussel toast (30 ribu). Kelihatannya biasa, namanya juga toast, tapi perpaduan roti panggang, caramelized apple, dan es krim vanila itu enak banget buat saya yang memang penggemar olahan apel.

Pelayanan sejauh ini baik, lokasi juga bersih. Oh ya kayaknya di sini juga ada musala, soalnya pernah dengar seseorang - entah staf atau anggota keluarganya - di balik coffee bar pernah bilang, mau salat dulu.

Kedai kopi baru di belakang kantor, kali ini persis di seberang gerbang belakang kantor. Enggak jauh juga dari Lotte Shopping Avenue, mudah ditemukan karena letaknya di pinggir jalan Karet Pedurenan. Karena benar-benar di pinggir jalan, mungkin parkir agak peer.

Minggu pertama buka, langsung cus ke sini. Tapi menu belum siap. Baru tersedia hot latte, hot cappuccino, dan ulob alias bolu pandan. Hot latte (30 ribu) lumayan enak, masih terasa aftertaste walau sedikit encer menurut selera saya.

Untuk tempatnya setipelah dengan kedai kopi masa kini, bertema industrial dengan perabot serbakayu dan rotan. Duduk di lantai 2, lucu sih ambil tempat persis di depan jendela. Tapi pemandangannya kabel-kabel listrik semrawut hi hi hi.

Baristanya ramah. Termasuk ketika saya dan teman minta tolong untuk mengecilkan volume musik, dia penuhi. Kami bakal balik lagi dalam sebulan ini, dengan harapan minuman/makanan lain sudah tersedia.

Barista di sebuah kedai kopi di Depok merekomendasikan kedai kecil ini - karena para baristanya berteman - kepada saya akhir tahun lalu. Rekomendasinya enggak berlebihan, kopi di sini enaknya kebangetan. Dengan bayar 20 ribuan saja sudah dapat iced hazelnut latte (yang standarnya enak di Jakarta harganya minimal 35 ribu) dan kopinya strong. Meski sudah dicampur sirup hazelnut, aftertaste asli kopinya masih terasa.

Selain itu pas saya datang di etalase ada camilan brownies, choco lava cake, dan donat. Harga donatnya saya lupa tapi yang lainnya murah juga, 7 ribu per piece. Saya bungkus brownies dan choco lava cake buat mertua tapi belum tanya rasanya enak atau enggak, tapi sejauh ini sih beliau enggak komplain apa-apa.

Tempatnya sendiri tidak besar dan agak panas sih dalamnya. Juga agak gelap sore, kalau lampunya belum dinyalakan. Apa mungkin karena bukan di kawasan ramai di Depok, kafe ini tidak terlalu ramai walau ada saja sih yang datang. Mudah-mudahan semakin banyak orang yang tahu Kaman soalnya sayang, karena kopinya benar-benar enak.

Ini kunjungan kedua saya ke Djule Kofi dan kebetulan pas hujan lagi. Namun Djule selalu berhasil menghangatkan, dengan perabot kayu, tembok bata merah, kaca jendela besar yang mendatangkan pencahayaan alami dari luar - oh well AC di dalam cukup kencang sih ha ha ha jadi rada kedinginan juga. Intinya saya suka desain interior Djule yang hangat, yang membuat saya dengan senang berkunjung lagi kalau kebetulan lewat. Bangku-bangku ditata berjarak sehingga pengunjung bisa mengobrol, bekerja, sampai melamun dengan nyaman.

Menu di Djule, selain cake dan pastry yang tampak di etalase, fokus ke kopi dengan tambahan menu teh. Kopinya kebanyakan disajikan hangat dan harganya standar kafe Jakarta, di atas 30 ribu rupiah. Saya baru mencoba mini white (35 ribu, belum plus tax) alias piccolo dengan jejak rasa kacang dan kopi esnya, cold brew white (40 ribu), dan keduanya enak.

Selain itu baru mencicipi nutella banana mille crepe. Ini pasti enak banget buat penyuka cake pisang, karena mille crepe-nya lembut dan krim pisangnya royal, tapi itu bukan saya. Ternyata sebagai teman minum kopi, camilan pisang yang saya suka cuma pisang goreng *yaudahsihkenapacurhat.

So far iced latte 1/15 ini adalah yang paling favorit buat saya. Mau iced latte biasa - di sini judulnya iced white latte - atau dengan flavor kayak hazelnut, tetap suka. Sayang kafe ini jauh dari area kerja dan main saya, kalau enggak salah ada gerainya di Sudirman tapi minus tempat hang out, sementara buat saya mengopi itu = hang out.

Sayangnya lagi saya belum pernah tanya biji kopi yang digunakan untuk minuman latte. Yang pasti iced latte yang saya minum, tanpa gula, menghasilkan jejak rasa fruity yang enak dan wangi. Jadi enggak heran kalau akhir pekan kafe ini ramai banget. Untungnya sekarang sudah direnovasi, sehingga sedikit tambah luas dan terang dibanding 2 tahun lalu. Tapi yang datang juga tambah banyak, saya mah enggak terganggu dengan suasana ramai asal kopi yang tersaji enak dan tiap mejanya cukup berjarak. Untuk area parkir, ada tapi masih terbatas.

Untuk makanan saya jarang coba, tapi quiche di etalase makanan recommended! Saya makan chicken mushroom quiche, lembut dan gurih, dan untuk 57.500 rupiah sudah dilengkapi dengan selada yang benar-benar segar. Wow harganya setengahnya toko pastry asal Prancis itu. Sampai saya pesan takeaway juga.

Satu lagi yang saya senangi, pelayanannya ramah dan cepat, termasuk untuk mengemas pesanan takeaway.

Klasik Coffee letaknya di jalan yang cukup ramai tujuan kuliner. Dari luar tempatnya berkesan cukup luas (termasuk area parkirnya lo), minimalis, tapi manis berhiaskan pot-pot tanaman. Masuk ke dalam yang merupakan area non-smoking - ada area smoking kok di depan dan belakang - tempat duduknya ternyata tidak banyak tapi masih bisa dimaksimalkan. Nuansanya kekinian dengan elemen tembok batu bata, lantai acian semen, dan kaca jendela besar.

Pas saya datang Senin sore itu, sesuai namanya, tersedia camilan yang identik dengan kesan klasik yakni donat kampung, marble cake, dan chocolate roll. Saya sendiri pesan iced latte (30 ribu) dan ini salah satu latte terenak yang saya coba di Bogor. Kopinya pekat, dengan aftertaste kacang. Terasa banget karena untuk latte saya enggak suka tambahan gula atau simple syrup.

Oh ya servis di sini baik dan stafnya ramah. Mengucapkan terima kasih ketika saya keluar, simpel tapi penting buat pertimbangan apakah saya akan balik lagi atau tidak.

Saya tidak familier dengan Bogor tapi Dailydose mudah ditemukan dengan Google Maps saja. Bagian luarnya identik dengan kerangka jendela warna turquoise, bagian dalamnya nyaman banget karena banyak sofanya. Kafe ini bisa memuat pengunjung di kisaran 30-40 orang. Stafnya ramah.

Pas saya masuk, dua meja ditempati anak sekolah dan satu meja lain diisi orang yang bekerja di depan laptop. Di sini selain minuman tersedia camilan, termasuk cake di etalase, dan makanan berat. Saya pesan iced hazelnut latte dan mac and cheese ball serta membungkus s'mores pie.

Semua oke kecuali satu detail. Sirup hazelnut menyisakan rasa nyelekit, itu sama dengan yang saya rasakan di sebuah kafe di Depok dan Lotte Shopping Avenue sehingga di kedua tempat itu saya tidak pernah pesan lagi kopi hazelnut.

Padahal kopi yang dipakai untuk minuman Dailydose ini enak, double shot lagi sepertinya karena pekat. Dan gelasnya besar! Jadi kopi di sini tetap boleh banget dicoba.

Lokasi dekat dengan Warmo, kalau dari arah Stasiun Tebet, sebelum lampu merah. Area non-smoking, di dalam, nyaman banget karena sebagian besar bangkunya empuk. Stafnya ramah.

Saya baru mencoba vanilla latte. Untuk level latte, kopinya mantap. Nasi goreng kari yang saya bungkus, kata ayah saya enak banget. Surprised juga mendengarnya karena jarang menemukan nasgor ala kafe yang demikian enak menurut ayah saya.

Waktu saya datang sore weekend, pengunjungnya cuma saya dan 2 orang lain. Mungkin karena tempat ini belum lama berdiri. Atau faktor nama yang kurang catchy, menurut saya pribadi sih ini (sorry).