Fannie Huang||IG:@fiehuang

Beberapa tahun lalu pernah mencoba Mama Malaka di cabang Grand Indonesia yang sayangnya udah close. Berhubung sekarang ada di HXC yang deket rumah, aku pesan via delivery.

Mereka juga lagi ada promo. Kalau beli nasi lemak ayam pandan / ayam kapitan cuma 26 ribu seporsi.

Aku mencoba :

1. Nasi Ayam Kapitan

Seporsi berisi nasi lemak, telur dadar, ayam kapitan, teri kacang & sambal.

Teri kacangnya renyah dan gurih. Untuk rasa telur dadarnya standar namun nggak berbau amis. Rasa ayamnya gurih dan agak pedas serta terasa rempahnya.

Untuk sambalnya, menurutku enak karena asin gurih. Namun buat mamaku yang juga ngicip rasanya keasinan.

Porsinya besar, sayang nasi lemaknya kurang enak. Nasinya cenderung keras. Seandainya lebih pulen akan lebih enak.

2. Nasi Ayam Pandan

Ini pesenan mamaku. Berhubung isinya sama, aku cuma ngicip ayamnya. Ayamnya enak menurutku. Tepungnya renyah dan rasanya gurih. Aku sendiri lebih suka ini daripada pesananku.

Canggu Bakehouse merupakan salah satu wish list saya di Pos Bloc. Sebelumnya pernah ke sini pas hari sabtu di awal Oktober tahun lalu dan saya kehabisan, padahal datengnya sekitar jam 1-an .

Lokasinya ada di area luar yang terlihat dari tepi jalan, jadi kalau mau ke sini nggak usah masuk ke dalam Pos Bloc. Kedainya kecil dan ber-AC dengan konsep gran and go. Seating areanya ada di luar. Namun kalau mau akses ke Pos Bloc dari pintu bagian dalam juga bisa.

Untuk haega croissantnya termasuk terjangkau. Harganya mulai dari 18 ribu - 20 ribuan. Ukurannya besar pula. Nggak heran sampai sold out, karena tergolong murah.

Selain itu juga ada beberapa jenis minuman coffee dan non coffee yang tersedia.

Saya mencoba :

1. Butter Croissant (IDR 18k)

Menemukan croissant yang enak itu nggak mudah, apalagi butter croissant. Meski kelihatannya croissant paling basic, namun kadang saya nemu croissant yang namanya butter croissant tapi nggak ada flavour croissant atau seenggaknya aroma croussant.

Ukuran croissant di sini besar dan ada rasa flavour yang cukup terasa meski nggak terlalu strong. Tekstur croissantnya flaky dan renyah, namun nggak kering. Bagian dalamnya empuk dan sedikit moist sehingga flavour adonan croissant masih terasa.

Menurut saya croissantnya termasuk enak. Sayang, seperrinya cuma ada di GoFood.

2. Ice Magic (IDR 30k)

Begitu nemu ice magic cuma 30 ribu, tanpa berpikir dua kali saya langsung pesan ini. Jujur, saya nggak terlalu paham kopi, namun sejak pertama kali mencoba magic, saya langsung suka.

Sejauh ini nggak banyak kedai kopi yang menyediakan magic di daftar menu mereka. Sebenarnya magic sendiri mirip latte, bedanya rasa kopinya lebih strong.

Berhubung saya nggak suka rasa asam, kadang ice black coffee terlalu asam buat saya. Kalau bukan karena lagi nggak kepengen latte / buat netralisir makanan manis, saya nggak akan pesan americano. Jadi magic itu kopi yang pas buat saya karena nggak se-asam Americano namun lebih strong dari latte.

Begitu pesan & memperhatikan proses pembuatan, saya udah negative thinking karena susunya banyak banget. Namun saya mencoba positive thinking, mungkin aja karena ini iced magic, sedangkan selama ini saya minum versi hot.

Pas nuangin shot ke gelas berisi susu, warnanya kurang pekat. Kayaknya cuma dituang 1 shot (?) pas saya merhatiin. Saya kurang paham soal takaran, namun saya pernah nemu kedai kopi yang makai 3 shot buat hot Magic . Saya jadi coba googling karena penasaran, standarnya pakai double shoot ristretto?

Setelah saya minum, benar aja sesuai dugaan saya. Rasa kopinya terlalu milky dan rasa kopinya sangat samar karena susunya terlalu dominan.

Tentu, saya pernah minum iced latte dan bukan hanya di 1 kedai kopi sehingga bisa membandingkan walau nggak ngerti kopi. Namun iced latte di beberapa kedai kopi yang pernah saya coba aja rasa kopinya lebih strong dan nggak se-milky ini.

Mungkin ketimbang iced magic, rasanya minuman ini lebih cocok dinamakan iced latte saja. Kalau minuman ini disajikan sebagai iced latte, saya nggak akan sekecewa ini.

Saya rasa sebaiknya perlu dipertimbangkan lagi soal komposisi kopi dan susunya.
.
.
Overall, saya lebih merekomendasikan mencoba croissantnya ketimbang kopinya. Saya suka croissantnya tapi kecewa sama kopinya.

Pondok Wong Palembang terletak nggak jauh dari belokan menuju jalan Veteran I yang memang daerah kuliner. Lokasinya tepat di sebelah sebuah kopitiam.

Saya sendiri baru tahu restoran ini karena teman saya mengajak lunch di sini. Restoran ini ber-AC dan bersih. Bahkan ada sanitizer yang tersedia di meja makan.

Di atas meja disajikan otak-otak dan saus kacang serta kue khas Palembang yang baru dihitung kalau kamu makan. Kalau nggak makan, ya nggak ditagih.

Saya mencoba :

1. Tekwan (IDR 35k)

Ini pesanan teman dan nggak saya foto. Ternyata rasa tekwannya enak. Rasa kuahnya gurih dan sedikit asin. Berhubung saya suka asin, menurut saya masih oke. Namun teman saya merasa keasinan.

Namun tekwannya sendiri kenyal dan cocok dengan rasa kuahnya. Menu ini cocok buat comfort food.

2. Pempek Campur (IDR 54k)

Seporsi berisi 6 pempek berukuran kecil. Cukonya tersedia di botol yang bisa diambil sepuasnya.

Cara penyajiannya disediakan mangkuk kecul berisi potongan timun dan ebi. Cuko bisa dituangkan di mangkuk kecil. Rupanya cara penyajian yang authentic memang seperti ini.

Timunnya segar dan saya suka cukonya. Rasanya pas, nggak pedas berlebih dan perpaduan asam, manis, gurih serta sedikit pedasnya pas.

Untuk pempeknya sendiri tidak amis serta renyah. Pempek kulitnya beneran nggak amis sama sekali. Pempek pistelnya gurih serta sedikit manis karena isiannya.

Mungkin ini tergantung selera. Saya merasa kebanyakan pempeknya cenderung hambar adonannya. Seandainya lebih gurih akan lebih enak.

Saya kurang paham.apakah pempek authentic memang seharusnya begini? Saya sendiri belum pernah menikmati pempek langsung di Palembang, namun saya pernah beberapa kali pesan pempek yang dikirim langsung dari Palembang.

Saya suka dengan cukonya, namun menurut saya rasa pempeknya sendiri standar.

3. Otak-Otak (IDR 9k/ pcs)

Saya suka otak-otaknya. Teksturnya nggak kenyal berlebih karena terlalu banyak tepung, ikannya pun cukup terasa dan gurih serta ada sedikit aroma smokynya.

Kacang di sausnya lumayan banyak, namun seandainya lebih gurih akan lebih enak. Menurut saya, meski rasa saus kacangnya masih oke, namun otak-otaknya lebih enak.

Saya tertarik mencoba brand yang satu ini karena direkomendasikan kenalan. Selain itu foto-foto di IG tampak menarik dan review yang bagus.

Harga menu di sini termasuk pricy untuk ukuran resto yang awalnya hanya bisa delivery saja. Kalau sekarang bisa reservasi buat private dining atau ke restonya di PIK.Jadi saya penasaran dan berekspektasi. Asumsi saya, mahal = kemungkinan enak.

Jadi berhubung aplikasi Bl*Bli lagi ada promo dari resto + voucher diskon, saya dapet seporsi classic beef lasagna ukuran small + tiramisu mini cuma 72 ribuan aja udah sama ongkir.

Saya mencoba :

1. Classic Beef Lasagna

Sesudah membaca review, saya berasumsi kalau porsinya bakal mini dan saya kemungkinan harus pesan lunch lagi. Surprisingly, begitu datang ukurannya lebih besar dari dugaan saya. Saya bahkan kenyang makan seporsi sendirian.

Tampaknya lasagna ini merupakan frozen food yang tinggal dipanaskan saja sebelum disantap, ada panduannya di kemasan. Namun pas diantar ke saya untungnya sudah dipanaskan dan masih hangat.

Saya nggak seharusnya menaruh ekspektasi berlebihan sama lasagna surprisingly murah dibanding menu-menu main course lainnya (selain mac & cheese).

Dan turn out, saya memang kecewa dengan lasagnanya karena sudah berekspektasi tinggi banget. Pastanya hanya 1 lapis dengan tomato paste dan daging serta saus bechamel dan cheese di atasnya.

Pastanya al dente, daging sapinya pun cukup banyak TBH, daging sapinya empuk dan enak. Potongannya cukup besar sehingga daging terasa. Tomato paste memberikan rasa asam.

Namun saya kurang suka tomato pastenya. Rasanya kurang strong dan tomato pastenya terlalu watery buat lasagna (?). Agak susah diexplain, intinya tomato pastenya terlalu cair dan rasanya agak tawar dan teksturnya kayak air warna merah (?).

Sau di atasnya creamy dan cheessnya cukup terasa. Selain tomato pastenya, yang lain masih oke.

Ini bukan pertama kali saya makan lasagna. Kira-kira saya punya gambaran seperti apa rasa lasagna sehingga bisa membandingkan.

Overall, rasa lasagnanya biasa saja. Namun harganya memang murah dibanding ukurannya. Kalau kamu makan lasagna ini tanpa berekspektasi berlebihan, mungkin bakal puas. Saran saya, expect nothing pas pesan menu ini. Saya nggak ngeh karena harganya surprisingly murah dibanding menu pastanya yang bisa 100 ribu+, padahal harusnya saya curiga >

2. Tiramisu

Jujur, saya kasih rating 4 karena puas banget sama tiramisunya. Saya nggak expect bakal seenak ini.

Tiramisunya nggak oversweet, tekstur bolunya pun pas. Teksturnya nggak terllau lembut namun nggak terlalu kasar. Di atasnya ada krim dengan aroma dan rasa kopi yang sedikit pahit. Saya suka banget krimnya.

Rasa krim dan bolunya pun menyatu. Beneran enak banget. Jarang menemukan tiramisu yang enak begini . Super recommended ❤️❤️
.
.
Overall, kalau kalian mau makan lasagna murah, pesan lasagnanya masih bolehlah. Namun sepertinya lain kali saya ingin coba pastanya saja. Karena harganya lebih mahal dan pastanya home made, mungkin memang enak sesuai review banyak orang.
.
.
P.s : Foto asal banget, soalnya saya auto kepengen makan begitu sampai. Super penasaran sama rasanya.

Habis lunch di daerah PIK, aku dan teman memutuskan pakai voucher dan beli minuman. Lumen sendiri terletak menghadap ke arah kawasan yang biasa dipakai buat bersepeda.

Seating areanya ada di area outdoor maupun indoor.

Aku mencoba :

1. Cloudy Pink Grenade Size L -- (IDR 44k)

Pada cicipan pertama, rasanya super manis! Rasa es krimnya cenderung milky dan manis hingga meninggalkan after taste di mulut.

Rasa minumannya mungkin harusnya segar. Rasa lemonnya lumayan terasa. Namun rasa es krimnya dominan sehingga jadi kemanisan. Meski es krimnya udah kuambil sebagian di atasnya tetap terasa manisnya.

Mungkin kalau tanpa es krim jadi lebih enak. Atau kalau kalian suka manis, kalian bakal suka. Namun aku nggak terlalu tahan manis dan ini kurang cocok sama preferensi rasaku. In the end, aku terpaksa ngabisin karena sayang udah beli.