Micwengeneral B

DIN TAI FUNG'S TAXONOMY! >> Din Tai Fung, Mall Taman Anggrek, tidak menjual hot chocolate. Namun, paikut goreng spesialnya (42 ribu) wangi! Empuk pula dan sudah tanpa tulang.
Kali ini saya tidak memesan lamian angsio sapinya, namun mi dan dannya (40 ribuan, lupa). Minya halus seperti biasa, namun, saya lebih menyukai lamian bebek asap tausinya Imperial Shanghai Lamian P.I untuk saus minya. Xiao long baonya lumayan, sedangkan bakpao talasnya mirip - mirip cabangnya tempat lain. Ayam goreng cabenya juga enak, ayam asapnya lumayan dan cocok menjadi pelengkap minya.
Tempatnya menggunakan meja dan bangku kayu dengan tapak bangku berbahan doff hitam. In final words, Din Tai Fung ada pula di Mall Taman Anggrek.

Inilah salah satu kwetiau yang suka saya kunjungi di Senopati. Namanya Kwetiau Sapi Aciap.
Sebenarnya dia punya cabang yang lebih dekat, yaitu di Mangga Besar. Namun saya belum pernah ke yang di Mangga Besar, tahu lebih dulu yang di Senopati. Tempatnya seperti suasana rumah, homey.
Disini kwetiau yang suka dipesan saya dan keluarga yakni kwetiau bunnya. Ini luar biasa, saya sampai sulit mengungkapkan rasanya seperti apa, terlalu menikmatinya.
Saya juga terkadang suka membeli kwetiau goreng dan sering juga nasi gorengnya. Saya kalau pesan selalu request daging sengkel sapi saja, di sini ada pilihan daging, ada juga seafood.
Kwetiau kuahnya biasa, demikian juga bakso kuahnya. Kalau bakso lebih enak yang tempat lain, namun lain cerita dengan bakso gorengnya. Bakso gorengnya garing dan legit!
Nah, sayangnya juga (mungkin juga karena tanahnya yang elit), harga kwetiaunya tergolong mahal untuk kelasnya. 1 porsi kwetiau 40 ribuan, di tempat lain yang di daerah Hayam Wuruk sana cuma 20 - 30 ribuan saja.
Overall kwetiaunya sangat berkarakter dan harus bisa bertahan di Senopati.

NYAM NYAM NYAM! >> Ada satu tukang jualan pho namanya NamNam, dia di Plaza Indonesia berdampingan dengan Sari Ratu. Tempatnya seperti biasa, meja kayu (atau mungkin bambu), dan agak gelap.
Phonya luar biasa. Kwetiaunya halus, kuah phonya segar banget, ringan, dan ketumbarnya melimpah. Kuahnya banyak pula, irisan dagingnya juicy, dan sangat memuaskan!
Sudah begitu, baksonya legit. Mirip bakso uratnya Bakso AFung, saya suka sekali tekniknya.
Banh mi nya juga very good. Rotinya garing, isinya juga nyaring. Pelengkap phonya sendiri juga banyak, ada sekitar 5 - 6 macam saus disediakan di meja.
Well, 1 pho harganya 80 ribu, banh minya saya agak lupa hehehehe. Kalau totalnya biasa makan berempat bisa 500 ribuan. Sedangkan pelayanannya sih saya anggap ok.
Yang jelas, saya hanya mau 'nyam nyam nyam nyam' pho di NamNam. Really. So, add points too!
-- nyam nyam nyam nyam --

Cabangnya Ippudo di Central Park - NEO Soho, pernah saya susupi. Saya membeli lamian shiromaru yang ditambah pork belly alias samcan, kuahnya masih sama milkynya. Namun, samcannya agak sedikit lebih asin.
Gyozanya diluar perkiraan saya, enak! Sedikit lebih enak dari Abura Soba punya gyoza. Bunnya empuk, tempatnya standar namun bangkunya cukup nyaman.
Untuk harganya bertiga 410 ribuan.
*Please note : saya ada add poin atas aspek pelayanan dan kebersihan karena gyoza dan lamiannya itu. Saya tidak bisa memberi poin lebih untuk harga karena sudah diatas 70 ribu per mangkok, so saya tambahkan di kedua aspek tersebut saja hehehehe.

Sate Khas Senayan (saya menyebutnya Sate House) merupakan salah satu gerai sate sejak masa kecil saya, since 2004an. Apa yang ada disini?
Saya pertama kali makan di Sate House di cabang Cideng. Lokasinya tepat di perempatan Cideng, yang ada KFC Cideng. Gedungnya, kalau dari jalan musi atau yang Favehotel, ada di sebelah kiri. Kalau dari arah Tanah Abang, gedungnya sebelah kanan.
Ketika masuk, mesti naik 1 lantai melalui tangga atau lift. Tempatnya Sate House memiliki aksen coklat, meja dan bangkunya kayu.
Nah, satenya tentu paling menarik. Sausnya benar - benar halus dan manis. Satu tips dari saya, request satenya dipanggang sampai kering, sebab tusuk satenya suka dingin. Tapi meskipun demikian, sekarang penyajian piring satenya ditaruh diatas arang jadi beberapa saat kemudian bisa jadi (sangat) panas.
Nasi Balinya juga luar biasa! Pedas, gurih, isinya lengkap lagi. Isinya ada ayam pelalah, urap, kulit ayam, sambal, telur cabai, kacang goreng, sate lilit, dan pilihan empal/sayap ayam (kalau tidak salah sayap ayam, biasa saya pilih empal sih hehehehe).
Sosis solonya garing, tahu telurnya very good, soto ambengannya juga punya ciri khas, namun terkadang sotonya kurang konsisten. Kadang - kadang keasinan, kadang - kadang kurang asin. Soto betawinya good, tapi mahal, 71 ribu. Kadang - kadang pelayanannya juga butuh koreksi, suka lama untuk mengeluarkan hidangan tertentu.
Sebenarnya dulu Sate House pernah menjual bistik sapi. Orang tua saya kadang - kadang suka beli itu (inget sampai pernah minta tabasco). Sekarang sudah tidak ada, namun kalau natal biasa ada galantin.
Dulu satenya saya ingat masih cuma 32 ribuan, sekarang sudah 55 ribuan seingat saya. Pengaruh inflasi sih. Fresh orange juicenya 43 ribu. Sate House cabang Cideng tidak terlalu ramah disabilitas juga, sebab saya tidak melihat bidang miring saat mau masuk gedungnya. Ke restorannya sih ada lift.
Nonetheless, Sate House benar - benar ada melalui saus satenya yang memang halus dan berkarakter. Walau kini mulai disaingi oleh restoran lain semisal Miramar.
-- Bukan sekadar sate rumahan!! --