Micwengeneral B

Ya, sebelah Urban Kitchen di Central Park kini menjadi foodcourt juga, banyak gerai baru. Salah satunya adalah Soto Mie Sarodja.

Jadi saya coba soto minya yang seharga 35 ribu belum tax & servis (agak janggal, foodcourt ada servis charge, 3.5 persen). Sotonya sih lumayan gurih, irisan dagingnya cukup banyak, dan bulatan risolnya cukup besar - besar.

Kurang jeruk nipis saja.

Kita sempat meng-order secara online chicken bite dan sweet plum potato dari Hot Star cabang Grand Indonesia.

Sweet plum potato-nya terlalu manis, dan bercampur rasa asin, saya kurang begitu suka. Namun, ayam bitenya ok, gurih, aromanya juga jauh lebih berasa netral tidak menunjukkan abnormality. Totalnya sekitar 76 ribu belum ongkos kirim.

Ayam Hot Star ini lebih baik dari gerai sejenis di foodcourt Neo SOHO, walaupun ia bukanlah bintang utama.

Saya menyambangi kembali De Pluit di Muara Karang bersama keluarga, setelah saya 'berdiskusi' dengan teman saya mengenainya. Betul, beberapa waktu belakangan ini saya terus terngiang - ngiang akan pendapat teman saya mengenai De Pluit.

Sesampainya di De Pluit, saya seperti biasa memesan sapo urat kesukaan saya. Ada puyunghai dan fumak lindung. Fumaknya ok, renyah, terdapat cao. Puyunghainya juga lebar dan bersaus asam manis.

Namun, walaupun lebar, pendapat teman saya akhirnya terbukti juga. Isi daging cincang di puyunghainya cenderung kurang segar. Sapo uratnya juga sekarang malah agak tawar. Bahkan, sekarang sapo uratnya kalah jauh daripada sapo urat sapi Restoran Central.

Sebelum kunjungan sekarang, sebetulnya saya sudah diperhadapkan akan masalah yong tou fu yang abnormal di sana. Filling daging cincang di yong tou funya saat terakhir makan, berbau tidak semestinya. Amis.

Sangat disayangkan. Padahal, hidangan di De Pluit benar - benar terjangkau. Bahkan cenderung jarang terjadi bahwa kita menggelontorkan dana lebih dari 100 ribu per orang di sana, ditambah tidak adanya biaya servis dan rounding, juga. Tadi saja masih hanya 330 ribu berempat. Bahkan, De Pluit juga sudah nirkabel terhadap mesin EDC ATM-nya.

Masalah di sapo urat dan yong tou funya memang mengganggu, ini. Saya harus mengatakannya sebelum hal ini menjadi sesuatu yang merusak impresi saya (bahkan reputasi) terhadap De Pluit.

Terlepas dari masalah itu, memang sudah agak sulit menemukan restoran keluarga murah meriah seperti De Pluit ini, kecuali kalau kita mau menunggu sekitar 1 - 2 jam di Wing Heng cabang Muara Karang.

Restoran juga masih bisa dilewati penyandang disabilitas, walaupun De Pluit belum kompatibel reservasi online Chope. De Pluit sendiri juga ada 2 lantai, di lantai bawah terdapat beberapa sofa, interiornya khas restoran keluarga. De Pluit juga terdapat galeri pia, kerupuk, dsb.

Hanya masalahnya itu yang membuat saya harus berbicara. Sebelum masalahnya menjalar kemana - mana.

Kita sedang mau mencoba Jamba Juice yang bersebelahan dengan Starbucks di SOGO, Central Park Mall. Tempatnya kecil, dan kalau sedang membawa troli harus melalui luar gerai supaya tidak kerepotan saat masuk, sedangkan bagian luar gerai adalah area untuk merokok.

Saya sendiri sebetulnya tidak terlalu ingin membicarakan tempatnya, jadi saya langsung saja membeli smoothies chocolate, banana, dan granola di sana. Harganya 49 ribu, dan 57 ribuan untuk large.

Bagaimana dengan smoothiesnya? Di satu sisi, smoothiesnya menurut saya mirip Milo. Namun, di sisi lain, smoothiesnya agak kasar.

Jadi, sepertinya ke Jamba Juice memang lebih akurat kalau membeli juicenya saja ketimbang smoothies cokelat ini, lebih selaras namanya. Dan, membeli minuman cokelat seperti ini juga lebih berasa klop di restoran kelas elit, seperti misalnya Ristorante Da Valentino, Westin, dll.

IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk

Kita makan lagi di Kafe Betawi cabang Central Park, sebetulnya kali ini hidangannya kelewat banyak sampai nyoba sup buntut - capgomeh segala, namun yang difoto mi kangkung, nasi goreng, dan sate dulu.

Mi kangkungnya kini lebih enak daripada dulu. Walaupun saya masih lebih suka mi kangkung Si Jangkung di Grand Indonesia, karena lebih kental.

Satenya namun lagi cenderung gosong. Nasi gorengnya juga lagi asin. Mungkin lain kali coba ke sana saat makan siang...

Barusan saya coba teh botolan di 63 Teh Enam Tiga, sembari keliling santai di Plaza Indonesia.
Tehnya katanya ada rosela. Namun saya kurang menyukainya, diminumnya kayak ada sedikit bau getir. Padahal teh botolnya asam dan sedikit manis.
Aslinya memang saya tidak sedang ingin meminum teh botolnya, apalagi teh botolnya yang sekitar 10 ribuan per botol sudah dalam keadaan dingin. Sedangkan saya sedang flu.
Anehnya, Teh Enam Tiga ini jualan teh, namun kok nggak ada teh panas, ya?
IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk

Waktu libur kemarin, saya sempat main ke Cimory Mountain View juga yang terletak di jalur Bogor - Puncak. Tempatnya, selain asri dan terdapat taman bermain, kalau menjelang malam, juga berubah menjadi semacam pendingin ruangan alami.

Betul, adem. Namun, tidak untuk camilannya.

Diluar iga hotplate gulainya yang wangi dan gurih gulai/kari, hidangannya yang lain mengecewakan. Bahkan, sotonya cenderung aneh. Minuman susunya juga lebih enak Greenfields.

Harganya pun mahal untuk kategori Bogor dan Puncak, iganya 67 ribu, sotonya 92 ribu untuk 2 mangkuk, totalnya hampir 400 ribu dengan pajak & servis yang juga cukup tinggi untuk kelasnya, 17.7 persen. Untungnya tidak ada rounding bill.

Kelemahan lainnya, reservasi online Chope juga tidak kompatibel, restoran juga tampak kurang ramah penyandang disabilitas karena banyaknya anak tangga.

Terlepas dari kekurangannya, Cimory Mountain View ini memang ‘jual’ pemandangan. Dan, terdapat tempat belanja di dalamnya. Saya yakin produk yang ditawarkan di tempat belanjanya tersebut berasal dari grup Cimory sendiri.

Walaupun produknya milik sendiri, produknya tetap belum bisa menyamai produk pemandangannya itu.

IG Credits :
@michael_wen96
@es_shanghai_aconk