Rumah Kopi Ranin mengingatkan saya pada desa Waerebo di NTT. Akses yang tidak mudah untuk menuju kesini, masih harus dilanjutkan dengan jalan bebatuan setapak yang menurun dan pematang ladang untuk benar-benar sampai di dalamnya. Saat baru sampai, pengunjung akan melewati sebuah pondok tempat menyimpan biji kopi. Dari sana mulai tampak pemandangan kebun luas nan hijau tempat dimana Rumah Kopi Ranin berada. Aroma tanah yang terguyur rintik hujan, titik-titik air yang membasahi dedaunan dan udara sejuk yang langsung menyelimuti, menjadi kesan pertama yang begitu berbeda.
Karena saat itu kondisi cuaca sedang hujan, jadi jalan setapak yang beralaskan tanah dengan sedikit rumput agak licin untuk dipijak, saya cukup hati-hati melewatinya. Setelah sampai di bangunan utama mirip seperti pendopo, baru lah saya semakin tenggelam dalam suasana asri yang benar-benar jarang ditemui dimana pun di ibukota. Beruntung, meskipun ramai saya masih kebagian tempat duduk, karena telat sedikit saja pengunjung setelah saya harus menelan kekecewaan dan kembali keluar karena tidak kebagian kursi. Sebenarnya kursi di ruang terbuka masih banyak tersedia, berhubung masih hujan jadi siapa juga yang mau ngopi sambil ujan-ujanan kan?!
Disini terdapat dua buah pendopo besar, satu sebagai ruang utama, satu lagi merupakan rumah bagi para pegawai yang terdapat sebuah musholla kecil untuk pengunjung disebelahnya. Segala yang ada disini tuh tampak tradisional dan bersahaja. Elemen kayu pada lantai, unsur-unsur kesederhanaan furnitur serta ornamen ruang, kolam berbatu pinggir pendopo utama dan pastinya hamparan halaman luas penuh rerumputan juga pepohonan, menjadi kombinasi yang tepat sehingga mampu membawa suasana nyaman nan menenangkan, selain tentunya gemericik hujan.
V60 (Rp.25.000,-) menggunakan beans yang berasal dari wilayahnya sendiri yaitu Bogor. Secara mengejutkan, sentuhan rasa yang menyapa lidah saya agak berbeda dengan kopi tanah Sunda pada umumnya, yang satu ini memiliki unsur pekat diakhir sesapan. Meski demikian, karakter Jawa Barat masih kentara melalui kejutan-kejutan asam buah dengan tingkat ketebalan yang kuat. What a wonderful black coffee.
Selain kopi hitam dengan seduhan manual, sayapun mencoba minuman kopi turunan berbasis espresso bernama Latte Mint (Rp.32.000,-) minuman cantik yang disajikan didalam gelas bergagang stainless. Karena sudah diberi tambahan susu, jadi kegarangan kopi terselimuti dengan lembut gurihnya susu ditambah sensasi dingin dingin seger dari mint.
Pisang Goreng (Rp.16.000,-) pisangnya lembek, empuk dan manisnya nyaris sempurna karena ciptaan karamelisasi alaminya belum terlalu melimpah ruah. Tapi dengan ditemani pisang goreng ini, ngopi di Rumah Kopi Ranin terasa begitu sempurna. Hanya memang pelayanannya agak kewalahan dengan banyaknya pesanan sore itu, jadi saya harus menunggu agak lama. Untung si mas-mas baristanya sangat ramah dan bersahabat, jadi lumayan menghilangkan rasa jenuh saat menunggu pesanan sampai ke meja saya...