Pegadaian sukses dengan peluncuran coffeeshop mereka yang diberi nama The Gade Coffee & Gold. Bukti keseriusan mereka di dunia kopi terlihat dari beberapa aspek, mulai dari segi rasa, kualitas dan yang tak kalah penting adalah desain tempat artistik juga nyaman. Engga heran sih kalo hampir di setiap gerainya selalu ramai pengunjung, baik reguler maupun hanya sekedar coba-coba. Bahkan di beberapa outlet sering dipakai untuk acara gathering atau meeting.
Dari beberapa outlet yang telah tersebar di beberapa titik di Jabodetabek, gerai paling keren menurut saya adalah yang berlokasi di daerah Sabang, tepat disebelah Hotel Mercure. Sebuah bangunan lawas yang menjulang tinggi dengan material bata merah menjadi daya pikat tersendiri yang begitu kontras dengan signage keemasan dan sebuah pohon ketapang kencana yang memang tercipta begitu artistik secara alami didepannya. Rasa-rasanya seperti sedang tak berada di Jakarta, melainkan di NYC (sedikit berlebihan sih, tapi kamu bisa rasain sendiri deh kalau mampir kesini)
Masuk kedalam, pusat perhatian langsung tertuju pada meja barista dimana terpasang lagi sebuah neon box berlogo The Gade di salah satu sisinya. Seperti kafe pada umumnya, pengunjung dapat langsung memesan dikasir yang posisinya merangkap dengan barista area tersebut, melakukan pembayaran setelah memilih menu yang diinginkan, lalu menunggu pesanan diantarkan ke meja dimana kita duduk.
Seating areanya ternyata tidak terlalu luas, mengelilingi ruang barista di tengah-tengah, sehingga berbanding terbalik dengan tampilan bangunan kalau dilihat dari luar yang terkesan besar dan lega. Pilihan tempat duduknya bervariasi, ada meja bar yang menghadap kearah Jalan Agus Salim, sebuah sofa empuk dengan meja dan dua buah kursi didepannya, beberapa pasang bangku couple dan satu ruang smoking yang terbilang minimalis.
Van Lenning Latte (Rp.22.000,-) menjadi minuman pilihan saya di malam ini. Sebenarnya lagi kepengen kopi seduh manual hangat, tapi apa daya otak memerintahkannya lain, jadilah pesan es kopi susu versi The Gade ini dengan sedikit es batu supaya engga terlalu dingin karena memang cuaca diluar sedang syahdu-syahdunya alias gerimis kecil penuh kenangan, eh genangan maksudnya. Rasanya jelas enak, kentel, manis arennya berani, komposisi kopinya engga main-main dan cukup creamy di lidah. Wajar sih kalo harganya sedikit diatas rata-rata minuman sejenis di tempat lain.
Selain minuman dingin, saya pun mencoba minuman hangat non kopi bernama Hot Taro (Rp.30.800,-) tersaji cantik sekaligus artistik dengan hiasan latte art rumit, minuman ini jauh lebih mempesona dari hasil jepretan foto yang saya ambil melalui kamera ponsel. Aroma khas taro yang susu banget, sudah langsung tercium sesaat sebelum mulut menempel ke bibir cangkir. Pas diseruput, sensasi manis milkynya langsung menyeruak keseluruh langit-langit, hingga membuat lidah ini terbuai dengan lembut...