Le’ Mangano termasuk penghuni baru The Flavor Bliss Alam Sutera. Baru beroperasi belum lagi mencapai 3 bulan, suatu akhir pekan saya dan teman mendatangi Le’ Mangano yang mempresentasikan diri sebagai kedai kongko dan resto sudah sedikit lewat jam makan siang, area non-smoking yang ber-AC di bagian depan sangat ramai. Kami memutuskan duduk di area semiterbuka di belakang, cukup nyaman karena berfasilitaskan bangku sofa, kipas angin, dan dilingkupi pohon serta tanaman hias, sehingga kami tidak kepanasan. Selain itu masih tersedia area smoking dan non-smoking yang juga ber-AC di lantai 2.
Membaca nama Le’ Mangano mungkin ada yang terkecoh, mengira hidangannya khas Italia. Ternyata nama ini diambil dari bahasa Jawa, dari kata “Le, mangano” atau “Nak, makanlah”. Asal-muasal nama ini tergambar pada mural di bagian depan dan di sisi tangga yang menjembatani lantai 1 dan lantai 2. Le’ Mangano menyuguhkan masakan Nusantara, bukan Jawa atau Pulau Jawa saja. Ada pula masakan dari Sumatera dan Sulawesi. Agar cita rasa makanan autentik, Le’ Mangano sampai mendatangkan beberapa bahan baku dari daerah asal masakan atau daerah yang paling banyak memproduksi bahan baku itu. Misalnya ikan cakalang dan ikan roa dari Manado, daun pakis dari Pontianak, jantung pisang dari Lampung, juga petis dan bubuk kedelai dari Malang.
Hasilnya, masakan yang saya dan teman saya cicipi di Le’ Mangano ngangenin, bak masakan ibu sendiri. Yang wajib dicoba adalah gulai kepala kakap (88 ribu), yang pas baru dihidangkan di meja wanginya menguar ke mana-mana. Saya bukan penggemar gulai, tapi gulai kepala kakap Le’ Mangano ini kaya rasa, sangat saya nikmati karena kuah santannya tidak terlampau mahteh dan bikin enek. Kuahnya lembut, menyatu banget dengan daging kepala kakap yang juga lembut. Buat yang enggak suka kepala ikan, no worries, Le’ Mangano punya kari patin, kari gurame, gurame kipas, atau gurame kemul cabe ijo untuk versi pedasnya.
Porsi kepala kakap ini cukup besar, paslah buat santap berdua atau bertiga dengan teman. Apalagi harus icip juga hidangan lain, seperti andalan Le’ Mangano lainnya yakni bakwan jagung. Kelihatan dan kedengaran sederhana, ya? Jangan salah, bakwan jagung (isi 3, 23 ribu) Le’ Mangano ini rasanya wah. Ukuran per potongnya besar, renyah banget apalagi pas dimakan masih panas, dan jagungnya dominan. Cocok!
Kami juga mencicipi udang pete balado (40 ribu) yang pedas gurih dan sayur yang sudah jarang kita temukan, oseng jantung ikan teri (28). Ini meski di buku menu menyandang tanda cabai alias pedas, yang lebih menonjol adalah rasa rempah. Jantung pisang yang lembut berpadu serasi dengan ikan teri yang renyah.
Namanya saya penyuka kopi, yang paling mengesankan di sini buat saya adalah kopinya. Pastinya Le' Mangano pakai biji kopi lokal dalam setiap racikan kopi. Nah ini wajib coba banget, kopi santen baik dalam versi dingin maupun hangat. Saya pesan es kopi santen (29 ribu), mengesankan karena meski menggunakan kopi robusta Semendo yang terbilang kencang, rasa kopi dalam minuman ini lembut sekali berpadu dengan santan dan gula aren. Bahkan saya tidak mengira kopi santen ini pakai kopi robusta yang kurang saya sukai, karena saking tidak terasanya aroma robusta yang keras. Pas banget dinikmati di siang yang panas itu. Di sini juga akhirnya saya bisa menikmati yang namanya kopi Gayo Wine. Tidak banyak kedai kopi yang menawarkan kopi ini, salut deh Le’ Mangano memasukkan kopi yang kalau tidak salah memang tidak banyak beredar ini ke dalam menu. Diracik dengan metode V60, Gayo Wine (25 ribu) ini rasanya memang beda dengan kopi hitam lainnya, karena ada rasa fermentasinya. Jangan khawatir, tidak mengandung alkohol.
Belum lengkap kunjungan tanpa mencicipi camilan khas: ketan isi srikaya (18 ribu). Baik ketan maupun selai srikayanya homemade. Ketan bakarnya bertekstur ringan, sehingga ideal sebagai camilan atau pengganjal sebelum beralih ke makanan berat. Selai srikayanya segar dan tidak terlalu manis, cocok deh buat teman minum kopi. Kalau ingin lebih puas lagi, bisa pesan ketan platter yang isinya 5 dan rasanya berbeda-beda; selain srikaya dan cokelat yang manis, ada rasa bubuk kedelai dan serundeng yang gurih serta roa yang pedas.