Zelda Lupsita

Siang itu kita dateng at odd hour, jam 3, jadi tempatnya gak terlalu ramai. Kita pilih duduk al fresco biar kena angin sepoi-sepoi. Pesanan kita kali ini adalah carne taco yaitu tortilla dengan shredded beef, salsa fresca, dan salsa hijau di atasnya. Sebenernya menu ini pakai guacamole juga tapi sengaja kita pesan tanpa itu. Kita juga pesan tambahan salsa fresca dan jalapeno. Daging sapinya berlimpah dan lembut banget, bumbunya juga meresap banget, tapi rasanya sedikit keasinan. Luckily, tambahan salsa frescanya bikin segar dan jalapenonya juga kasih sedikit nuansa pedas di hidangan ini. Pelayanan disini ramah dan cepet banget. Meski waiternya gak nulis orderan di notepad (yang kadang bikin worry) tapi menunya kita datangnya sesuai pesanan 

Agak susah nemuin cafe ini, sampai harus muter karena kali pertama gak berhasil nemuinnya. Letaknya di lantai atas sebuah rumah. Dekorasinya homey banget dan kapasitasnya gak begitu besar, sekitar 35an pengunjung. Kita duduk di dekat bar yang penuh pernak-pernik dan diterangi bohlam-bohlam kecil. Kalau siang banyak natural lightnya karena ada kaca-kaca jendela besar. Kalau malam disini suasananya sedikit temaram. Kita pesan hot cappucino dan hot mocha. Kopinya gak begitu special, malah cenderung kurang kuat rasa kopinya. Tapi suasana disini cozy banget jadi betah 

Steakhouse ini memberikan suasana yang lebih luxe namun tetap casual. Kita duduk di booth dengan sofa-sofa empuk di suatu siang dan restoran ini gak begitu ramai dengan lunch crowd. Ribeye dimasak medium well dengan loaded baked potato dan steamed veggies menjadi pilihan gue saat itu. Ketika datang, agak ilfeel karena ribeyenya kok berlemak.. biasanya kan kalo ribeye lemaknya menyebar gitu (marbling) tp yang ini ada segumpal besar lemak di tengahnya. Kematangannya lumayan, dagingnya masih ada semburat warna pink. Sausnya enak, kentalnya pas dan rasanya gurih. Overall, for the price I expect more. Mungkin next time datang lagi untuk coba ribsnya.

Restoran ini salah satu tempat ramen yang sering banget gue kunjungin. Favorit ramen disini adalah tori tantan yang agak pedas dan isinya rame: daging chasiu ayam, daging ayam potong dadu, dan telur. Biasanya makan berdua disini ramennya disharing karena porsinya emang lumayan banyak dan ditambah side dishnya, kali ini kita pilih tori ebi gyoza which is gyoza isi ayam udang yang dipanggang. Kuah ramennya gurih dan pedas dari chili oilnya, mienya dimasak hingga kenyal sempurna, dan dagingnya ada rasa smokey yang menggoda. Gyozanya juga padat berisi adonan daging ayam dan cacahan udang, jangan lupa dicocol sausnya dulu dengan mix soy sauce, vinegar, dan bubuk cabai. Pelayanan disini juga cepat jadi gak perlu nunggu lama untuk servicenya.

Pertama kali nyobain Segafredo di PI karena lagi pengen duduk al fresco sambil ngopi. Tempatnya lumayan cozy sih, bisa pilih antara bangku atau sofa-sofa berwarna merah. Kali ini pesannya hot cappucino, iced mezzo-mezzo, dan chicken wings untuk dishare. Chicken wingsnya enak, kulitnya garing dan bumbunya meresap. Cappucinonya ok lah tapi gue prefer iced mezzo-mezzo, yaitu sebuah campuran espresso dan chocolate. Mirip mocha tapi entah kenapa disini rasanya balanced banget: kopinya masih kuat dan chocolatenya legit, after tastenya gak pahit tapi juga gak manis-manis banget.

Nasi uduk ini baru buka sore menjelang malam di halaman pasar hias rias, gak jauh dari stasiun Cikini. Kita bisa pilih mau duduk di tenda atau lesehan di teras pasar. Kita pikih untuk duduk lesehan dan pegawainya langsung datang untuk kasih menu dan form order. Kita pesan nasi uduk, ayam goreng, tahu, sate usus, es jeruk, dan teh. Minuman datang datang gak pake lama dan langsung disusul makanannya. Porsi nasi uduknya lumayan besar, wangi, dan lemak dari santannya berasa. Ayamnya cukup ok, bumbunya agak manis. Ususnya disajikan semacam dibuntel-buntel dan 1 tusuk sate isinya 4 buntel, jadi cukup banyak juga porsinya. Sambelnya enak banget...gue campur sambel merah dengan sambel kacangnya jadi rasanya pedas, agak manis dan gurih.. Cocok banget dimakan sama nasi uduk yang masih hangat.

Restoran ini letaknya literally di garasi rumah. Lokasinya sangat dekat sama pasar mayestik, bisa jalab kok dari situ. Nah, gue pesan black angus ribeye steak dengan saus butter garlic. Selain butter garlic ada beberapa pilihan saus lainnya seperti asian flair, beer, dan cajun. Anyway pas steaknya datang cukup happy karena ukurannya besar dan diatasnya ada banyak potongan bawang putihnya. Steaknya dimasak medium-well sesuai pesanan, which was surprising karena kadang di restoran steak kasual macam ini kematangan steaknya suka missed. Rasanya enak. Saus butter garlic ini sangat light jadi kita bisa rasain true taste dagingnya. Steaknya datang ditemani kentang goreng dan sayuran. Sayurannya enak dan masih crunchy. Kentang gorengnya juga ala rumahan dan garing di luar tapi lembut di dalam. Overall, walaupun bentuknya garage restaurant tapi rasa steaknya bisa diadu (harganya juga sih )

Kalau makan steak sama keluarga, hampir bisa dipastiin selalu ke sini. Suasananya oldies, agak temaram dengan live music menemani pengunjung menyantap dinner mereka. Untuk pilihan menunya dari kecil sampai sekarang gue setia sama tenderloin.. Malam itu gue pun memesan AUS tenderloin medium well dengan saus a la gandy. Yang gue suka disini steak disajikan di hot plate dan begitu sampai di meja sausnya baru dituang jadi langsung sizzling dan aromanya menggugah selera banget. Steaknya dimasak tepat medium-well jadi dagingnya masih juicy tanpa terlalu "berdarah". Sausnya gurih banget, pas dimakan bareng steak dan jamurnya. Pelengkap steaknya juga unik karena selain baked potato dan sayuran juga ada acar bawang dan cabai rawit. Overall, meskipun restoran ini jadul tapi rasa khasnya masih ngangenin dan buat gue it's still one of the best steaks in town