yudistira ishak abrar

Semakin sukses sebagai penyaji kopi kekinian, Kopi Nako kembali membuka gerai baru. Bukan di Bogor (daerah asal kedai kopi ini) tetapi mereka memilih lokasi di Jalan Raya Lapangan Tembak, Jakarta Timur, di salah satu unit Ruko Cibubur Indah. Kalau biasanya barisan kaca nako menjadi bagian dari jati diri Kopi Nako di setiap gerainya, disini saya tidak menemukannya satupun. Identitas mereka terlihat dari polesan semen ekspos yang melapisi keseluruhan bangunan tiga lantai dan mural bergambar barisan rumah dibeberapa sudut ruang.

Saat mampir, meski terbilang baru, keadaan sangat ramai. Aktivitas pemesanan yang dilakukan di depan, sempat membuat pengunjung sedikit mengular. Memfasilitasi kebutuhan pengunjung yang beragam, Kopi Nako menyiapkan area smoking dan non smoking dengan jumlah luas yang sama. Lantai satu sepenuhnya non smoking, lantai tiga sepenuhnya smoking bergaya rooftop dan lantai dua menyediakan keduanya, baik smoking dan non smoking.

Desain Kopi Nako yang tampak bergaya modern menjadi daya tarik bagi para pengunjung, terutama kaum remaja yang ingin menikmati kopi sambil mengobrol bersama teman dengan suasana yang santai. Beberapa saat saya perhatikan ada juga dari mereka yang tenggelam dalam perangkat gawainya, baik ponsel maupun laptop, dan beberapa lagi sibuk berfoto-foto dengan kostum terbaik yang sengaja mereka siapkan untuk itu.

Segelas Es Kopi Nako Duren (Rp.29.000,-) langsung menjadi pesanan saya dikunjungan kali ini. Kenapa? Karena sejak pertama kali mengenalnya di Kopi Nako jilid 2 di Depok, kopi susu plus duren ini sangat berkesan dari segi rasanya yang aduhai. Dan ya, rasanya masih sama dari terakhir kali saya menyesapnya. Potongan buah duren asli yang mengendap, langsung mengisi tiap seruputan kopi susu saat diaduk rata sehingga membuat siapapun yang meminumnya langsung merasa bahagia, termasuk saya. Nuansa kopi susu yang creamy, manis, bertemu dengan aroma serta rasa duren kuat, menciptakan sebuah rasa baru yang begitu nikmat.

Tidak berhenti disitu, saya pun memesan minuman kedua yang belum pernah saya coba di gerai Kopi Nako dimanapun, yaitu segelas Taro Latte (Rp.29.000,-) karena sudah terpampang nyata keseriusan mereka dalam menghidangkan aneka minuman ala kafe, jadi otomatis si Taro Latte-nya pun engga mengecewakan. Kombinasi bubuk taro dan susu pilihannya sangat pas, sehingga menyentuh indera pengecap saya dengan manis lembutnya. Warga-warga Jakarta Timur, terutama daerah Cibubur pasti senang dengan kehadiran Kopi Nako ini...

Pagi di Gramasi Coffee, menikmati suasana Jakarta yang sedang cerah sambil melihat geliat aktivitas warga bersepeda atau sekedar jalan sehat, tentu menjadi nuansa baru yang sudah lama tidak saya rasakan. Coffeeshop baru ini sudah terlihat dari posisi saya disebrangnya, yaitu dari Stasiun Cikini. Bangunan yang tidak terlalu besar sebenarnya, tapi tampak megah dan terlihat begitu menggoda untuk disapa serta dikunjungi.

Area terbagi tiga, area outdoor depan yang mengisi teras bersisian dengan trotoar, area indoor berpendingin yang terdiri dari mini bar, kasir, barista area serta seating table dengan bangku semen dan terakhir ada ruang disebelahnya yang dibuat untuk smoking area dengan jendela-jendela kuno yang tampak artistik. Wah dijamin betah deh berlama-lama disini meskipun areanya engga begitu luas, karena memang cukup nyaman.

Pagi ini saya dan teman-teman memesan dua paket kopi yaitu Paket Coffee A (Rp.35.000,-) Gramasi Ice Coffee with Mini Croissant Ovomaltine dan Paket Coffee B (Rp.35.000,-) Americano with Mini Croissant Cinnamon, serta secangkir Cafe Latte (Rp.25.000,-) Gramasi Ice Coffee yaitu es kopsus kekinian yang menurut saya oke banget, nuansa kopi, susu dan gula arennya seimbang. Americano mereka pun nyegerin, engga encer dan sensasi fruity serta acidity-nya bikin saya jatuh cinta.

Cafe Latte Gramasi pun engga main-main, seolah ga mau kalah sama coffeeshop megah di daerah Jaksel, baik aroma, rasa dan teksturnya tuh bisa dibilang perfect. Creamy, milky, kopinya pun engga tenggelam. Croissant Cinnamon dan Ovomaltine nya pun oke punya nih. Karena menu paket, jadi ukurannya kecil, tapi meski demikian rasanya pun tetep enak, sensasi renyah puff pastrynya dapet, isiannya pun juara baik si cinnamon maupun ovomaltine...

Kelapa Gading selalu ready stock kafe-kafe unik nan unyu yang baru. Salah satu yang terbaru adalah Kopi Boleh Juga yang berada di Jalan Acordion. Sebuah hunian dirombak menjadi kafe nyaman bergaya desain artistik. Sebuah lorong mungil yang merupakan smoking area bergaya bar menjadi akses masuk dengan latar rumput sintetis bertuliskan “grateful”.

Pas buka pintu, bagian kafe ini seolah terbagi dua putih dan abu-abu. Keduanya memiliki nuansa berbeda yang bikin betah. Sebuah boneka beruang besar menjadi ornamen ruang yang sangat ngegemesin. Selain itu pintu masuk ke toilet disini pun sangat unik karena berbentuk rak buku, jadi berasa masuk kedalam ruangan rahasia gitu. Keren deh.

Saya mencicipi beberapa minuman seperti Bold Coffee (Rp.19.000,-) yaitu es kopi susu dengan double shot espresso jadi tekstur kopinya lebih berasa. Lalu ada juga Earl Grey Tea Cheese Cream (Rp.19.000,-) yang terasa lembut, creamy dan engga terlalu manis. And the last but not the least ada Honey Lemon Ginger Tea (Rp.19.000,-) yang mirip jamu rasa jahe manis.

Tak lupa seporsi Roti Bakar Cinnamon (Rp.15.000,-) sebagai temen ngopi. Rotinya diisi cinnamon dan disiram SKM, jadi rasanya khas gitu, manis dan aromatik. Bagian paling edannya, mereka meletakan edible gold diatas roti, jadi berasa anak sultan pas makan ini...

BeansBro merupakan kafe kedua di ibukota yang ramah difabel yang pernah saya kunjungi. Kafe ini berlokasi di jantung Kelapa Gading, yaitu di Jalan Boulevard Raya, jadi sangat mudah untuk ditemukan. Dari luar sih BeansBro ini agak tertutup, sehingga terkesan misterius. Tapi saat sudah masuk kedalam, ternyata suasananya sangat nyaman dengan karakter desain sangat maskulin bergaya modern industrial.

Lantai dengan penambahan ubin pengarah, menjadi salah satu petunjuk bahwa BeansBro siap dikunjungi semua kalangan termasuk mereka penyandang disabilitas. Tak hanya itu, fasilitas toilet pun sudah didesain ramah bagi pengguna kursi roda dan pegawai disini pun merupakan para difabel. Salut sama konsep mereka yang engga hanya berorientasi pada dunia bisnis saja, tapi juga memikirkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi temen-temen yang memiliki keterbatasan, sekaligus tempat yang ramah difabel.

Berhubung kami datang serombongan dan telah makan siang sebelumnya, jadi hanya memesan beberapa jenis minuman yang BeansBro sediakan, seperti Americano (Rp.16.000,-) Broreo (Rp.25.000,-) Pinky Promise (Rp.25.000,-) dan Hot Chocolate (Rp.18.000,-). Kaget sih sama harga yang mereka patok, secara di Kelapa Gading masih ada ya kafe yang memasang harga murah seperti ini?! Keren.

Meski harganya murah, tapi soal rasa engga murahan lho, seperti Americano misalnya. Menggunakan 60% robusta Temanggung dan 40% arabica Gayo, sensasi rasanya bisa sesmooth dan se-clean itu. Paduan bitter dan acidity-nya pas, meski komposisinya didominasi oleh robusta tapi rasa-rasanya hampir seperti full arabica. Broreo mereka pun kentel, creamy dan manis. Begitu pula dengan Hot Chocolate-nya yang tampil memukau, perpaduan antara dark dan milky.

Beruntung sang owner menyapa dan mengajak kami ngobrol yang berujung pada ditawarinya kami akan dua menu makanan yang ada disini. Akhirnya kami pun mencicipi Lumpia dan Chicken Mushroom. Bukan karena gratis ya, tapi keduanya emang beneran enak. Lumpianya renyah dengan isian yang banyak dan sambal yang aduhai. Chicken Mushroom mereka pun juara deh, nasinya pulen, ayamnya empuk dan saus mushroom nya gurih serta creamy dilidah...

Saat tiba di Terasaya Coffee ternyata mereka belum buka, karena jam operasionalnya agak siang yaitu pukul 14.00. Selama menunggu beberapa saat saya akhirnya sambil menjepret eksterior. Desain diberi sentuhan gaya Jepang yang direpresentasikan melalui beberapa ornamen ruang. Ruang outdoor yang bergaya tropical lengkap dengan background mural menjadi salah satu spot favorit disini. Ruang indoor hampir mirip dengan living room yang dilengkapi taman bermain mungil bagi anak-anak.

Rice Dory with Sambal Matah (Rp.40.000,-) nasi pulen (sedikit lagi hampir benyek) diberi topping potongan ikan dori goreng tepung yang ditata sedemikian rupa sehingga tampil begitu cantik dengan warna warni dari irisan cabe, bawang dan seaweed. Ikan dorinya sendiri udah gurih dan lembut, jadi begitu kontras saat disantap bersama sambal matah yang seger dan pedas.

Kopi Susu Aya (Rp.22.000,-) menggunakan base espresso yang mampu teracik sempurna dengan tuangan susu juga gula aren. Jadi rasa yang keluar itu menyatu begitu apik, tanpa ada satupun yang lebih menonjol. Saya suka jenis es kopi susu seperti ini, kopinya lembut bersensasi keasaman, gurih susunya pas dan manis gula arennya pun engga berlebihan.

Lavender Coffee (Rp.28.000,-) minuman unik yang sekilas tampak seperti segelas cappuccino ini creamy-nya pas banget saat disesap. Aroma lavender menyeruak masuk sesaat sebelum bibir ini menempel kepinggir gelas. Tak hanya aroma, rasa lavender pun tersampaikan dengan lembut, diikuti nuansa kopi dan susu yang gurih...

Tanpa sengaja melewati sebuah coffeeshop outdoor bergaya minimalis modern di bilangan Kalisari, hasil dari mata yang sigap menangkap pemandangan kafe uwu uwu saat naik motor. Meski sempet dilewatin tapi akhirnya hati ini memutuskan puter balik dan menyempatkan buat mampir. Berada di sebuah kawasan ruko, Wejie Kopi, nama kafe yang saya maksud, menguasai hampir setengah lahan yang ada termasuk area yang sebenarnya tempat parkir tapi disulap menjadi tempat duduk outdoor.

Sebenarnya mereka memiliki ruang indoor dibagian pojok sebuah unit ruko, tapi sore saat saya mampir area tersebut justru terlihat kurang menarik. Berbeda dengan area indoor berbentuk petikemas yang dicat putih yang pada bagian bawahnya dijadikan sebagai barista area merangkap kasir. Bangunan utama Wejie Kopi ini tampil begitu memikat karena menampilkan potongan-potongan kaca berbingkai putih yang langsung memperlihatkan kesan modern minimalis.

Dan akhirnya saya memilih untuk duduk diatas karena menurut pengamatan banyak sudut yang terlihat photogenic. Keputusan saya pun tepat, ruangan yang tidak begitu luas ini meski minim ornamen tapi sangat instagramable. Apalagi dari sini pun saya bisa langsung menikmati pemandangan sekitar jalan dan bagian bawah kafe dari balik dinding kaca yang mengelilinginya. Area outdoor nya pun sebenernya seru kalau dinikmati saat matahari terbenam, jadi dapat langsung beratapkan langit gelap dengan hiasan lampu bohlam bergantungan.

Tertarik dengan kopinya, akhirnya saya memesan Americano (Rp.17.000,-) Wejie ternyata memiliki minuman kopi yang rasanya sesuai dengan selera saya. Nuansa dominan datang dari sisi acidity jadi terasa asam dengan serpihan bitter yang tertinggal. Bagi saya yang sore ini telah menenggak beberapa gelas kopi sebelumnya, Americano disini memiliki karakter yang serius dan engga bisa dianggap remeh, meskipun harganya terbilang murah.

Ada juga varian minuman non coffee yang terjajar rapi dalam barisan menu disini. Tapi yang saya coba kali ini adalah si Green Tea Latte (Rp.23.000,-) bukan jenis matcha-matcha kemanisan seperti pada umumnya, justru Wejie menyuguhkan sensasi teh hijau yang lembut mirip kacang-kacangan, manisnya engga terlalu strong tapi tetap terasa pas dilidah. Perbandingan susu, gula dan green tea nya sesuai, jadi engga bikin cepet bosen.

Sebenernya mereka memiliki beberapa menu makanan, tapi saat mampir tampaknya masih belum tersedia. Alhasil saya hanya memilih sepotong Brownies (Rp.12.000,-) kue ini memiliki tekstur padat yang pas. Komposisi manis coklatnya pun sangat tepat dan sejalan dengan taburan almond yang gurih. Secara keseluruhan saya sih puas saat mampir ke Wejie Kopi, karena tempatnya oke, rasanya oke dan pelayanannya pun oke...

Meski sudah masuk ke dalam daftar kunjung dalam kurun waktunya yang lama, tapi baru kesampean nyobain The Pancake Co. By Dore sore ini. Sebelumnya saya sudah beberapa kali mampir buat menikmati aneka cheesecake di Dore dan engga pernah kecewa, jadi emang udah matok ekspektasi yang tinggi sama The Pancake Co. nya.

Agak lama memang proses pembuatannya. Kurang lebih memerlukan waktu sekitar 20 menitan. Tapi ternyata hasil menunggu lama sangatlah sepadan dengan apa yang saya dapatkan. Sebuah pancake paling gampang bergoyang tersaji di depan meja saya dengan anggunnya. Pancake yang saya coba ini merupakan Dalgona Pancake. Teksturnya begitu lembut sampai-sampai saat masuk kedalam mulut langsung menguap seperti kapas.

Menikmatinya seperti sedang dihadapkan pada sepiring awan, meskipun sama sekali belum pernah menyentuh awan juga sih, dalam wujud dua buah pancake yang ditumpuk. Engga ada aroma bau amis sama sekali, walau komposisi dominannya adalah kocokan putih telur yang mengembang sempurna. Saking lembut gurihnya pancake ini, jadi saat dinikmati bersama saus dalgonanya begitu kontras.

Saus dalgonanya sendiri begitu creamy dengan sensasi gula-gula pasir yang kentara dilidah. Aroma serta rasa kopi yang asam pekat, begitu memanjakan mulut saat disuap bersama potongan adonan pancake. Apalagi ada tambahan es krim dan whipped cream-nya juga, membuat Dalgona Pancake ini jadi semakin termantap djiwa. Pancake paling enak yang pernah saya makan, ya The Pancake Co. ini. Engga salah saya memasang ekspektasi yang setinggi ini, karena mereka sanggup membayarnya kontan.

Selain pancake, sayapun menyeruput Aren Kohi, yaitu es kopi susu gula aren versi The Pancake Co. By Dore. Sama lembut dan elegannya dengan pancake, Aren Kohi ini pun sungguh memuaskan. Meski didominasi oleh rasa manis, bukan berarti peran kopinya lantas hilang begitu saja. Justru nuansa kopi masih sangat terasa dengan gaya acidity lembut khas biji kopi arabica...