Darsehsri

Luas dan bersih, pasti kesan itu yang didapat kalau kita baru memasuki area paris sorbet. Perabot warna putih dan krem mengisi area tempat duduk, nyaman. Service ngga tanggung, informatif sekali soal menu, bahkan entah manager atau ownernya melayani langsung.

Sesuai nama menunya, Perfect For Sharing (180k) memang cocok buat dinikmati berdua, bahkan bisa untuk bertiga. Terdiri dari dua scoop sorbet, dua cake in jar dan satu varian cake.

Sorbet yang dipilih oleh saya dan teman, raspberry dan mango, enak banget, manis segar dan cepat meleleh jadi jangan kelamaan dibiarkan.

Untuk patisserie cake in jar, pilih tiramisu dan strawberry cheese cake. One of the best tiramisu, perpaduan chocolate mousse, praline, cream dan peanuts caramelized juga coffee yang pas, lembut dan disendok yang dalam supaya keangkat setiap layernya, perfect.

Strawberry cheese cake pun enak segar, caramelized strawberry di bagian layer paling bawah terasa manis segar, ada lime hint didalamnya, lalu cream cheese yang sedikit bercita rasa asam dan potongan speculoos biscuit manis bertaburan di bagian teratas.

Terakhir, saya pilih carrot cake dan yang datang malah lemon cake. Ternyata salah serving, tapi ada untungnya juga, jadi tau kalau lemon cake disini terbaik menurut saya. Cake bertekstur padat tapi pecah saat masuk mulut ini bertaburan lemon zest diatasnya, rasanya asam segar. Akhirnya memutuskan beli Lemon Pound Cake (90k) buat di bawa pulang, lemon glaze-nya tebal, asam manis, enak banget.
Tetap dapat carrot cake dong dari paris sorbet, cantik tapi rasanya lebih mirip cupcake, padat dan cenderung kering. Saya lebih suka lemon cake-nya ahh.

Kesini tahun lalu, pas lagi hits banget, mungkin sekarang juga masih. Hidden gem, tempat yang asik buat pelarian dari penatnya ibukota hahaha.
Ambience asyik banget, ,ditengah hutan, sejuk, instagramable, yang kurang hanya makanan, bukan ngga enak tapi rasanya standar aja.
Mirisnya banyak yang cuma numpang foto aja terus pergi lagi tanpa jajan, waduh.

Selain menjual menu masakan sunda, juga ada menu western. Saya pesan nasi bakar, pizza, sandwich dan ice cream. Dari semua itu, yang paling enak rasanya hanya pizza saja.
Waktu kesini saya pilih duduk di area tengah kolam, dengan minimum order 500rb, tapi karena murah-murah harga makanannya jadi ngga sampai 500rb, alhamdulillah pelayannya juga kayanya ngga merhatiin LOL.

Kalau lagi kangen sama lasagna enak tapi ngga menguras kantong? cukup ke De Luca saja. Under 100k udah dapat lasagna super yummy, tebal, tiap layer berisi ground beef yang sudah dibumbui, lalu ada cheese tebal mengisi di sebagian layer, terakhir di bagian atasnya ada mozarrella bertabur parsley. Sekali potong Lasagna (98k) ini pasti ketagihan, porsiny besar, biasanya saya sharing karena sudah agak kenyang makan complimentary bread yang disediakan di meja selama menunggu pesanan jadi. Cocolannya ada sambal pedas yang oily, khas italia dan saya paling suka karena cocolan ini bisa buat pelengkap makanan yang lainnya juga.

Kalau makan lasagna paling enak minumnya Earl Grey(48k), disini disajikan dalam jar tinggi, bisa untuk 3 cangkir teh berukuran sedang. Aroma earl greynya juga cukup kuat, saya suka.

Lighting de luca cenderung temaram, cocok memang untuk santai atau dinner romantis. Tapi kalau sedang full pengunjung cukup bau asap rokok karena area disitu memang smoking areanya terbuka.

Ada yang baru di antara jajaran booth lantai dasar mall ini, Street Churros. Meski berupa booth, tapi disediakan juga beberapa kursi buat pengunjung yang mau makan di tempat.

Jajanan pertama yang bikin hati meleleh, ada A-Chu (33k) berupa sof served ice cream, plus boba dan sepotong churros berbentuk tapal kuda. Ice creamnya enak, sudah pasti lembut, bobanya kenyal tapi cukup manis dan disantap bareng churrosnya yang renyah juga sedikit asin, jadi ngeblend, enak.


Stick Churros (35k) berbalut cinnamon sugar ini cocok bagi yang pengen makan churros secara praktis, tinggal disantap dan ukurannya pas. Kondisinya tetap renyah meski saya bawa pulang dan memakan waktu 1,5 jam perjalanan, mantap.

Satu lagi menu yang cukup menarik, 3 Churros + dip sauce (66k), ukurannya besar, berbentuk tapal kuda dengan taburan cinnamon sugar. Kalau suka plain juga tinggal request saja sama pelayannya.

Mendadak makan siang disini karena kelewat lapar berat, masuk langsung ranndom pilih tempat duduk, sampai baru sadar kalau di lantai bawah tempat duduknya lebih terang dan asyik.
Meski tampilan interiornya modern, tapi ambiencenya terasa indonesia sekali. Apalagi banyak pakai hiasan bunga kamboja di sudut ruangan.

Pelayanan disini bagus, staff standby dekat meja pengunjung. Waktu menumpang shalat pun diantarkan ke lantai dua melalui lift.

Kalau makan di tesate, berarti menu utama yang dipesan pasti nasi-nasian. Kali ini pilih Nasi Kecombrang (20k) yang disajikan diatas piring anyaman. Rasanya enak, wangi kecombrang tapi lembut, meski porsinya terlihat kecil tapi nyatanya bisa untuk sharing lho.

Side dish buat menemani nasi kecombrang, saya pilih Kepiting Soka Dabu Roa (172k). Kepitingnya sesuai request saya, pedas sekali. Ada potongan jamur enoki diantara kepitingnya yang tasty itu, sambal dabunya sedap, bertabur roa kering yang gurih.

Nasi Hitam Ikan Roa (107k) dipilih teman saya, enaaak, rasa ikan roanya beda dengan ikan roa yang pernah saya makan. Nasinya sedap, pelengkapnya ada dua tusuk otak-otak, sambal dabu, kerupuk dan taburan ikan roa kering yang melimpah.

Sate Sapi Makasar (143k) sengaja dipesan untuk sharing juga selain kepiting dabu, rasanya manis, enak tapi kurang cocok sama selera saya. Uniknya bumbunya pakai potongan belimbing wuluh, ngga asam sama sekali karena sudah dimasak sampai lembut dan hampir ngga menyerupai belimbing wuluh.

Untuk minum pilih Lemon Lime (42k), segar, potongan lemon dan limenya banyak, ukuran gelas juga pas untuk sesi makan siang. Teman saya pilih
Lychee Mint Tea (42k), enak, segar.