Fannie Huang||IG:@fiehuang

Tertarik mencoba bakmi yang satu ini karena review G**gle Maps. Lokasinya sederetan Bayu Buana Travel dan logonya memang tidak terlihat jelas.

Untuk tempatnya cukup nyaman buat resto bakmi karena ber-AC. Ada stop kontak di beberapa meja dan konsepnya rumah tua.

Pelayanan cukup ramah dan rupanya kedai bakmi ini operated by Kalaha Group.

Bakmi di sini non halal dan untuk pembayaran bisa menggunakan QRIS.

Saya mencoba :

1. Bakmi Campur Pangsit Goreng (IDR 40k)

Tekstur mienya sedikit besar dan kemarangannya pas. Aroma minyak babi sangat wangi dan rasanya tipikal bakmi yang gurih.

Topping daging tidak terlaly banyak. Baik ayam dan babinya sama-sama dimasak dengan kecap sehingga rasanya cenderung manis.

Untuk sayurnya pakai daun selada dan rasa kuah kaldunya gurih tetapi tidak asin berlebih.

Pangsitnya bisa pilih mau rebus atau goreng. Saya pilih yang goreng. Pangsitnya baru digoteng ketika saya pesan.

Sayangnya, kulit pangsitnya terlihat berminyak dan agak kering tipis. Sepertinya tekstur kulit pangsitnya lebih cocok untuk direbys Isian dagingnya cukup enak, ada hint rasa bawang putih. Namun saus tomatnya kurang enak.

Saus tomatnya hambar bahkan ketika dimakan begitu saja, sedikit berbau dan dingin seperti baru dikeluarkan dari kulkas. Temperatur kontras dengan pangsit goreng yang hangat, ketika dicocol sangat terasa dan memengaruhi cita rasa.

2. Egg Tart (IDR 17k)

Egg tartnya tidak dipanaskan lebih dulu sehingga disajikan suhu ruang.

Bagian tengah agak manis. Egg tartnya renyah dan after taste ada sedikit hint rasa pahit pada beberapa gigitan terakhir.
.
.
Untuk harga di menu sudah nett, tergolong affordable sebetulnya. Namun rasa beberapa menu perlu perbaikan.

Magal merupakan restoran wishlist saya dan siang ini saya akhirnya berkunjung ke cabang Pecenongan.

Mejanya luas namun jok-jok sofanya sangat perlu perbaikan. Sofanya ada yang sudah melesak dan bertanda dan ngelupas. Jadi kalau pakai dress atau celana di atas lutut bakal terasa agak kasar di kulit. Saya sempat mau pindah ke kursi lain, namun kursi yang lain juga sama saja.

Di sini kalau mau grill sendiri perlu beli minimal 2 daging dan free telur. Karena saya mau grill sendiri, saya pesan 2 daging meskipun makan sendiri.

Namun saya merasa agak aneh. Pas saya lagi makan, saya lihat meja sebelah dikasih beberapa potongan semangka yang nggak ada di menu. Sampai saya payment, saya kira bakal dikasih. Tapi ternyata tidak.

Saya nggak paham apakah harus ada minimum order tertentu baru dikasih semangka karena saya nggak diinfo. Yang saya dengar dari kenalan yang sudah ke Magal, kalau di cabang Greenville dikasih kopi susu dan buah meski dia pakai voucher T*kt*k.

Saya mencoba :

1. Samgyeopsal (Rp. 110.000)

Samgyeopsalnya ada 5 slice. Porsinya pas buat makan sendiri. Kalaupun mau sharing maksimal banget berdua.

Daging babinya cukup fresh.

2. Dori (Rp. 99.000)

Dorinya lagi ada diskon 25%. Dorinya nggak dimarinasi dan tersedia lemon. Kalau mau dipanggang lebih renyah, bisa dimarinasi sendiri ke sejenis saus coklat yang disediakan.

3. Banchan

Untuk banchan ada selada, salad, kimchi sawi putih, timun, makaroni, baby potato dan kimchi berbentuk potongan.

Rasa side dish di sini standar dan ada yang rasanya kurang. Baby potatonya hambar. Sayur-sayurnya cukup segar. Namun saya expect kimchinya terasa perpaduan asam, gurih dan pedas. Namun rasanya benar-benar hambar meski dimakan begitu saja. Sepertinya rendaman kimchinya belum meresap dengan benar.

Yang jelas, kalau dibilang kimchi authentic memang begitu saya rasa tidak. Soalnya saya sudah ke resto Korea sejenis yang bahkan ada staff orang Koreanya langsung dan rasanya nggak begini.

Makaroninya pas matangnya dan rasanya creamy. Untuk kimchi potonhan sayur rasanya lebih better. Timunnya lumayan oke.

4. Saus

Untuk sausnya ada 3 macam; minyak wijen dengan garam, saus coklat dan sejenis paste.

Saus coklatnya cenderung hambar ketima di-dip dengan daging matang, termasuk ketika saya coba makan begitu saja. Jadi endingnya saya jadiin rendaman daging.
.
.
Overall, saya merasa harganya tidak worth dibanding porsi, rasa banchan dan apa yang didapat.

Memang kalau dilihat sekilas harga dagingnya lebih murah dari resto Korea sejenis. Namun kuantitas daging lebih sedikit, rasa banchan biasa saja, kimchi cenderung kurang, dan nggak ada buah pencuci mulut.

Tertarik mencoba restoean yang satu ini karena memang lagi nyari resto AYCE 99 yang belum pernah saya coba.

Sebelumnya saya sudah pernah mencoba lebih dari 5 restoran AYCE 99 ribu, jadi saya akan bandingkan yang sejenis.

Saya mencoba :

1. Paket Reguler ( 99k)

Untuk paket 99 ribu ada sapi, dori dan ayam yang dislice sangat tipis. Saya suka modelan tipis ketimbang yag modelan bukan lembaran dan mudah hancur (beberapa resto AYCE 99 baru menyediakan daging sapi slice di paket premium yang lebih mahal).

Saya kebetulan memang penikmat daging tipis dan saya suka modelan panggangan begini karena bisa bikin dagingnya jadi agak kering.

Buat seasoningnya ada macam-macam. Cita rasanya buat beberapa saus kayak bulgogi lumayan terasa.

Sayangnya, opsi sausnay beneran tidak variaif. Cuma ada saus blackpepper dan sejenis saus yang rasanya cenderung spicy di meja. Opsi lainnya cuma ada garam, kecap asin dan lada di area gorengan.

Saya penikmat rasa gurih dan nggak menemukan saus cocolan yang sesuai preferensi saya. Selama saya mencoba AYCE 99, baru kali ini saya nemu yang sausnya setidak variatif begini.

Saya coba selada dan kimchinya. Sayuran kimchinya tidak begitu fresh. Untuk nasi putihnya juga tidak pulen, tekstur kering dan keras

Buat side dishnya saya coba bola ubi, pangit goreng, kulit goreng, karaage, japchae dan sapi cabe ijo.

Kulit gorengnya alot dan kurang enak. Japchaenya juga, masih agak keras teksturnya seperti kurang matang.

Untuk pangsit gorengnya renyah dan tidak berminyak. Dari semua menu, saya merasa karaage yang paling enak (padahal ini AYCE Daging). Karaagenya renyah, ayam empuk tidak alot dan ada hint rasa jahe meski dinakan begitu saja. Padahal kadang karaage di restoran begini biasanya hambar atau bahkan agak alot.

Sapi cabe ijonya juga cukup enak. Dagingnya empuk dan bumbu cabe ijo cukup kuat. Saya bahkan pakai kuahnya buat cocol daging.

Minuman di sini ada 3 jenis, tapi semua rasanya cenderung tawar dan bahkan tidak ada es batu.

Bola ubi gorengnya standar. Modelan yang dibalur tepung roti.
.
.
Dari segi pelayanan termasuk responsif dan ramah. Bahkan staff berkali-kali ambilin piring kotor dan menginfokan ada selada.

Menurut saya, perlu perbaikan menyeluruh pada rasa dan variasi saus. Untuk varian side dish menurut saya sudah oke.

Di sini nggak ada dessert semacam pudding atau es krim untuk paket 99 sepertinya. Di etalase saya sempat liat pudding dan sempat liat ada konsumen makan es krim, namun sepertinya itu di paket yang lebih mahal.

Menurut saya, buat harga 99 sepertinya agak kemahalan karena saya sudah nemu AYCE 99 yang ada unlimited ice cream atau tanpa ice crram tapi variasinya lebih banyak, atau setidaknya sausnya lebih variatif.

Tempat yang satu ini terletak di area parkir motor Metro Pasar Baru.

Buat pembayaran bisa cash maupun QRIS. Opsi memunya ada nasi campur (nasi + sayur dan ayam/ikan), papeda, nasi goreng roa, dll.

Saya mencoba :

1. Nasi Campur (Rp. 25.000)

Buat sayurnya saya pilih daun pepaya, terong dan ikan suwir.

Ikannya cukup segar, daging empuk dan tidak amis. Bumbunya agak light, tidak terlalu medok tapi masih dimaklumi buat harga segini.

Terongnya gurih dan sedikit pedas. Buat bunga pepayanya ada sedikit rasa pahit. Nasinya pulen.
.
.
[Note : Kalau ke sini perlu lebih teliti saat payment. Saya order es teh tawar dan di menu harganya 2 ribu. Saya dicharge 5 ribu, untung saya aware jadi auto saya make sure lagi sebelum payment]

Tertarik mencoba bakmi ini karena direkomendasikan rekan sekantor. Lokasinya ada di kawasan perumahan dan cuma buka hari Jumat - Minggu dari jam 6 pagi sampai 12 siang.

Saya berkunjung sekitar jam 9 pagi dan masih kebagian. Buat sistemnya pesan dulu baru bayar. Pembayarannya bisa pakai QRIS atau cash.

Saya mencoba :

1. Miyabi (Rp. 56.000)

Toppingnya beneran melimpah. Isinya ada siobak, charsiu, ampaa lemak babi dan daging ayam. Saya request tanpa daun bawang.

Tekstur mienya keriting dan sepertinya seasoning kurang merata. Ketika dimakan suapan pertama rasa ladanya sangat dominan. Pada suapan berikutnya cenderung agak light.

Daging babinya sama sekali tidak berbau. Charsiunya enak. Rasanya manis dan rasa bumbu charsiunya strong.

Namun siobaknya kurang oke. Kulitnya alot dan tidak renyah. Ada beberapa bagian yang dagingnya agak hambar.

Rasa topping ayamnya tipikal yang sangat manis dari kecapnya. Untungnya ampas lemak babinya enak. Teksturnya renyah, gurih dan tidak alot maupun berbau.

Untuk tingkat kematangan mienya pas. Teksturnya keriting dan tidak overcook. Sayangnya, rasa kuahnya hambar. Sama sekali tidak terasa gurih dari kaldu ayam. Rasanya malah mirip air panas.

2. Bakso Goreng (Rp. 14.000)

Bakso gorenya model kopong dan sangat renyah, cenderung sedikit alot. Saya suka bakso kurang cocok dengan rasanya meski saya suka bakso goreng kopong. Rasa dagingnya jadi tidak terasa sama sekali.

Menurut saya bakso gorengnya agak pricy.
.
.
Dari segi pelayanan, salah satu ngko (sepertinya owner) cukup responsif. Pas saya nyamperin buat minta plastik langsung dikasih.

Total semua pesanan saya + es teh 75 ribu.

Tertarik mencoba ayam goreng yang satu ini karena banyak review positif.

Saya mencoba :

1. Paket Khass

Isinya 2 potong ayam, nasi kebuli, garlic mayo, sambal bawang dan teh botol.

Nasi kebulinya gurih, berempah, dan ada potongan kismis. Berasnya pakai beras bhasmati dan teksturnya nggak seret.

Namun porsinya sedikit. Kebetulan saya ada beli nasi kebuli extra, porsinya setengah dari nasi kebuli porsian yang saya beli.

Ayamnya empuk dan renyah. Seasoning lumayan meresap. Sambal bawangnya gurih dan pedasnya pas. Buat garlic mayonya oke juga dan bawangnya bukan yang super strong.

Sayangnya, saus sambal di sini rasanya cenderung manis.