Ika Nurhayati

Ini kunjungan kesekian kali.IMHO, Jacob Koffie Huis masih kafe terbaik dan ternyaman di Depok, sejak mulai beroperasi 2 tahun lalu. Tapi tahun ini memang termasuk jarang mampir, karena semakin hari pengunjung kafe ini semakin padat merayap dan saya pusing lihat orang banyak he he he. Akhirnya saya tahu waktu terbaik mengunjungi Jacob Koffie Huis: siang hari bulan puasa.

Kebetulan lagi enggak puasa, saya mampir bersama teman yang meluncur jauh dari Pondok Pinang. Kami sama senangnya mendapati kafe ini lengang kayak jalanan Jakarta ala Lebaran dan asyik ambil gambar semua sudut kafe--yang biasanya sulit dilakukan.

Saya pesan iced avocado espresso dan macaroni, teman saya pesan hot latte. Teman suka latte-nya, katanya lembut tapi kopinya juga masih terasa. Iced avocado espresso biasa saya pesan kalau ingin es kopi dengan cita rasa manis. Memang bukan pakai buah avokad melainkan bubuk rasa avokad, tapi saya suka karena segar dan manisnya tidak berlebih. Macaroni lumayan, untuk harga 25 ribu lumayan mengenyangkan pula.

Senangnya ada kafe nyaman dekat rumah. Koti Kopi ini sebenarnya bukan kafe baru. Tapi sejak akhir tahun lalu menghuni tempat lebih besar dan berlantai dua.

Pas belum lama pindah lokasi pun menurut saya Koti Kopi tidaklah senyaman sekarang. Mungkin karena waktu itu baru pindah banget, masih belum pas penempatan perabotnya. Meja panjang tinggi waktu itu masih dikelilingi bangku yang terlalu pendek, sehingga tidak nyaman buat laptopan.

Akan tetapi sekarang semuanya sudah pas. Meja tinggi sudah berfasilitaskan bangku tinggi, bangku-bangku kayu lainnya pun keren ala kafe-kafe kekinian. Ditambah lagi rasa kopinya menurut saya mengarah lebih baik, tidak heran sekarang Koti Kopi ramai pengunjung.

Seperti kunjungan yang sudah-sudah, saya pesan iced long black (23 ribu), kali ini ditambah cireng (20 ribu). Dari awalnya hanya ada donat aneka topping dan brownies sebagai camilan, Koti Kopi sudah menambah beberapa jenis camilan lain dalam menu, antara lain cireng ini dan pisang goreng. Duh tambah betah nongkrong di sini nih.

Surprised, iced long black ini jauh lebih enak daripada waktu awal buka. Dulu pakai campuran kopi arabika dan robusta, menurut saya rasa pahit robustanya terlalu menonjol. Tapi tetap saja sih diminum ha ha ha. Eh sekarang ini, enggak tanya apakah kopi yang dipakai diganti atau tidak, rasanya enak banget. Sesapan awal iced long black ini meninggalkan rasa asam khas arabika, di ujungnya ada hint rasa dark chocolate yang tebal dan manis. Suka bangeeet apalagi iced long black ini harganya terjangkau dan sudah meliputi tax.

Cirengnya juga enak. Tipe cireng yang saya suka karena luarnya renyah dan tidak alot, gampang dikunyah. Seporsi isinya lebih dari 5 potong, buat harga 20 ribu sih oke banget, mengingat rata-rata cireng di kafe seporsi isinya 5 dan belum tentu juga seenak ini. Kalau kebetulan lewat sini, mampir yuk.

Orang biasanya beli kopi kenangan mantan, saya cocoknya dengan kopi kelapa (19 ribu). Meski pesan tanpa gula, enggak pahit kok, elemen air kelapa cukup menonjol di minuman kopi ini.


Biasanya juga area non-smoking ber-AC padat, karena hanya berfasilitaskan 12 bangku--area smoking di sebelah parkir mobil sedikit lebih luas. Makanya saya mampir sore bulan puasa pas lagi enggak puasa, biar bisa ngopi santai di dalam.

Okeee akhirnya kembali ke Sushi Tei setelah tersertifikasi halal MUI. Saking kangennya sebenarnya pas mampir kemari sudah buka puasa, tapi tambah sushi beberapa potong lagi bolehlah ya.

Yang saya suka pelayanan Sushi Tei tidak berubah, para staf tetap sigap dan ramah, termasuk yang masih trainee. Saya dan suami pesan crunchy lobster roll (55 ribu), chuka wakame (40 ribu), salmon (23 ribu), salmon belly (25 ribu), dan california maki (30 ribu), semua terhidang dengan cepat. Staf trainee juga cekatan menawarkan mengisi ulang gelas ocha hangat pesanan suami.

Ada yang bilang dari segi rasa, makanan Sushi Tei mengalami perubahan setelah berstatus halal. Mungkin juga, karena mungkin, mungkin ya, ada perubahan pada bumbu atau saus. Yang saya rasakan saat santap salmon, rasanya tidak sewow dulu. Tapi di sisi lain, mungkin ini terjadi karena saat ini sudah banyak pesaing Sushi Tei dan beberapa di antaranya juga halal, bahkan menawarkan harga lebih murah dengan kualitas yang IMHO sama.

Tidak wow bukan berarti tidak enak ya. Semua pesanan buat saya oke kok, terhidang dengan bahan baku yang segar. Saya dengan senang hati akan kembali ke Sushi Tei saat ingin makan sushi, as long as the restaurant's halal certified.

Terkesan sama kopi yang saya minum di The Gade Wijaya—dan harganya yang bersahabat—senanglah The Gade akhirnya buka di Depok. Pastinya posisinya bertetangga dengan Pegadaian. Kafe ini pewe meski kalau malam penerangannya rada remang-remang. Buat kerja juga oke kok, WiFi lancar.

Saya pesan iced americano (22 ribu belum tax) dan suami pesan iced lychee tea (28 ribu). Duh senang harga americano masih terbilang murah, mana gelasnya besar. Kopinya cukup bold dan rasanya seimbang, terasa juga kesegaran dari rasa asam khas kopi arabika.

Lychee tea di mana-mana begitulah rasanya, cuma sayang buah licinya 2 buah saja, ya kali-kali bisa ditambah 3 kayak di beberapa kafe lain.