Ika Nurhayati

Kedai kopi ini tidak luas, tapi cukup nyaman dan AC-nya dingin. Eh yang terakhir itu mungkin karena saya pilih tempat duduk yang dekat AC he he he. Di bagian dalam ruangan yang berkapasitas sekitar 15 orang ada sofa dan sudut lesehan yang ideal jadi tempat mengobrol santai, ada juga dua meja tinggi yang masing-masing ditemani dua bangku kayu untuk tempat mengerjakan tugas. Untuk yang ingin merokok bisa banget duduk di teras depan yang dihuni 4 meja dan bangku-bangku kayu.

Pilihan minuman kopi Omino Coffee beragam, termasuk es kopi susu dan manual brew dengan beberapa pilihan biji kopi, bukan cuma 1-2 saja. Saya pesan manual brew dingin dengan biji kopi Halu Cibeber dari Smoking Barrels, tanpa camilan (saat itu tersedia banana bread dan french fries) karena berencana makan di tempat lain setelahnya.

Sukaaa kopi Halu Cibeber ini. Lihat kemasannya katanya menghasilkan rasa tropical fruit, mandarine orange, dan banana. Namun di mulut saya yang tetap doyan latte ini mah rasanya manis dan kayak permen intinya (enggak jelas kan), ini yang bikin saya suka. Semakin suka manual brew kalau begini tapi belum berani coba yang rasanya bold.

Baru kali ini melipir setelah beberapa kali numpang lewat. Termasuk bakery legendaris, jual kue juga jajanan.

Hasil baca-baca risol direkomendasikan, jadinya beli 2 risol ragout ayam, 2 risol ragout daging, dan 3 pastel. Dikemas dalam satu boks, dilengkapi dengan 3 plastik kecil saus kacang--kayaknya buat pastel--dan cabai rawit.

Baik risol maupun pastel harga per potongnya 11 ribu. Tapi wajar kok, soalnya potongannya besar dan berat karena isinya banyak. Risol ragoutnya memang enak, kulitnya tidak tebal jadi lumer di mulut. Pastel bisa dibilang samalah dengan pastel bakery lain untuk soal rasa, tapi saus kacangnya mantap! Mau banget balik lagi buat coba jajanan yang lain.

Kafe di dekat lobi OYO Townhouse ini luas dan nyaman. Dari cangkir-cangkir dan gelas-gelas kaca yang menumpuk di salah satu sudutnya, Kolary Coffee ini merangkap lokasi sarapan tamu hotel.

Karena enggak terlihat adanya kassa atau bar kopi, sempat bingung kafe ini beroperasi atau tidak. Ternyata memang segala macam dikerjakan di belakang kafe, termasuk urusan bikin kopi. Kalau boleh saran, sebaiknya di depan kafe ada staf yang menyambut pengunjung yang datang.

Nah kebetulan waktu saya datang itu mesin kopinya lagi bermasalah atau sejenis itulah, jadi untuk kopi hanya tersedia americano. Kalau minuman lain ada. Jadi saya dan teman pesan iced americano (22 ribu), kolary fried rice (39 ribu), dan iced chocolate (27 ribu).

Mungkin karena dibuat tanpa mesin kopi, americano hasilnya biasa saja. Cuma berasa pahit tanpa aftertaste lain. Iced chocolate kata teman saya juga biasa, cenderung milky.

Kolary fried rice barulah enak. Enggak terlalu berminyak, nasgor tanpa kecap ini porsinya cukup besar. Digoreng bareng mixed vegetables, nasgor juga terhidang bersama potongan mentimun dan tomat segar plus sepotong ayam goreng, telur ceplok, dan kerupuk. IMO rasa dan porsi sesuai dengan harga.

Sekitar seminggu enggak lewat Stasiun Tebet, eh di dalamnya ada gerai baru. Baru hari itu buka, Kopi Mata Hati menawarkan kopi gratis kepada pengunjung.

Enggak ada tulisan promo kopi gratis sih di depan gerai. Kayaknya hanya pengunjung macam saya, yang enggak bisa lihat kedai kopi nganggur, yang beruntung dapat kopi gratis. Jadi begitu melihat gerai ini, saya hampiri dan kemudian pesan rose latte.Sebagaimana gerai kopi mungil pada umumnya, isi menu Kopi Mata Hati tidak jauh dari es kopi susu beragam rasa--ada es kopi hitam juga--termasuk rasa hazelnut, rose, dan regal. Harga terjangkau, di kisaran 14-28 ribu.

Rose latte sendiri harganya 25 ribu. Jadi antara girang dan enggak enak hati ketika menyodorkan rose latte ini kepada saya, baristanya sekaligus memberitahukan kopi hari itu gratis. Enggak enak hati karena saya pilih kopi yang harganya agak tinggi he he he. Anyway rose latte ini rasa kopinya ringan, dengan sirup rose yang manis dan wangi tapi wanginya tidak berlebihan kok.

Mampir pas Lebaran hari kedua, hidangan enggak lengkap tapi dimaklumi, mungkin supplier masih libur. Semula ingin pesan bubur scallop, lalu ganti jadi bubur gurame, mentok-mentok adanya bubur ayam (50 ribu). Selain itu pesan cakue isi udang (65 ribu) dan baby kailan cah bawang putih (44 ribu).

Tiga macam makanan ini sudah bikin kenyang saya dan suami. Bubur hadir dalam porsi besar, lumayanlah rasanya. Yang enak banget itu cakue isi udang dan baby kailan. Terkesan mahal 65 ribu (belum tax-service) hanya dapat 4 potong cakue udang, tapi potongannya cukup besar dan full udang! Kalau dipikir di mal kadang sepotong gorengan dengan harga sama atau mendekati, rasanya tidak seenak ini.

Baby kailan cah bawang putih wangi dengan cacahan bawang putih yang banyak, yang suka tumis atau cah bawang putih pasti bakal suka ini. Dikudap tanpa berbareng bubur atau hidangan lain saya suka banget.

Oh ya meski ramai pengunjung, semua hidangan tiba di meja dalam waktu 10 menitan saja.

Icip bubur manado (30 ribu) di kafe sebelahnya, yang memang menawarkan beberapa makanan dari Baku Sayang. Ngintip-ngintip sih kayaknya resto Baku Sayang ini sendiri nyaman.

Seporsi bubur manado ini mengenyangkan. Buburnya wangi, lengkap dengan daun kemangi. Juaranya sih sambal roa pelengkap bubur. Pedasnya juga juara, suka banget. Tapi karena takut sakit perut di jalan, jadinya enggak saya habiskan. Worth-a-try.

Dulu sering mampir, baru mampir lagi jadi baru tahu area non-smokingnya menyempit. Kali ini bungkus donat beberapa macam rasa, terutama yang ada cokelatnya, selusin. Harga hampir 90 ribu sudah termasuk tax.

Yang saya doyan tetap chocolate filling. Meski seringnya dapat donat gula dengan isi cokelat yang tidak sebanyak dulu, tetap beli sih kalau lagi ingin.