Lydia Angelina Wijaya

Coffeeshop yang juga menyajikan berbagai western main dish di bilangan PIK ini termasuk salah satu tempat nongkrong dan spot nugas favorit saya karena atmosfernya yang supercozy dan warm sangat mendukung pengunjung untuk betah berlama-lama. Dekorasi interiornya didominasi warna monokrom dan netral, perpaduan gaya vintage-modern yang dihiasi banyak aksen natural dan homey.

Meski dikenal dengan beragam menu cake (terutama cronut) dan kopinya, kali ini saya ingin membahas salah satu Signature Dish-nya yang ikonik, yaitu The Three Musketeers. Ketika awal saya menanyakan waiter menu main dish apa yang menjadi andalan disini, nama hidangan tersebut menjadi salah satu rekomendasi utama yang kemudian menarik perhatian saya untuk dicoba. Keunggulan dari menu burger ini adalah kita sekaligus dapat mencicipi santapan beef, chicken, serta fish burger dalam satu plating, walaupun ketiganya berupa mini-bun. Tentunya lengkap dengan side dish berupa kentang goreng.

Overall, burger-nya lumayan. Meskipun agak sedikit terasa greasy, rotinya empuk-empuk renyah dan proporsi dagingnya juga oke. Kombinasi dari beef, chicken, dan fish burger yang masih-masih dibumbui berbeda memberikan variasi rasa yang menarik. Sangat filling karena sarat kalori. Bagi penggemar burger cukup disarankan untuk mencoba; sekedar pembanding dengan hidangan di tempat lain yang kurang lebih sama dari ukuran rasa, tapi harga yang ditawarkan di P&B ini masih lebih masuk akal.

Pengalaman pertama mencicipi 'dipping noodles' atau ramen celup yang lebih dikenal dengan nama Tsukemen di Jepang saya rasakan ketika memilih santapan Tonkotsu Tsukemen milik Ikkudo Ichi. Rasa kaldu ramen racikan restoran yang satu ini memang beda dengan yang lain; lebih kental dan kaya rasa. Penasaran ingin mencoba masing-masing mi dan kuahnya secara terpisah, saya memutuskan untuk memesan menu unik ini.

Ternyata mi yang disajikan untuk Tsukemen berbeda dengan ramen yang biasa. Ukurannya lebih besar dan tebal, yaitu mi Udon dalam kondisi dingin. Sementara mangkuk lain berisi kuah sup panas dan mangkuk berukuran lebih kecil berisi kaldu yang juga dingin - fungsinya untuk menetralisir sup yang kental kalau dirasa terlalu panas dan asin. Selain itu topping daging pilihan (ayam atau babi), telur rebus, irisan daun bawang dihidangkan di piring terpisah dan dapat ditambahkan sesuai selera.

Perpaduan antara mi Udon dingin yang dicelupkan ke dalam kaldu yang panas dan kental menciptakan sensasi makan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Tekstur dari mi serta rasa dari kuah supnya sendiri dapat masing-masing dinikmati secara maksimal, kemudian menghasilkan kombinasi yang terasa ringan di lidah dan tidak bikin eneg jika dibandingkan dengan menu ramennya yang biasa. Bisa jadi alternatif yang menarik untuk dicoba!

Lokasinya yang luas dan terbuka di lantai dasar East Mall Grand Indonesia digunakan Ninety-Nine untuk meracik konsep open space restaurant yang catchy menarik perhatian pengunjung. Lokasinya indoor, tetapi berkesan outdoor yang natural. Bukan hanya atmosfer cozy dan friendly-nya yang mengundang customer untuk berkunjung, ternyata rasa hidangannya juga tidak mengecewakan.

Dari berbagai jenis santapan mulai dari selera Asia sampai Western, saya memilih untuk mencoba Pork Belly dan Club Sandwich-nya. Yang menarik, Ninety-Nine memberikan penawaran setiap pembelian menu daging yang di-roast, baik beef maupun pork, kita bisa menambah sekitar IDR25k+ untuk extra side dish french fries sepuasnya. What a deal!

Pork Belly-nya dihidangkan dalam dua potongan memanjang yang tebal dan sangat gurih, lengkap dengan pilihan saus dan side dish kentang sesuai selera. Sementara Ninety-Nine Club Sandwich-nya disajikan dengan plating yang cantik, ditemani irisan kentang renyah beserta salad di kedua sisi. Filling sandwich-nya sendiri antara lain irisan bacon atau smoked turkey ham (bisa dipilih), daging ayam, boiled egg, mayonaise, dan sayuran segar.

Kesan pertama saya saat melihat cafe yang terdapat di Mal Kota Kasablanka ini sangat mendalam, karena lokasinya yang strategis (meski terkesan agak tersembunyi karena ada di sudut paling dalam areal Food Society) memungkinkan Baker's Gallery untuk membuka outdoor dining yang menghadap langsung ke taman dan dikelilingi dinding kaca. Betul-betul cantik. Area indoor-nya pun, meski kalah dari segi atmosfer, ditata dengan apik. Simpel dan klasik, didominasi warna netral seperti putih dan hitam a la bakery Perancis. Etalase kuenya dihiasi deretan roti dan cake yang menggugah selera, ditambah aroma kopi dari coffee bar-nya. Mmmm.

Cake yang saya pesan adalah Ovomaltine Crunchy, yang memang fitur utamanya adalah krim coklat yang sedang naik daun itu. Lumayan enak. Teksturnya lembut dan creamy. Meskipun ukuran kuenya sendiri tergolong standar, Ovomaltine-nya mendapat proporsi yang dominan sehingga bisa dibilang setara dengan harga yang ditawarkan. Sayang, Gryphon Tea yang saya pesan disajikan dalam paper cup. Dalam bayangan saya teh itu akan disajikan dalam pot dan tea cup. Mungkin lain kali saya harus melakukan konfirmasi ulang saat order. Will definitely come back!

Kalau ingin berkunjung ke The Goods Dept di lantai 1 Mal Pacific Place, pasti perhatian kita akan terlebih dahulu tersedot oleh etalase yang menawarkan deretan cake dan cupcake serta barisan sofa dari cafe satu ini. Letaknya memang berdampingan dengan entrance toko pakaian dan aksesoris tersebut. Ambience-nya juga sengaja dibuat klop, seperti desainnya di cabang-cabang lain.

Saya sedikit kecewa ketika mengetahui bahwa space cozy di depan area store ternyata merupakan smoking area, sementara non-smokingnya hanya berupa bagian kecil di lorong yang dekat dengan jalur keluar-masuk customer The Goods Dept. Untungnya dinding area ini dengan cerdik dihiasi oleh dekorasi lukisan yang cantik dan bersama alunan musik berhasil membangun atmosfer yang terbilang oke, terutama untuk menghabiskan waktu personal bersama laptop atau sekedar hang-out dengan teman-teman dekat.

Untuk menu yang saya pesan adalah Hot Chocolate, berhubung Chai Tea Latte yang menjadi pilihan pertama saya kala itu sedang sold out. Disajikannya dalam gelas tinggi, dilengkapi latte art dan serutan coklat. Selain beberapa pilihan minuman lain seperti kopi dan teh, cafe ini juga menyediakan aneka makanan ringan maupun berat yang bisa dicoba.

Seven to 7 menggabungkan konsep Meat Shop, Restaurant, dan Cafe ke dalam satu lokasi yang memungkinkan customer untuk memilih sendiri jenis daging yang ingin disantap dan bagaimana teknik memasaknya, kemudian langsung diolah dan disajikan. Atmosfer dari tempatnya sendiri terkesan cukup eksklusif karena areanya luas namun setting penerangan dalam ruangannya yang dibuat tidak terang. Pengunjungnya juga tidak begitu banyak, sehingga menciptakan kesan nyaman untuk berlama-lama. Cocok untuk santap siang bersama klien atau rekan kerja maupun makan malam berdua dengan pasangan. Meskipun steak bukanlah satu-satunya menu yang ditawarkan, saya tidak ragu untuk langsung memilih Set Menu yang terdiri dari soup, steak dengan daging pilihan saya, dan dessert.

Untuk steak-nya, saya memilih jenis potongan favorit saya, Ribeye. Kandungan daging dan lemak dalam Ribeye memiliki proporsi yang pas sehingga menciptakan rasa gurih yang lezat pada steak. Sementara untuk dagingnya, setelah melalui pertimbangan beberapa saat dari segi kualitas rasa dan harga, pilihan saya jatuh pada Australian Grassfed Beef. Harganya lebih murah dibanding Grainfed Beef, karena perbedaan pakan dari jenis sapi yang digunakan. Meski dari segi tekstur juga akan sedikit kalah bersaing, daging dari Grassfed Beef memiliki rasa yang lebih natural. Pilihan sausnya standar: Mushroom, BBQ, atau Blackpepper. Ketiganya Brown Sauce.

Dari segi rasa, selayaknya sebuah restoran berkonsep Meat Shop, steak-nya tidak mengecewakan. Sayangnya hidangan dessertnya hari itu hanya berupa Mango Pudding dalam shot glass yang, menurut saya, terlalu manis dan rasanya artifisial. Cream Soup yang menjadi hidangan pembuka pun biasa saja, seperti berasal dari produk siap saji. Set menu-nya jadi terasa agak mubazir. So overall, saya menyarankan untuk khusus memesan steak-nya saja jika sedang mengunjungi Seven to 7.

Karena lokasinya yang sangat dekat dari Kampus Binus, restoran ini menjadi pilihan banyak mahasiswa untuk bersantap siang maupun di malam hari. Suasananya yang casual dan cozy tergolong cukup nyaman, dengan area dining full-AC dan dikelilingi dinding kaca. Bukan hanya menyediakan beragam jenis sajian Sushi yang menjadi andalan, Sushi Miya8i juga memiliki aneka menu makanan lain seperti salad, soup, dan dessert sebagai side dish dan aneka ramen, donburi, serta bento untuk main dish-nya. Kali ini saya mencicipi varian terbaru ramen-nya, Mapo Tofu Ramen, dan Shrimp Wakame Salad yang sudah lama menjadi menu favorit. Untuk Mapo Tofu Ramen-nya sendiri, kaldu kuahnya cukup lezat meski terbilang sangat encer. Untuk porsi dan komposisi topping daging dan tofunya terbilang oke. Nah, Shrimp Wakame Salad menjadi menu yang saya rekomendasikan di Sushi Miya8i. Sebetulnya isi salad-nya cukup standar... Lettuce, tomat, potongan telur rebus dan rumput laut. Poinnya terletak pada tempura roll-nya yang bikin ketagihan dan harganya juga totally worth it!

Kesan pertama ketika memasuki restoran ini sangat berbeda dengan ekspektasi saya. Meskipun vibe tradisionalnya masih terasa, Radja Gurame dengan cerdik menggabungkan konsep makan lesehan dengan tempat makan kontemporer yang menghasilkan gaya vintage dan homey ala cafe. Ornamen dekorasi yang digunakan seperti piranti makan dari kayu disusun secara kreatif sebagai hiasan dinding. Benar-benar di luar dugaan dalam konteks positif!

Ketika kemudian disodori menu, yang paling pertama menggugah perhatian adalah pilihan menu paket baik untuk Gurame Goreng maupun Gurame Bakar. Dengan harga yang terbilang cukup terjangkau (+/- IDR35k) Anda sudah mendapatkan nasi putih, Gurame goreng/bakar, tahu-tempe, lalapan, sambal terasi dan sambal kecap, plus seporsi Sayur Asem. Penawaran yang sangat menggoda. Selain menu paket tersebut, tersedia juga aneka macam ikan lain yang bisa dibeli per porsi dan dibumbui secara beragam. Salah satu yang menjadi menu favorit saya adalah Ikan Gurame Pesmol. Hidangan ini umumnya hanya dapat ditemui di restoran khas Jawa Barat. Rasa asam-asam pedasnya yang segar selalu membuat saya ketagihan.

Dari segi kualitas kesegaran maupun ukuran, hidangan ikan yang disajikan Radja Gurame terbilang cukup. Hanya saja kemampuan mengolah bumbu dan sambalnya menyelamatkan rasa. Apalagi jika dibandingkan harga dan suasana restoran yang menyenangkan, tentunya bisa dikatakan setara. Oh ya, tidak lupa pelayanan dari para waiter disini juga selalu ramah dan memuaskan. Serasa profesional. Bagi saya Radja Gurame kini sudah menjadi salah satu tempat favorit di kawasan Pesanggrahan untuk menikmati makan siang yang oke namun terjangkau. Layak dicoba!

Bagi pecinta kuliner Asia, masakan Thailand tentunya menjadi salah satu pilihan alternatif yang diminati. Nah, kalau sedang kepingin makanan yang pedas-pedas segar, salah satu restoran terkenal di Jakarta yang wajib dikunjungi adalah Tamnak Thai. Lokasi tepatnya berada di lantai 1 bangunan Menteng Central, kawasan Jakarta Pusat. Suasana pencahayaan yang sengaja dibuat agak dimmed dan ornamen-ornamen beraksen Buddhist khas negeri gajah putih sangat membantu membangun atmosfer yang cozy untuk menikmati makan siang maupun santap malam di restoran ini. Pilihan utama saya saat mencoba hidangan disini jatuh pada menu-menu andalan seperti sup Tom Yam, Pad Thai, dan Pineapple Fried Rice (yang betul-betul disajikan di dalam buah nanas). Meskipun sedikit kecewa dengan pelayanan service-nya yang terkesan kurang ramah dan tidak tanggap saat ditanyai mengenai menu favorit, overall dari segi rasa, seluruh main dish-nya memenuhi ekspektasi. Pad thai yang disajikan di Tamnak Thai tidak jauh berbeda dengan kebanyakan. Nilai plusnya terletak pada taburan pelengkap ebi dan tauge yang saya rasa cukup generous. Nasi gorengnya gurih, dengan kombinasi potongan ayam, udang, dan nanas yang pas di lidah. Porsinya juga pas untuk sharing berdua atau bertiga. Tom Yam-nya menjadi favorit saya karena sangat kaya rempah yang menjadi cita rasa asli Thailand. Elemen seafood seperti udang dan kerang yang menjadi poin utama dalam hidangan ini juga memuaskan dari kualitas kesegaran, ukuran, maupun teksturnya. Thumbs up! 

Pecinta kuliner Jakarta pasti sudah tidak asing mendengar Social House, salah satu restoran bergaya kontemporer yang berlokasi di Grand Indonesia Shopping Town. Tempat ini memang menjadi pilihan favorit berbagai kalangan, sehingga tidak heran jika kerap dipenuhi dengan deretan waiting list terutama saat jam makan malam di akhir pekan. Tidak heran memang, berhubung selain suasananya yang sangat cozy dan eksklusif karena lokasi yang terpisah dari hiruk-pikuk kepadatan mal, restoran ini sudah buka dari pagi untuk melayani breakfast sampai waktu after-work hour. Opsi makanannya pun beragam, mulai dari deretan Eastern sampai Western foods, dan yang penting terbukti lezat. Saya memberikan rekomendasi penuh untuk The Urban Legend dari menu spesial breakfast (disajikan all-day khusus pada akhir pekan) dan US Angus Beef Steak. Untuk pecinta menu sarapan, Urban Legend menyajikan variasi komplit dari sosis, bacon (bisa dipilih pork maupun beef), potongan hamburger steak, sunny side-up egg, plus satu jenis side dish kentang yang bisa di-request sesuai selera. Untuk hidangan Angus Steak-nya sendiri, meski dari segi ukuran tergolong standar, memiliki kualitas daging yang baik dan dibumbui secara skillful sehingga bisa dikatakan setara dengan harga yang ditawarkan. US Angus Beef Steak ini didampingi oleh Arugula Salad dengan dressing yang segar dan potongan Potato Wedges. Thumbs up!