Pernahkah kamu bertanya apa saja yang terkandung dalam makananmu setiap hari? Apakah hanya mengandung kenikmatan dan kekenyang saja setelah dikonsumsi, atau mengandung hal-hal lain?
Sejatinya, hampir dari semua makanan yang kita konsumsi hari ini mengandung zat aditif di dalamnya. Apa itu zat aditif? Zat aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke produk makanan yang berguna untuk menjaga makanan agar tetap segar atau untuk meningkatkan aroma , warna dan teksturnya.
Sumber : Ariestabahasaindonesia.blogspot.com
Semua produk
makanan yang menggunakan zat aditif harus melalui persetujuan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. Semua bahan yang dicampurkan pada
produk makanan selama proses pengolahannya, proses penyimpanannya, dan proses
pengemasannya dapat disebut sebagai zat aditif pada makanan.
Secara umum zat
aditif ditambahkan ke makanan dengan tujuan memperlambat kebusukan,
meningkatkan dan menjaga kandungan nilai gizi, memperkaya rasa dan warna,
menjaga konsistensi rasa. Sebenarnya penggunaan zat aditif pada makanan umum
dan boleh dilakukan. Maka daripada itu, setiap zat aditif yang digunakan pada
setiap makanan, biasanya tercantum pada label makanan, yang karena mungkin
ditulis dalam bahasa kimiawi, tidak betul-betul kita mengerti. Bukankah begitu?
Misalnya, garam kerap ditulis sodium klorida, vitamin C ditulis ascorbic acid
atau asam askorbat, dan vitamin E ditulis alpha tocopherol.
Pada penggunaannya,
zat aditif pada makanan bisa digolongkan menjadi dua kelompok. Zat aditif alami
dan zat aditif buatan (sintetis). Zat aditif makanan adalah zat yang biasanya berasal
dari tumbuhan, hewan atau mineral, serta rempah-rempah dan herbal dengan guna menambah
rasa pada makanan.
Sedang menurut
badan kesehatan dunia (WHO) dan organisasi pangan dan pertanian internasional
(FAO), jenis zat aditif pada makanan dapat digolongkan menjadi tiga kategori
utama, yaitu zat perasa makanan, enzyme
preparation, dan zat aditif lainnya.
Sumber : Pergikuliner.com
Zat perasa makanan, ini adalah zat yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan aroma dan rasa. Zat aditif pada
makanan ini paling umum digunakan dalam berbagai produk makanan seperti minuman
ringan, sereal, kue, hingga yoghurt. Bahan perasa alami bisa dari kacang, buah-buahan,
sayuran, hingga rempah-rempah. Zat perasa makanan juga tersedia dalam bentuk
sintetis yang mirip dengan rasa makanan tertentu.
Enzyme preparation, ini adalah sejenis zat aditif yang biasanya diperoleh melalui proses ekstraksi dari tanaman atau produk hewani, atau dari mikroorganisme seperti bakteri. Zat aditif ini digunakan sebagai alternatif zat aditif yang berbasis kimia, biasanya digunakan dalam pemanggangan kue (untuk memperbaiki adonan), pembuatan jus buah, anggur dan bir (untuk membantu fermentasi), dan juga pembuatan keju.
Zat aditif lain, ini meliputi zat
pengawet, zat pewarna, dan zat pemanis. Zat pengawet dapat memperlambat
pembusukan yang disebabkan oleh jamur, udara, bakteri, atau ragi. Selain itu,
pengawet juga menjaga kualitas makanan serta membantu mengendalikan kontaminasi
yang dapat menyebabkan penyakit dari makanan, seperti botulisme.
Sumber : Pergikuliner.com
Seperti halnya
segala sesuatu itu tidak boleh berlebihan dan pas menurut takarannya, penggunaan
zat aditif pada makanan atau konsumsi atas zat aditif, harus ditetapkan jumlah
asupan yang layak konsumsi berdasarkan Acceptable
Daily Intake (ADI). ADI adalah perkiraan jumlah zat aditif maksimal pada
makanan yang dapat dikonsumsi dengan aman setiap hari, tanpa efek kesehatan
yang merugikan.
Ada beberapa zat aditif pada makanan yang diduga memiliki efek samping terhadap kesehatan, antara lain: Pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, natrium siklamat, dan sucralose. Asam benzoat dalam produk jus buah. Lecithin, gelatin, tepung maizena, dan propilen glikol dalam makanan. Monosodium glutamate (MSG). Nitrat dan nitrit pada sosis dan produk olahan daging lainnya. Sulfit dalam bir, anggur, dan sayuran kemasan.
Karena kebanyakan
makanan yang kita konsumsi hari ini tak luput dari peran zat aditif, yang walau
memiliki batas aman tetap membuka resiko berbahaya. Kita sebagai konsumen harus
bijak dalam menentukan konsumsi atas makanan yang memiliki kecenderungan banyak
mengandung zat aditif.