Desi A.

Sepulang ngantor Selasa malam lalu, si pacar ngajakin gue makan malam di sini. Konon katanya, ini salah satu resto steak yang gak pernah sepi karena terkenal dengan harga yang affordable. Bener aja, weekday pun resto ini ramenya luar biasa, gimana weekend yaa~
PLACE & AMBIENCE

Tempatnya gak begitu besar, parkirannya kecil. Resto ini terbagi jadi 2 area: indoor dan outdoor. Sebenarnya area outdoor itu terasa lebih spacious dan gak se-riweuh di dalam, tapi berhubung gue menghindari asap rokok, jadi kami pilih indoor. Jarak antar seat itu berdekatan banget, cenderung "gang senggol" bahkan, mejanya juga kecil. Jadii, kalau mau makan berdua tapi pesan banyak, ya harus ada yang digeser-geser piringnya, hahaha. Playlist yang diputar lagu-lagu lokal yang masih enak didengar. Intinya kalau dari segi suasana sih ini tempat makan yang "selesai makan langsung pulang".
FOOD & BEVs

1. Elgringgo Pizza (10k)

Untuk appetizer, kami pesan 1 slice pizza. Pizza ini bisa dipesan langsung di luar. Ada 3 varian yang bisa dipilih di etalase, tinggal tunggu dipanaskan, dan diantarkan. Pizza yang kami pilih ini toppingnya daging sapi cincang dan mozarella. Rasanya lumayan enak untuk harga segitu.
2. Combo Meal Rib Eye + Lemon Tea (60k/ porsi)

Kami berdua pilih menu ini, Rib Eye dengan pilihan mushroom sauce. Sebenarnya gue paling suka steak dengan tingkat kematangan medium, biar lebih berasa juicy gitu, tapi kali ini gue gak mau gambling sama ketepatan tingkat kematangannya, jadi pesan yang medium well aja. Untuk karbonya, gue pilih mashed potato, si pacar pilih potato wedges. Pesanan datang sekitar 15 menitan. Tampilannya cukup menggugah selera dengan porsi yang mengenyangkan buat gue. Setelah dicoba, hmm... Risiko sih ya kalau pesan medium well, dagingnya cenderung keras dan agak susah dikunyah, hahaha. Untuk rasa sih lumayan, tapi masih kurang termarinasi dengan baik buat gue. Mushroom saucenya not bad, tapi not special juga, malah baru berasa enak setelah dicampur saus sambal (orang Indonesia banget ya, hahaha). Unfortunately, mashed potatonya anyep aja, dingin, hambar, dan gak lembut. Surprisingly, potato wedgesnya malah enak, gak terlalu berminyak, well seasoned, tapi dikit banget. Saladnya biasa aja, kurang segar menurut gue. Untuk lemon tea, standar sih rasanya. Yaa untuk harga paket steak segitu sih masih bisa diterima. Jangan berharap terlalu banyak laah~

Semua harga yang tertera di daftar menu belum termasuk tax & service charge 13%. Boljug yaa~
SERVICE

Staffnya ada lumayan banyak. Sempat agak susah juga manggil staff di dalam saat mau pesan makanan. Tapi pelayanannya bagus kok, gercep tapi tetap ramah.

Pas main ke Gancit Sabtu lalu, gue dan si pacar cari-cari resto dengan rating tinggi di situ, lalu kami lihat rekomendasi Coco Ichibanya ini. Kami datang sekitar jam 5.30 sore. Tempatnya masih belum ramai saat itu, paling ada 5 meja yang terisi, jadi gak perlu waiting list.
PLACE & AMBIENCE

Coco ini terbagi jadi 2 area: area dalam dengan suasana lebih terang, dan area luar dengan suasana lebih temaram. Kami pilih duduk di dalam. Interiornya cenderung bergaya modern dan ada kaca besar yang membuat restonya terlihat lebih lega.
FOOD & BEVs

Di sini kita bisa pilih ukuran nasi dan level kepedasannya. Mau minta tambahan topping juga bisa. Khusus untuk omelette curry rice, kita gak bisa pilih ukuran nasinya. Rasa pedasnya itu dari lada, jadi kalau suka pedas mah sebaiknya pesan level paling atas aja. Level 3 (truly hot) itu cuma berasa hangat, tapi enak dan pas banget~ Inilah yang kami pesan:
- Omelette Chicken Cutlet (70k): Nasi yang dibungkus scramble egg setengah matang, disajikan dengan limpahan kuah kari dan chicken katsu. Rasanya enaakk dan serasi banget! Ditambah bubuk cabe dan pickles bikin rasanya jadi makin mantap. Karinya gak bikin enek, tapi menurut gue makan seporsi juga udah cukup banget, nasinya banyak soalnya. 
- Omelette Fried Chicken (70k): Ini pesanan gue. Bedanya ini pakai ayam goreng tepung kecil-kecil. Gue lebih suka ini daripada si cutlet.
- Ice Milk Tea (15k): Untuk ukuran resto, harga minuman di sini termasuk affordable. Minuman disajikan dengan gula cair terpisah, jadi bisa diatur sesuai selera. Sayang sekalii milk tea-nya keenceran. Mungkin sesuai harga yaa(?)
- Ice Lemon Tea (15k): Gue kecewa banget sama minuman ini. Lemonnya udah gak segar dan pas gue lihat ada bintik cokelat di kulit lemonnya. No wonder rasanya udah pahit enek gitu. :(
Semua harga di daftar menu belum termasuk tax & service charge. Pricey yaa~
SERVICE

Ini yang bikin gue yang lagi PMS jadi sensitip. Pas kami datang, gak ada satupun yang menyambut kami di depan. Ada 1 waitress yang cuma liatin kami tanpa senyum dan melengos aja. Gue coba sabar sih, mikir kali dia sibuk dipanggil yang lain. Akhirnya kami inisiatif masuk sendiri & cari seat sendiri. Akhirnya ada 1 waiter yang nyamperin kami, tapi mukanya juga datar aja. Gue tanya-tanya tentang menu juga dia gak fokus merhatiin kami dan gak nyambung jawabnya, huft. Pesanan untungnya datang cepat, gak sampai 10 menit. Pas pesanan datang itulah beberapa staff lain baru berdatangan (sepertinya habis istirahat), dan ramah banget waktu nganterin pesanan kami. Pas udah selesai makan, gue iseng isi review form yang ada di meja, komplain tentang pelayanan & lemon tea-nya. Eh 2 staff yang sebelumnya lempeng aja melayani kami tetiba jadi ramah pas kami minta bill. Coba ramah dari awal, gue kasih rating 4 deh :p

Selasa malam lalu gue janjian makan di sini sama Andara dari pergikuliner.com. Dengan rating yang cukup tinggi, harga mihil (belum termasuk tax), dan review orang-orang yang bilang rasanya "hacep", tentu gue berekspektasi cukup tinggi.
Kami pesan menya gyutan don yang terkenal itu & ocha (refillable). Sistemnya kita datang, pesan di kasir, dan tunggu pesanan diantar. Waktu tunggu sekitar 10 menitan. Ada 2 area di sini: dalam & luar. Lebih enak duduk di luar menurut gue, lebih lega.
Makanan datang dengan porsi yang bisa dibilang besar, dagingnya pun banyak. Rasionya pas dengan nasinya. Dagingnya lembut, potongannya tipis-tipis menggemaskan, dan teksturnya agak chewy. Sebagai orang yang "berlidah nasi padang", yang doyan makanan dengan rasa kuat, menurut gue bumbunya light banget. Irisan cabe merahnya ternyata gak cukup membantu. Walhasil gue dengan geregetannya nambahin bubuk cabe & chilli oil biar membantu dagingnya lebih berasa greng gitu. Untuk rasa daging, gue masih memaklumi, karena gue pikir mungkin emang standarnya begitu, yang katanya menyerupai Menya-nya Melbourne. Mungkin memang orang sana gak suka makanan dengan rempah terlalu kuat. 
Tapiii, yang paling bikin gue kecewa adalah nasinya. Sebagai pencinta makanan Jepang, gue berharap nasinya pulen, at least kayak H*kben gitu. Kenyataannya nasinya pera', lebih cocok buat nasgor sih menurut gue. Terkadang yang diharapkan itu malah menyakitkan, yhaa~
Untuk pelayanan? Mbak kasirnya jutek. Jadi malas mau nanya-nanya. Tapi syukurlah mbak waitress yang melayani kami ramah dan sabar sekali melayani kami, apalagi pas diminta tolong fotoin.
Anw, terima kasih jamuannya, Andara & Pergi Kuliner 😆

Ceritanya Sabtu malam sekitar 3 bulan lalu gue dan si pacar lagi dalam misi pencarian kedai ramen halal yang recommended. *lebay* Lalu setelah cari tau sana sini, ketemulah kami dengan Ikkousha ini, yang mengklaim dirinya sebagai Ramen No. 1 di Jepang. Ini satu-satunya outlet Ikkousha yang halal setau gue, no pork-no lard, jadi aman buat muslim. Posisinya di pojokan lantai LG dekat ATM Mandiri, sebelah JJ Royal. Konsepnya mirip dengan kedai ramen pada umumnya, kecil, didominasi furnitur kayu, dan playlist lagu-lagu Jepang. 

Berhubung kami suka ramen pedas, pilihan kami jatuh ke Ramen Ayam Tam-Tam (64k) dengan opsi mi merah. Gak perlu nunggu lama sampai pesanan kami datang, gak sampai 10 menit bahkan. Porsinya besar bangeet, tampilannya menggugah selera banget, isinya pun lengkap: cashu ayam, tamtam, jamur, dan telur rebus. Rasanya enaakk, kuahnya sebenarnya udah rich sih, tapi yang namanya lidah orang Indonesia, apalagi para penggila pedas, pasti bakal nambahin bumbu ini itu lagi. Yang unik di sini ada bawang goreng yang disediakan di setiap meja. Jadi berasa makan mi instan di warkop, hahaha. Kita bisa pilih ramen dengan less-oil juga kok kalau gak terlalu suka yang berminyak. Untuk side dish, kami pilih gyoza ayam goreng (32k), rasanya lumayan, sayang gak ada gyoza bakar. Untuk minuman, sebagai orang yang oportunis, tentu saja kami pilih ocha dingin (12k), biar bisa refill~ :p 

Semua harga yang tertera di daftar menu belum termasuk tax & service charge 15%. Stafnya gercep & ramah2. Kalau week-end, antriannya cukup panjang, tapi termasuk cepat kok, soalnya rata-rata orang selesai makan langsung pergi.

Gue lumayan sering ke sini sama si pacar untuk ngemil-ngemil cantik & irit di kawasan PI. Kami biasanya datang sekitar jam 5 sore, belum begitu ramai, jadi bisa bebas pilih seat. 

Tempatnya cukup spacious, dan ambience-nya lumayan bikin kami betah nongkrong berjam-jam, bahkan sampai sempat main bingo. :p 

Kami pernah coba minuman Kopi Tarik dan Hot Milo. Kopi Tariknya pas banget. Nah yang spesial itu si Hot Milo-nya, harganya paling mahal di antara daftar menu minuman yang lain, tapi memang enak banget, kental dan berasa banget, jadi gue minumnya dikit-dikit biar gak cepat habis, haha. Gue lumayan suka es teh tariknya, soalnya segar & manisnya pas!

Untuk makanan, kami pesan French Fries, Nutella Toast, dan Tahu Pong. French Friesnya menurut gue terlalu garing. Nutella Toastnya udah pasti enak. Tahu Pongnya mantap, disajikan dengan sambal kecap yang pedasnya bikin lidah panas, soalnya rawitnya buanyak, sayang aja dikit banget tahunya cuma 6 biji :p. Gue juga pernah coba main course-nya, mi spesial & nasi goreng seafood. Sayang sekali rasanya biasa banget, dan porsi nasgornya piyik banget. 

Pelayanannya lumayan bagus, walaupun pertama kali ke sini gue sempat gak nyaman karena ada 1 waitress yang kurang sopan, beruntung lah ada waiter & waitress lainnya yang lebih ramah. Makanan datang agak lama, mungkin karena proses memasaknya kali ya, benar-benar disajikan fresh setelah dipesan. 

Overall, QQ Kopitiam ini recommended untuk yang suka kumpul bareng keluarga atau teman-teman. Harga makanan & minuman di sini affordable seperti kopitiam pada umumnya, jadi gak bakal berasa ngobrol lama sambil gak berhenti pesan makanan~

Di suatu weekend, pas lagi pengen duduk-duduk manis di resto dekat rumah, akhirnya gue dan si pacar memutuskan untuk ke sini. Nama HEMA itu sebenarnya adalah singkatan dari Hemat, Enak, Murah, dan Artistik. Kreatif yaa, kak~ 

Tempatnya gak terlalu besar. Ada area indoor dan outdoor. Kalau malam hari dan gak hujan, mending pilih di outdoor, soalnya suasananya lebih romantis dan tenang, ditemani dekorasi yang cukup cantik. Area indoornya malah ramai, ramai orang ngobrol dan ramai musiknya. Gue sih lebih suka HEMA di TIS Square kalau untuk suasana indoornya, soalnya tenang banget. 

Kami pernah coba menu berikut ini: 

- Macaroni Schotel: Porsinya pas untuk starter atau cuma untuk ngemil. The taste was just okay and the texture was too dry for me. 
- Cream Soup: Creaminess-nya pas, tapi kurang spesial rasanya. Si pacar sampai nambahin saus sambal dulu biar lebih terasa endes. Orang Indonesia banget ya makan pakai saus~ :p 
- Hutspot met Klapstuk: Isinya adalah mashed potato, cream sauce, dan irisan daging sapi yang kurang lebih seukuran daging dendeng. Creaminess-nya pas, mashed potatonya endesss, porsinya juga pas ngenyangin. 
- Stamppot met Worst: Bedanya stamppot ini toppingnya beef sausage, thick brown sauce, dan ada sayurannya. Gue sih lebih suka si hutspot. 
- Poffertjes met Vanila Ice Cream: Wah ini enaakk. Dimakan sendirian pun masih gak cukup :p 
- Ice Lemon Tea & Teh Tarik: Sempat penasaran mau nyoba Chocolate Float, tapi sayang out of stock. Akhirnya kami pesan minuman ini. Rasanya standar aja. 

Harga yang tertera di daftar menu belum termasuk tax 10%, fyi. 

Staffnya friendly dan cukup cekatan. Cuma kalau pilih seat di outdoor agak susah aja buat panggil staffnya, soalnya mereka gak selalu standby di luar. Kalau mau makan masakan Belanda dengan harga yang cukup affordable, boleh lah ke sini~