Dapat info dari beberapa orang kalau ini adalah salah satu bakmi jagoan di Bandung untuk segmen bakmi halal, apalagi tempat makan ini udah beroperasi cukup lama jadi bisa dibilang punya predikat legendaris. Tempatnya sediri terletak di Jl. Balonggede, jalan kecil satu arah yang lokasinya dekat dengan alun-alun kota bandung. Disitu ada papan yang cukup besar tulisannya Rumah Makan Linggar Jati, tampilan depan dari bangunannya yang diwarnai nuansa hijau toska. Awalnya gue kira tempat makannya kecil, ternyata di bagian dalam masih ada area makan juga. Tempatnya sendiri memang terkesan tua, bangunannya adalah bangunan jaman dulu dengan segala unsur klasiknya, dari rak yang bergaya retro menampilkan jajaran botol sirop, dinding, sampai bangku dan meja yang juga memberi nuansa khas tempoe doeloe menjadi unik dengan warna toskanya yang cukup nyentrik.
Makanan yang dipesan adalah Mie Pangsit Asin, kalau di menu tulisannya Mie Pangsit aja. Walaupun bukan yamien, biasanya kita akan ditanya mau asin atau manis, hal ini umum gue jumpai di berbagai kedai mie di Bandung. Saat datang, mienya cukup menggugah selera, gumpalan mie yang terlihat kenyal dilengkapi topping ayam suir dan cincangan daun bawang dan seledri. Yang cukup berbeda dari mie ini dibanding mie lain adalah gayanya yang agak 'basah'. Jadi mienya kenyal dan kelihatan agak basah seperti disiram kuah padahal belum diaduk, gue berasumsi kalau mienya bikin sendiri. Setelah googling dan baca-baca review foodie lain, ternyata benar kalau mienya bikinan sendiri, jadinya teksturnya bisa unik begitu hasilnya. Porsi mienya kata beberapa reviewer sih besar, menurut gue sih porsinya sedang. Gak terlalu sedikit sampai cuma ngisi setengah mangkuk, tapi gak bisa dibilang porsi jumbo juga. Sebagai gambaran, mienya menyisakan jarak kurang lebih 1cm dari bibir mangkuk, jadi ya memang porsinya lumayan. Dan satu hal yang gue liat adalah mienya agak panjang dibanding mie yang biasa gue temui, jadi pas disumpit gue sempet bingung ini gue makan mulai darimana ya. Untuk rasa juga enak, gue cukup senang dengan rasa yang klasik ini. Bukan rasa yang legit gurih berlebih, tapi lebih ke rasa yang simpel dan cukup ringan. Ayam suirnya juga menarik karena memberi rasa dan tekstur tersendiri, sayangnya gue berharap topping ayamnya bisa sedikit lebih banyak untuk mengimbangi mie yang sudah ciamik. Kulit pangsitnya juga kenyal tapi gak sampai berasa seperti karet, untuk isian juga rasanya oke meskipun bukan sesuatu yang bombastis.
Rumah makan ini menawarkan rasa yang menurut gue esensial, back to basics dengan gaya yang humble, no gimmick nor punchline here. Jadi memang rasanya tidak lekang oleh waktu yang konon sudah ada dari tahun 1950.
Selain itu ada 1 menu yang wajib coba tapi sayangnya gue belum sempet coba: Es Alpukat! Katanya harus banget coba kalau kesini, pas gue liat tampilannya mirip jus, tapi ini bukan diblender tapi diaduk sampai teksturnya cukup halus plus dikasih gula jawa. Akan gue sempatkan buat coba di kunjungan selanjutnya.