Rumanami Cafe

Mampir ke sini karena penasaran sama desain Rumanami yang kece. Pertama, susah parkir buat tamu yang cuma datang tanpa menginap jadi harus valet 30 ribu. Lalu pas datang lagi ramai, mau duduk di dalam ber-AC tapi sempit dan full, jadi kita duduk di semi-outdoor non-AC yang sedikit panas. Meja kursi kita ga boleh digabung padahal dtgnya ber-4.
Kita habis makan, jadi cuma mau ngemil aja. Order:
- Mocha Cake
- Carrot Cake
- Walnut Banana Cake
- Hot Cappuccino
- Iced Lychee Tea
Sayangnya menurut saya, 3 cake ini terasa biasa aja, untung manisnya pas dan ga bikin eneg. Harganya terjangkau. Ambiencenya cukup oke dan kafenya bersih.

Rumanami ini sebenernya adalah tempat indekos/hotel. Di lobinya ada cafenya. Waktu aku kesini sepertinya baru banget buka bahkan belum ready 100%, jadi menunya aja diprint dulu. Tempatnya sih bagus banget ya, serasa di bandung, asri, dan homey sekali. 

Aku disini cuma coba minumannya karena memang baru ada minuman saja dan ga banyak variasi. Aku coba piccolo, coffeenya tipical yang asem dan strong. Kalau aku sih kurang cocok ya, tapi suamiku cocok

IG : thehandsofcuisine

Sedikit cerita, di sini susah banget cari parkirannya, jadi mau gak mau harus valet gitu, cukup mahal 1 mobil 30ribu kalo gak salah. Kalian bakalan dicek suhu tubuh di parkiran dan juga pas masuk ke dalam coffee shopnya. Hand sanitizer juga uda tersedia di dalam.

Tempatnya gak begitu luas, dan pas sampai ke sini rame banget bagian non-smokingnya. Kami duduk di bagian luarnya, cuma ya anehnya kami kan datang ber4 nih, trus diarahinnya duduk per table 2 orang dan gak bisa gabung meja. Kenapa aku bilang aneh, soalnya di meja sebelah ada yg duduk gabung meja kira2 10-12 orang, ini ANEH banget asli! Untung aja mejanya sebelahan , meskipun berjarak tapi masih bs ngobrol.

Di sini kami cobain lychee tea, cappucino dan beberapa cake mereka.

Lychee Tea
Cukup nyegerin, rasa tehnya masih berasa gak cuma sirup doang. Dan buah lycheenya juga bisa langsung keliatan gitu, ada 2 buah di dalamnya.

Cappucino
Rasa kopinya cukup berasa, teksturnya kental gak watery. Harganya juga murah banget menurutku, cuma 29ribu uda dapat segelas cappucino yang ukurannya lumayan banyak menurutku.

Walnut Banana Cake
Agak heran kenapa cakenya keras banget, rasa banananya jadi kurang keluar karena kayak masih frozen gitu. Mungkin kalo cakenya empuk dan lembut bakalan lebih enak ya.

Carrot Cake
Menurutku cake yang satu ini lumayan sih rasanya, hanya saja terlalu manis dan gak begitu lembut, biasanya meskipun padat, carrot cake begitu dimakan masih berasa tekstur lembutnya.

Mocha Cake
Ini paling lumayan di antara ke 3 cake yang kami pesen, karena teksturnya lembut dan gak begitu manis. Mocha creamnya tebal banget tapi, si cream ini yang bikin cakenya jadi berasa manis banget.

Yahhh, tapi balik lagi ke selera masing2 ya, buat aku sih agak kurang nih rasa cake mereka meskipun harganya gak begitu mahal ya.

Untuk tempat uda jelas oke, karena coffee shopnya 1 tempat sama residence yang punya tangga kece banget. Haha

Mumpung masih hits, jadi mampir kesini. Memang ekspektasi ngga tinggi karena udah diceritain teman sebelumnya soal makanan disini.
Memang tempat instagenic aja ngga cukup tanpa dibarengi makanan enak dan pelayanan yang baik. Fyi, dilarang memotret di area resto sama salah seorang disana, mungkin manajernya.

Saya sendiri ngga berminat makan berat karena memang cuma mampir buat takeaway iced chocolate dan aneka roti yang di jual dalam kemasan plastik. Iced chocolate rasanya biasa banget, sementara rotinya (15k/pcs) juga ngga special.

Aglio Olio Tekstur pastanya enak sudah pas, cabe orange nya besar - besar dan banyak jadi membuat rasa spaghetti nya pedas. Malah aku jadi ngerasa spaghetti nya mirip spaghetti sambal matah. Lychee Tea Rasa syrup lychee nya berasa dan menyegarkan. Tapi sayangnya gelasnya kekecilan menurut aku😂 Kelebihannya makan di Rumanami Cafe adalah kalian bisa request air mineral dan itu free. Tempatnya juga luas, indornya ada di dekat kitchen dan di dalam ruangan ber AC, ada outdoornya di lantai 1 dan di lantai 2.

Ketika kami sampai, hari sudah menjelang sore dan sudah banyak orang tengah duduk di halaman depan. Restoran dan tempat nongkrong langsung terlihat begitu melewati pintu masuk. 

Tapi ketika kami masuk, tidak ada satupun dari kami yang dicek suhu tubuhnya. Walau memang hand sanitizer yang disediakan lebih dari satu. 

Waiter (memakai masker) menghampiri kami dan menanyakan apakah kami ingin dine in. Awalnya kami ingin ruangan non-smoking, tapi setelah masuk kok kayaknya gak sreg, akhirnya kami memilih di ruangan di mana pengunjung bisa merokok. Untungnya saat itu tidak ada pengunjung lain yang merokok, jadi aman. Bagi yang bakal sering ke toilet, mungkin lebih nyaman di dalam ruangan non smoking, karena kamar kecilnya ada di sana. 

Menu makanan dan minuman masih manual,saya pilih red velvet panas. Lalu sambil menunggu minuman, foto-foto dulu deh. Eh, ternyata setelah kembali ke meja 25 menit kemudian minumannya masih belum nongol. Baru setelah ditanyakan ke waiter, datanglah pesanan kami. Itupun kurang satu, karena sedang tidak tersedia. Jadi teman saya harus menunggu lagi (untungnya gak sampai 20 menit) untuk minuman pengganti yang ia pesan. 

Jadi kalau mampir ke sana, sebaiknya aktif memanggil waiter untuk memesan dan menanyakan pesanan kalian. Di akhir pekan, ramai banget.
Hindari juga datang di jam2 pengunjung check in dan check out dari hotel. 

Lagi rame pada mampir ke Rumanami di Kemang yang katanya keren banget, instagenic banget buat kita-kita yang kece ini, dan disana juga katanya ada restorannya. Makanya gue jadi penasaran sama restoran yang ada di Rumanami Residence ini.

Hotel yang disebut Rumanami Residence ini, emang ada restorannya, namanya Dapurnami. Dan Dapurnami ini ga hanya bisa dikunjungi sama yang nginep disana. Siapa aja boleh mampir loh, tapi yaa jajan yaa.

Pas banget lagi jam makan siang, akhirnya gue mesen Nasi Goreng Kampung dan Aglio Olio. Nasi Goreng Kampung di Dapurnami ini porsinya cukup banyak, dan kalo isiannya yaa standar aja kaya yang lain. Ada telur mata sapi, ayam goreng, timun, tomat, kerupuk, dan masih ada ayam yang disuwir juga. Untuk tastenya sih menurut gue ini nasinya sedikit keras, tapi ga keras-keras banget kaya nasi kering. Dan kalo bumbunya sih enak, gurih dan ada pedes-pedesnya yang buat gue, pengen ngunyah terus.

Aglio Olio, pasta yang satu ini bumbunya pedes banget. yaa secara yaa potongan cabenya gede-gede banget. kalo tekstur pastanya sih juga udah lembut. Udah pas kaya spaghetti lainnya. Tapi sayang disayang, Aglio Olio yang gue pesen ga ada tambahannya. Ga ada udang, atau daging ayam, atau mungkin bakso atau sosis gitu, tak ada.

Lychee Tea dan Red Velvet, dua minuman ini bikin seger banget. apalagi yang Lychee Tea ini, simple sih tapi rasa sirup lychee berasa beda dari yang lain. Dan untuk Red Velvet nya ini bukan Red Velvet Latte kaya minuman di coffeeshop, tapi yang ini lebih mirip ke Tea Red Velvet. Teksturnya sih tebel juga kaya Latte, tapi lebih ringan. Dan pake tapinya lagi, tersaji dengan rock glass yang buat kurang puas untuk seger yang lebih lama.

©prido

Setelah berhasil membuat keramaian di lini masa Instagram, Rumanami menjadi salah satu spot wajib warga +62 pemburu konten buat sekedar foto-foto dengan latar belakang gedung atau tangganya yang estetik. Saya sendiri sempet kaget pas mampir, karena ternyata ada lho di daerah tersembunyi di kawasan Kemang yang tampil sekeren ini. Tapi kalo mau foto-foto disini engga bisa pake kamera, cukup dengan kamera ponsel saja, kecuali kamu sudah mengantongi ijin dari pihak manajemen hotel.

Spaghetti Aglio Olio (Rp.60.000,-) sepiring pasta masak pedas dengan olive oil, irisan cabe rawit jingga dan bubuk keju. Sayang pesanan saya disajikan tanpa protein sedikitpun, padahal pas melirik ke meja sebelah dengan menu yang sama ada tambahan tiga ekor udang diatasnya. Mau komplain tapi sudah mau habis juga, jadi yasudahlah. Sebenernya rasanya engga ada masalah, sensasi pedas dan oily-nya dapet banget, hanya ya itu tadi, ada komponen yang kurang pada piring saya.

Nasi Goreng Kampung (Rp.50.000,-) berbeda dengan menu sebelumnya, sajian ini justru berisi perpaduan protein yang melimpah. Didalamnya ada irisan bakso, telur orak arik, ayam suir dan sayuran. Tak hanya itu, karena saat dihidangkan pun masih ditambah telur mata sapi, sepotong ayam goreng (meskipun kecil), kerupuk dan lalapan. Rasanya gurih dan engga gitu manis karena memang sengaja dimasak minim kecap. Karena memang lokasinya didalam hotel, jadi engga kaget sih kalo harganya sampe gocap.

Red Velvet (Rp.36.000,-) Lemon Tea (Rp.35.000,-) minumannya disajikan dalam gelas cantik bukan hadiah deterjen atau kecap lho ya, tapi ala-ala minuman beralkohol gitu lah. Soal rasa sih bisa dibilang oke, tapi bukan yang sampe bikin merem melek juga. Keduanya cocok untuk dinikmati bareng santap siang kali ini. Secara keseluruhan sih sebenernya dari segi harga agak kemahalan, namun karena ambience-nya yang kece, jadi ya itung-itung buat bayar tempat aja lah. Selamat berfoto-foto ria guys...