Rinni Kania

Warung Nasi Ibu Imas adalah salah satu rumah makan Sunda yang sudah cukup lama berdiri. Warung nasi ini sudah ada sejak tahun 1980an. Berawal dari warung nasi yang sangat kecil di pojokan Jalan Balonggede dan Jalan Pungkur, hari ini Warung Nasi tersebut sudah menjelma menjadi rumah makan besar. Warung nasi original nya tetap ada, tapi sekarang lebih digunakan sebagai dapur tempat memanggang ayam. Sang pemilik usaha kemudian memperluas usahanya dengen membeli beberapa bangunan di sebelah dan di seberang warung original nya dan membangun rumah makan besar agar dapat menampung peminat yang semakin banyak. Nah, Warung Nasi Ibu Imas yang saya datangi ini adalah warung nasi yang ada di seberang warung originalnya, disebut sebagai Warung Nasi Ibu Imas 48 karena berada di bangunan nomor 48. Dibandingkan dengan bangunan yang lain, kelihatannya Warung Nasi Ibu Imas 48 ini adalah bangunan paling baru dan paling besar daya tampungnya karena terdiri dari dua lantai.
Seperti layaknya Ampera dan Laksana, ciri khas makan di rumah makan Sunda adalah duduk di bangku panjang dengan makanan yang sudah tersedia di meja panjang. Nanti kita hanya perlu memilih makanan yang kita inginkan dan para waitress akan membantu untuk menghangatkan makanannya.
Untuk saya yang orang asli Sunda, Warung Nasi Ibu Imas merupakan salah satu restoran sunda favorit yang menyediakan makanan yang nikmat (lebih dari enak). Kuncinya terletak di nasi putih pulen dan sambal dadak yang lezat. Hati-hati ketika makan disini, sebaiknya tanya dulu, sambal mana yang rasa pedasnya medium karena warung nasi ini punya sambal dadak yang pedas sekali. Selain itu, menu spesial dari warung nasi ini adalah Karedok Leunca dan ayam bakar nya. Terutama Karedok Leunca nya yang jarang ditemukan di tempat lain. Sisanya adalah variasi makanan sunda yang didominasi oleh pepes-pepesan dan goreng-gorengan. Sederhana tapi nikmat. Setia kali kesini, dijamin makannya pasti nambah.
Terkait harga, tidak perlu khawatir, harga makanan disini sangat affordable. Bahkan sambal dadak dan karedok leunca nya saja gratis. Saat saya makan disini Februari lalu, makan bertiga tidak sampai IDR 100ribu, padahal rasanya sudah makan hampir semua makanan yang disediakan disana seperti pesta.
Jadi kalau kalian ke Bandung, jangan lupa mampir ke warung nasi ini yaa.. Dijamin bisa makan nikmat tanpa menguras kantong 😊😊
IG: warungnasi_ibuimas

IG Reviewer: rinnikania

Bogor to the rescue at weekend 😄😄 Kalau sudah sangat penat dengan kota Jakarta, kota terdekat untuk refreshing tentunya adalah kota Bogor. Dan setiap mampir ke kota ini, saya pasti tidak pernah absen untuk mampir di Kedai Kita. Kedai Kita merupakan salah satu restoran terkenal di kota Bogor menyediakan berbagai jenis makanan, mulai dari mie hingga Pizza, yang semua rasanya konsisten enak.
Pada kesempatan kali ini, saya mampir ke Kedai Kita di daerah Baranangsiang, tidak jauh dari exit tol, untuk sarapan. Tapi mau sarapan, makan siang ataupun makan malam, biasanya saya selalu memesan makanan favorit saya, yaitu mie sapi lada hitam dan Pizza Kayu Bakar Margharita. Mie sapi lada hitam disajikan di atas hot plate, berisi mie yang disiram dengan kuah lada hitam, ditambah daging sapi yang empuk. Menu ini cocok sekali dengan cuaca Bogor yang seringkali hujan dan dingin, karena lada hitamnya membawa efek hangat ke dalam tubuh. Untuk Pizza nya, satu porsi bisa untuk 3-4 orang. Pizza di Kedai Kita ini cukup istimewa karena dipanggang dengan menggunakan kayu bakar. Pizza yang selalu saya pesan adalah yang Margharita (Cheese) karena kejunya sangat generous. Satu hal yang perlu kamu ingat saat memesan makanan disini adalah jangan lapar mata karena porsi makanan disini cukup besar.
Terkait design interior, please note bahwa Kedai Kita bukan a-kind-of-instagrammable-cafe yang biasa dipakai untuk foto-foto. Tempat ini purely ramai karena makanannya yang enak. So, no doubt to bring your empty tummy here when you visit Bogor, because you will be satisfied 😊😊
IG: kedaikitabogor

IG Reviewer: rinnikania

Belum ke Kota Tua kalau belum mencicipi hidangan di Cafe Batavia 😊😊 Terletak di salah satu gedung tertua di Kawasan Kota Tua yang telah berumur lebih dari 200 tahun, Cafe Batavia merupakan icon yang wajib dikunjungi. Tidak heran jika cafe ini tidak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya wisatawan domestik, cafe ini bahkan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan asing.
Begitu masuk ke Cafe Batavia, rasanya seperti memasuki mesin waktu dan kembali ke masa kolonial Belanda. Hal ini disebabkan oleh arsitektur bangunan dan design interior cafe ini yang sangat old school. Lantai pertama dikhususkan untuk para smoker, terdiri dari bar yang dilengkapi performing stage. Lantai kedua lebih terkesan cafe dan merupakan area bebas asap rokok. Pojok yang cukup menarik adalah pada dinding tangga menuju lantai dua. Dinding tersebut dipenuhi oleh ratusan figura berisi gambar tokoh-tokoh dunia yang menambah kesan vintage. Spot favorit saya sendiri ada di lantai dua, yaitu tempat duduk dekat jendela, karena dari sini kita bisa melihat langsung kondisi Kota Tua dari atas. Karena view nya yang indah ini, jika kita memilih untuk duduk dekat jendela, maka kita akan diberi limit waktu selama 2 jam.
Beralih ke menu, pada dasarnya Cafe Batavia menyediakan 2 jenis masakan, yaitu Asian Food dan Western Food yang dimasak di dua kitchen yang berbeda. Setelah selesai makan, saya baru tahu kalau ada menu pork di asian food. Jadi untuk muslim, disarankan untuk memesan Western Food saja yang memang tidak menyediakan menu pork. Menu minuman yang ditawarkan disini juga sangat beragam, dari mulai teh aneka rasa, juice hingga alcohol beverages tersedia disini (katanya harga bir disini cukup murah compared to cafe-cafe sejenis).
Makanan yang saya pesan kali ini adalah mayonnaise prawn dan blackpepper beef. Untuk setiap menu Asian Food, tersedia tiga ukuran makanan, yaitu small, medium dan large. Karena saya hanya datang berdua, maka kami memilih ukuran small, yang ternyata cukup untuk 3 orang. Udang Mayonaise yang dihidangkan cukup crunchy dengan mayonaise yang sangat generous. Tapi menu favorit saya adalah blackpepper beef karena rasanya berbeda dengan sapi lada hitam dari restoran Chineese Food lainnya. Memang katanya menu specialties disini adalah menu beef nya, yaitu rendang dan blackpepper beef. Tapi karena memesan rendang bukan di rumah makan Padang rasanya kurang afdol, jadi kami memutuskan memilih blackpepper beef ini. Blackpepper beef disini rasanya gurih, terasa hangat dari blackpepper, tapi tidak terlalu pedas, ada rasa segar dari paprikanya, pokoknya pas sekali.  Wisata kuliner ini kemudian ditutup dengan pancakes yang lembut dilengkapi dengan vanilla ice cream di atasnya.
Beralih ke soal harga, memang harga makanan dan minuman disini terbilang cukup mahal (ditambah dengan tax 10% + service 10%). Mungkin karena efek banyak turis juga. Tapi untuk one at a time dengan ambience yang begitu menyenangkan dan view yang indah, rasanya cukup worth it merasakan sensasi kuliner di restoran kolonial Belanda tahun 1930an.
Jadi next time ke Kawasan Kota Tua, jangan lupa untuk mencoba wisata kuliner di Cafe Batavia ini yaa
IG: cafe _batavia

IG: rinnikania

I had not been visited Cilandak Town Square for like 2 years and so surprised when finally I visited it last week. Besides bunches of coffee chain stores which stands side by side, there are lots of new restaurants. After such long considerations (mostly because we were confused), finaly me and my friends decided to try this Japanese chain restaurant with specialty on Italian food: Popolamama.
Sebenarnya sudah lama pernah dengar tentang Popolamama ini karena ada di beberapa mall lain, tapi belum sempat coba. Untuk ukuran restoran Jepang yang biasanya mengedepankan design interior yang sangat "Japanese", design interior di Popolamama sangat jauh dari kesan "Japanese". Mungkin karena makanan yang disajikan adalah Italian food. Brand Popolamama didominasi warna merah dan hijau dengan maskot wanita berbusana tradisional Italia.
Kebetulan kami mengunjungi Popolamama pada hari senin dan ternyata ada paket Set Menu for 2 yang terdiri dari 2 main dishes + 1 side dish + 2 beverages. Tanpa pikir panjang, kami akhirnya memilih paket ini agar bisa mencoba varieties of menu disini. Dari beberapa pilihan main dishes yang disajikan, kami akhirnya memilih Pizza dan Doria.
No wonder Pizza adalah menu specialty di Popolamama karena pizza disini sangat spesial. Kami memilih Pizza Margerita dan Pizza Smoked Eggs and very satisfied with these two. Selain karena fresh (adonan pizza nya dibuat by order), ketipisan dan kematangannya pas + tidak berminyak. Topping nya juga sangat generous.
Main dish lainnya yang kami coba adalah Doria. Saya kira awalnya doria ini terkait dengan ikan dori, tapi ternyata doria ini adalah baked rice with melted cheese on top of it. Kami memilih Doria Vegetables and Chicken dan Doria Bolognese. Doria disini juga sangat enak karena jumlah melted cheese nya pas, tidak berlebihan.
Namun kami agak kecewa dengan side dish yang kami pesan, yaitu Garlic Bread. Sepertinya garlic bread ini dipanggang terlalu lama sehingga agak gosong.
Tapi overall, Popolamama ini layak dicoba. Another way to enjoy Italian food.
IG: popolamamaindonesia

IG Reviewer: rinnikania

Tizi's Restaurant adalah salah satu restoran tertua di kota Bandung. Entah sudah ada dari tahun berapa (mungkin sudah ada sejak masa awal kemerdekaan karena kakek-nenek dan orang tua saya memiliki kenangan tersendiri di restoran ini), yang jelas restoran ini tetap bertahan dan selalu memiliki pelanggan setia, meskipun banyak sekali cafe-cafe atau restoran-restoran baru sejenis yang bermunculan baru-baru ini. Vintage ambience akan langsung terasa begitu kita memasuki restoran ini terutama karena old school furniture yang ada di setiap pojok ruangan. Sejuk adalah hal pertama yang pasti langsung terasa begitu memasuki restoran ini karena terdapat taman kecil di tengah-tengah restoran.
Tizi's Restaurant specialty adalah western food dengan menu andalan yang paling terkenal adalah schaschilk (beef / chicken). Schaschilk adalah salah satu jenis steak yang bentuknya seperti sate, tapi disajikan dalam tusukan besi yang besar, isinya ada daging (beef / chicken), bratwurst (sosis) dan sayuran, yang kemudian dipanggang dengan menggunakan saus khusus. Schaschilk disini disajikan dengan kentang dan saus barbeque ala Tizi. Rasanya enak sekali, dagingnya empuk, saosnya meresap dengan pas. Bahkan saking enaknya, schaschilk di Tizi ini dianggap sebagai one of the food that you can be missed when you visit Bandung. Selain schaschilk, menu lain yang kami pesan pada kedatangan kali ini adalah tenderloin steak, beef tongue with mushroom sauce dan oriental chicken.
Tenderloin steak di Tizi adalah salah satu yang terbaik di kota Bandung. Jika tidak di-request, steak disini akan selalu dimasak well done. Namun meskipun well done, steak nya masih sangat juicy, empuk dan tasty. Beef Tongue with mushroom sauce juga sangat istimewa. Lidahnya kenyal dengan saus keju yang gurih.
Seperti layaknya restoran sejenis pada zamannya, Tizi juga merupakan bakery yang memproduksi salah satu pastry dan cakes yang terbaik di kota Bandung. Kita bisa mencoba salah satunya dengan complimentary yang disediakan berupa mini cheese bread.
Harga makanan di Tizi memang agak mahal dibandingkan dengan restoran-restoran sejenis. Tapi disamping rasanya yang enak dengan kualitas terbaik, porsinya juga sangat besar loh.. Jadi jangan lapar mata ketika memesan makanan yaa..
IG Reviewer: rinnikania

Untuk kamu warga Bandung asli yang tumbuh dan besar di kota ini, pasti tahu restoran Sunda Kelapa Lagoon yang ada di Jalan Sumatera, seberang bangunan yang dulunya bioskop Regent. Restoran ini sempat berjaya di masanya namun kemudian sempat tutup beberapa tahun lalu. Nah, pada pertengahan tahun 2016 ini, Kelapa Lagoon sudah dibuka lagi dengan konsep baru (dan owner baru sih kayanya). Temanya masih restoran sunda, tapi dengan interior dan eksterior yang lebih fresh dan modern. Ambience nya cukup cozy, cocok untuk lunch atau dinner bersama keluarga.
Menu utama yang saya pesan pada kedatangan kali ini adalah Gurame Garing, Cumi Goreng Tepung dan Tumis Genjer Oncom. Gurame Garing nya renyah di luar, tapi tetap lembut di dalam, dan semakin enak dengan tambahan bumbu kecap rawit. Cumi goreng tepung nya juga tidak kalah enak. Teksturnya sangat renyah dan sepertinya menggunakan tepung khusus karena penampilannya sangat berbeda dengan cumi goreng tepung biasa. Namun yang paling spesial adalah tumis genjer oncom nya yang super enak. Well, mungkin agak subjektif karena ini makanan favorit saya 😜😜 Tapi yang jelas perpaduan genjer dan oncom nya pas. Makan nasi putih dan tumis genjer oncom saja rasanya sudah cukup 😊😊 Overall, most of the food tastes delicious. Recommended untuk kamu yang sedang ingin mencicipi masakan sunda. Next time bisa dicoba gurame bakar lada hitam nya.
IG: kelapalagoon
IG Reviewer: rinnikania