N.A.

Sebelumnya saya tidak tahu kalau di bagian belakangnya Work Coffee ternyata ada semacam communal space dan Suke merupakan salah satu tenant di communal space tersebut. Awalnya agak bingung memang untuk menemukan tenant ini. Communal space-nya didesain layaknya sebuah backyard garden, dengan seating area-nya yang hampir semuanya outdoor tanpa atap, alhasil kalau lagi hujan agak sedikit susah untuk mendapatkan tempat duduk sambil berteduh.

- Lybberies (25k)
Menu ini berupa campuran antara susu, lychee, dan mixed berries. Saya sempat berpikir kalau menu ini lumayan mahal karena hanya campuran antara susu dan buah-buahan, namun ternyata saya salah karena kualitas minumannya sepadan dengan harga yang ditawarkan. Susunya kental dan sedikit creamy. Titik kenikmatan dari menu ini terletak pada buah berries-nya yang memberikan efek asam-asam segar sekaligus crunchiness karena sepertinya berries yang digunakan tidak sekedar perisa belaka melainkan menggunakan berries asli.

Kafe ini memiliki desain yang sangat  unik dengan penggunaan warna-warna pop tropikal yang sangat eye-catching serta ornamen ornamen flamenco yang ada di setiap bagian kafenya. Saya sangat mengapresiasi bagaimana owner dan desainernya benar-benar pay attention to detail. Tempatnya juga lumayan nyaman, cocok untuk berbagai lokasi mulai dari chill santai hingga kegiatan serius seperti nugas. Tersedia pendingin ruangan, pencahayaan yang lumayan terang, serta power outlet, selain itu tempatnya juga relatif tenang. Pelayanannya juga lumayan cepat dan bersahabat. Yang agak saya concern adalah cup minuman di tempat ini benar-benar kecil, jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan yang lain sehingga value for money-nya agak kurang.

- Kopi Rum Raisin (26K)
Menu ini jauh lebih OK dibandingkan menu boba yang pernah saya coba sebelumnya. Menu ini tidak terlalu manis, lumayan creamy dan milky, dengan citarasa kopi yang masih sedikit terasa plus rasa rum yang lumayan kuat, meskipun rum yang digunakan sepertinya bukan rum yang mengandung alkohol. Kismis (raisin) juga memberikan tambahan sensasi crunchiness pada menu ini. 

- Watermelon Lychee (26K)
Menu ini cocok untuk yang mencari minuman non-kopi dengan citarasa yang cenderung segar. Menu ini berupa semacam jus semangka dengan tambahan potongan buah leci segar. Menu ini lumayan menyegarkan tapi menurut saya belum ada faktor wow-nya. 

Sejujurnya saya sangat mengapresiasi bagaimana owner kafe ini bisa menyulap area kecil di parkiran menjadi sebuah kafe yang lumayan unik. Area utama dari kafe ini hanya berukuran kurang lebih 2.5x1 meter yang digunakan sebagai coffee-bar dan satu tempat duduk tanpa meja, selain itu tersedia beberapa tempat duduk di bagian luar. Kafenya lumayan eye-catching dengan pemilihan warna-warna pop.

Selling-point dari kafe ini adalah cup minumannya yang berwarna-warni yang bisa disesuaikan dengan mood pengunjung.Pada cup-nya juga terdapat quote-quote yang disesuaikan juga dengan mood yang dipilih. Untuk sebagian orang hal ini mungkin bisa dibilang menarik, namun saya lebih mengapresiasi opsi yang lebih cinta lingkungan. Pelayanan dari kafe ini menurut saya perlu sedikit di-improve, baik dari kecepatan maupun keramahan.  

- Signature Iced Coffee (20K)
Es kopi di tempat ini memiliki dua opsi yaitu it's all good (creamy) dan hustle-hustle (strong). Saya sih lumayan suka versi creamy-nya. Es Kopinya memang memiliki citarasa yang cenderung manis namun tidak kemanisan dan  masih memiliki sedikit hint pahit dari kopinya meskipun memang tidak kuat. Saya rasa menu ini cocok untuk yang tidak suka kopi dengan citarasa yang terlalu kuat

Saya memesan makanan dari restoran ini karena saya tengah rindu-serindunya dengan Jogja, konon banyak banget yang bilang kalau Gudeg ini merupakan salah satu gudeg terenak di Bandung. Kemasan makanannya menurut saya lumayan OK, bungkusannya rapi dimana setiap item dibungkus dengan plastik yang berbeda alhasil tidak blepotan kemana. Kemasanna juga sudah ready to eat banget. 

- Nasi Gudeg Ayam Telur (41K, Grabfood)
Menu ini sudah termasuk Ayam dan Tahu Opor, Telur, Krecek, Gudeg, dan Nasi. Porsi untuk masing-masing itemnya bisa dibilang banyak banget, terutama untuk gudeg dan krecek-nya. Sebenarnya saya tidak begitu bersahabat dengan Gudeg khas Yogya yang citarasa terlalu manis, biasa saya ngakalin dengan meminta ekstra rawit agar ada pedas-pedasnya. Gudeg ini menurut saya tipikal gudeg yang manis banget--bahkan saya berani bilang kalau manisnya kebangetan, yang diperparah oleh gudeg-nya yang sama sekali tidak ada rawitnya, udah bikin special request but unfortunately it didn't really work. Ayam Opornya lumayan empuk tapi bumbu opornya menurut saya way to lite, bahkan jika dibandingkan dengan gudeg jogja lain yang saya coba sebelumnya. Entah lah, mungkin gudeg dari restoran ini tidak didesain untuk lidah saya.

Coffee shop ini posisinya berada di sebelahnya Oyster Seafood di Jalan Cimanuk. Plang nama kafenya agak kurang noticeable alhasil agak sulit untuk menemukan kafe ini. Tempatnya memang agak kecil dan sejauh ini, seluruh seating area-nya adalah area semi outdoor. Coffee shop ini lebih cocok untuk kegiatan santai sih ketimbang untuk sesuatu yang serius. Selain itu, coffee shop ini juga kurang cocok untuk mereka yang intoleran terhadap asap rokok.

- Cotton Candy Coffee (25K)
Menu ini basically berupa es kopi susu pada umumnya dengan tambahan sirup atau perisa cotton candy. Dari segi look, menu ini sebenarnya sangat menarik berkat perpaduan warna coklat dan pink yang sangat eye-catching, namun dari segi rasa menurut saya sangat biasa. Saya berani menyebut menu ini enak jika menu ini dinamai Cotton Candy Milk, tapi lain halnya jika dinamai Cotton Candy Coffee karena honestly kopinya kalah telak dari sirup cotton candy-nya yang overpowered. 

Sejujurnya saya kurang tahu lokasi dari kedai bakso ini karena saya memesan dengan menggunakan jasa pengantaran daring, kebetulan merchant ini memberikan diskon 50%. By default packaging makanannya belum ready to eat sih, packaging makanannya masih menggunakan plastik biasa, tapi tersedia opsi untuk menambahkan peralatan makanan sekali pakai juga--solusi untuk malas cuci piring namun memang kurang ramah lingkungan.

- Mie Bakso Telur (19K)
Baksonya menurut saya sangat biasa tidak ada yang spesial. Kuah baksonya tipikal kuah bening yang citarasanya cenderung lite, saya pribadi sebenarnya jauh lebih suka kuah bakso yang sedikit keruh dengan citarasa broth yang kuat. Kuah baksonya tipikal kuah bakso yang wajib banget ditambahkan saus, sambal, dan kecap yang cukup banyak. Porsi mienya menurut saya juga agak kurang banyak. Untungnya baksonya sendiri lumayan enak, terutama untuk bakso halus kecilnya. 

Coffee shop ini merupakan salah satu tenant di Centro 58 Food Center (Foodcourt dimana Cici Claypot berada). Posisinya berada di bagian belakang gedungnya, namun pengunjung bisa duduk di bagian manapun dari foodcourtnya, spot favorit saya adalah di bagian outdoor di area depan, tentunya kalau cuaca sedang tidak hujan. Daerah sekitar sini kan udaranya memang segar, areanya rindang, dan anginnya sepoi-sepoi--lumayan relaxing. Saya pribadi kurang suka dengan area indoornya yag sedikit pengap dan old-fashioned. 

- Coffee Cookies (30K)
Menu ini sepertinya ditujukan untuk yang suka variasi kopi dengan citarasa yang cenderung manis, namun untuk saya menu ini agak terlalu manis dan creamy, bahkan membuat citarasa kopinya menjadi kalah telak, mungkin kalau kopinya sedikit lebih strong dan wipe creamnya sedikit dikurangi mungkin menu ini akan lebih OK. Yang enak dari menu ini adalah efek crunchiness yang diberikan oleh cookiesnya, cookies-nya juga lumayan generous. 

Saya memesan makanan dari tenant ini dengan menggunakan jasa pengantaran daring. Tenant ini memiliki speciality aneka nasi telur dengan tambahan berbagai macam lauk dengan harga yang relatif terjangkau. Packaging makanannya lumayan bagus dan sudah ready to eat banget.

- Nasi Telur Dadar Cumi Cabe Ijo (25K)
Sejujurnya saya tidak menemukan sesuatu yang spesial dari menu ini. Telurnya hanya berupa telur dadar biasa rumahan, ukuran telurnya juga tidak besar dan tipis banget. Porsi cuminya agak kurang banyak dan cuminya terlalu kering dan agak keras. Untungnya sambal ijonya lumayan gurih dan segar.

- Nasi Telur Crispy Sambal Original (16K)
Menu ini seharusnya menjadi signature dari restoran ini karena unik banget, sebelumnya saya tidak pernah menemukan olahan telur seperti ini. Telurnya sangat cripsy dan crunchy karena telurnya yang dibalur dengan tepung sebelum digoreng. Porsi telurnya juga banyak banget. Telurnya akan semakin nikmat jika disantap dengan sambal originalnya yang mirip sambal geprek, pedasnya benar-benar bikin babak belur. Jujur saya jauh lebih suka menu yang satu ini.