Stephanie Wibisono

Sudah beberapa kali saya ke The Playground di Pondok Indah Mall 3 atau Street Gallery. Mungkin tempatnya tidak seluas di Plaza Indonesia sehingga kesan "playground" nya kurang dapat. Walaupun begitu, kita tetap masih bisa duduk di ayunan maupun di lingkaran yang pada saat kita masih kecil, kita putar sekencang-kencangnya sampai teman kita muntah karena pusing.

Kali ini saya pergi berdua dengan teman saya dan memesan The Legendary Katsutti dan Sateghetti. Menu pilihan saya adalah Sateghetti karena menarik dari fotonya. Sateghetti adalah spaghetti dan sate menggunakan saus kacang. Sayangnya, saat saya makan, rasanya terlalu pedas untuk saya sehingga tidak termakan oleh saya. Kalau dari rasa, cukup enak menurut saya. Jika tidak sepedas itu, saya pasti suka dan bisa makan. Akhirnya saya tukeran dengan Katsutti teman saya; katsudon dengan spaghetti saus cream susu sebagai pengganti nasi. Untuk katsu dan telurnya sendiri cukup enak, namun untuk spaghetti saus cream susunya agak membuat saya eneg. Sangat susu rasanya.

Come and taste for yourself!

Mungkin belum banyak dari kita yang sudah pernah mendengar nama Chakra Lounge ini. Terlebih karena lokasinya yang jauh si BSD dan ada di mall baru yang namanya The Breeze. Walaupun jauh, coba kesini deh, karena konsepnya tidak hanya sekedar di dalam empat dinding. Terlebih lokasi dimana Chakra Lounge ini ada, di samping danau. Kebetulan saya kesini hari Senin malam dan cukup sepi. Saya duduk di outdoor, menikmati suasana baru sambil mendengarkan live music mereka yang cukup.....standard. Well mungkin genre lagunya kurang cocok dengan saya.

Restaurant ini pun harganya tergolong sedikit mahal, namun tidak semahal restaurant di sepanjang jalan Senopati. Saya memesan Beef Marsalle dan menurut saya ini cukup enak. Beefnya empuk, sausnya pun enak. Teman saya memesan Fish and Chips. Menurut saya rasanya terlalu asin, dan mereka menggunakan saus mayonnaise untuk dip, bukan tartar.

Come and taste for yourself!
Instagram: @stepwibi

Sudah lama sekali saya ingin mencoba Woodpecker. Pertama kali saya kesini, tempatnya full sehingga saya tidak jadi mencoba. Baru kali ini mendapat kesempatan untuk mencoba kopi Woodpecker (sembari kerja).

Terletak di samping Holygyu di Panglima Polim, Woodpecker ini tempatnya sangat kecil. Hanya ada 1 meja besar yang mungkin bisa memuat 10 orang, mungkin 6 orang di depan bar, dan 4 meja kecil di smoking room plus bar untuk orang minum kopi sambil berdiri. Mungkin akan lebih baik jika mereka menyediakan stools.

Walaupun saya hanya memesan Latte, kopinya cukup enak. Paduan kopi dan susunya sangat pas. Sayangnya saya tidak sempat mencoba wafflenya.

Come and taste for yourself!

Setelah mendapat rekomendasi dari salah seorang blogger, akhirnya saya mencoba Mango Tree Bistrobar di Plaza Senayan. Terletak 1 lantai dengan XXI, saya mengunjungi Mango Tree saat jam baru buka, jadi masih sepi. Kebetulan mereka memiliki lunch set menu, jadi lah saya memesan set menu untuk dapat mencoba makanan mereka lebih beragam.

Untuk appetizers, kami diberikan kerupuk putih dengan sambal. Rasanya mantap. Set menu yang saya pesan adalah set menu B, dengan pad thai dan grilled beef. Penyajian set menu mereka cukup baik, diletakkan di piring panjang. Untuk pad thainya menurut saya kurang tasty. Fish cakenya sangat keras. Untuk beefnya rasanya cukup enak terlebih jika dimakan menggunakan saus dari mereka, memberikan rasa yang agak asam. Selain itu kami juga pesan Mixed Vegetable dan menurut saya rasa sausnya enak.



Come and taste for yourself!

Sudah lama yang lalu saya ingin mencoba Giyanti dan akhirnya baru sempat kemarin. Terletak di Jalan Surabaya, Giyanti ini terbilang tempatnya kecil (walaupun tidak sekecil Woodpecker). Yang menjadi masalah adalah, tempat ini selalu RAMAI. Begitu masuk, kita akan menemukan outdoor area, satu-satunya smoking area yang cukup homey, baru masuk ke indoor untuk pesan. Indoor sendiri cukup homey, namun cukup kecil dan dipaksa dimasukkan beberapa meja untuk memuat sebanyak mungkin orang, sehingga tempatnya terkesan sangat sempit. Jujur, kurang nyaman. Saya berdua duduk di sofa besar karena rencana akan ada beberapa orang teman datang lagi, dan mungkin setiap 10 menit sekali kursi saya diduduki orang lain.



Mereka menyajikan lumayan banyak macam kopi Indonesia, namun saya pesan Latte. Kopinya terbilang cukup enak. Dan setelah saya perhatikan, selama 3 jam saya di sana, hanya ada satu orang barista yakni sang owner itu sendiri. Mereka juga menyajikan brownies dll yang katanya juga buatan istri dari sang owner itu sendiri.

Tidak kebanyakan coffee shop pada umumnya, jam buka Giyanti cukup tidak tentu. Saya menyarankan untuk telpon dulu sebelum kemari.

Come and taste for yourself!

Sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang Black House, kebetulan teman saya mengajak kesini untuk makan malam. Terletak di dekat STM Penerbangan di dekat Wijaya, Black House terdiri dari beberapa lantai dan setiap lantai mengadopsi konsep yang unik. Lantai pertama seperti living room/library, lantai kedua garden, dan lantai ketiga music room. Di lantai dua dan tiga, pengunjung bebas merokok.

Black House memiliki variasi menu yang cukup banyak, mulai dari Indonesian, Asian, Italian sampai ke Western. Saya memesan Beef in Red Sauce yang disajikan bersama dengan nasi putih, karena menu ini memiliki icon recommended. Rasanya cukup lumayan, hanya saja beefnya sedikit keras. Teman saya memesan Chicken Cordon Blu, rasanya cukup standard buat saya. Kebetulan ada dua orang teman saya datang nyusul, namun setelah mereka pesan, makanan mereka keluar cukup lama, sepertinya mereka menunggu sekitar setengah jam. Salah satu dari mereka memesan nasi goreng seafood dengan deskripsi di menunya "with matah sauce," namun ternyata sambal yang diberikan bukan sambal matah. Dan setelah telur mata sapinya dibalik, terlihat sangat gosong. Gosong hitam.

Come and taste for yourself.