Fannie Huang||IG:@fiehuang

Nemu kwetiau yang satu ini di aplikasi ojol & tertarik buat nyobain. Biasanya kwetiau di pasaran adanya kwetiau goreng, kwetiau siram, kwetiau rebus biasa atau kwetiau bun.

Namun ini pertama kalianya nemu kwetiau panggang dan aku langsung nyobain.

Kwetiaunya disajikan dalam daun yang dipanggang hingga wangi. Sekilas, kwetiaunya terlihat sedkit. Padahal porsinya beneran besar dan bisa share berdua.

Kwetiaunya ada rasa smoky gitu dan pakai kwetiau beras, bukan kwetiau yang super kenyal. Rasanya beneran gurih dan telurnya berasa.

Isian seafoodnya juga cukup banyak dan beneran segar. Ini kwetiau yang underrated menurutku. Rasanya beneran enak banget & recommended buat dicoba.

Sate yang satu ini merupakan salah satu kuliner terkenal di Pasar Lama. Selain gurita, di sini juga ada menu sotong maupun cumi berukuran besar.

Berhubung penasaran sama guritanya, saya pesan gurita. Buat guritanya ada 3 jenis harga, yang 25 ribu, 70 ribu & 90 ribu. Buat cumi besar, harganya 40 ribu. Sedangkan sotong besar 50 ribu.

Buat yang harga 25 ribu, berupa sate dengan 4 potonf gurita berukuran kecil. Saya beli yang harga 70 ribu dan dapat sepotong besar. yang sebenarnya bisa share 2-3 orang.

Saya berkunjung hari Sabtu malam dan tempatnya sungguhan ramai. Di Pasar Lama, ada 3 kedai sate gurita ini dan semuanya ramai. Saya pesan yang di sebelah tukang sate.

Buat sistem pembayarannya hanya cash. Kita tinggal pesan ke mbaknya & bisa bayar dulu. Lalu bisa ditinggal dan balik lagi buat ngambil. Mbaknya langsung mencatat pesanan kita, jadi nggak mungkin keskip.

Saya mencoba :

1. Gurita Panggang (IDR 70k)

Sejujurnya saya sempat skeptis soal rasa karena guritanya dimasak secara masal sampai pannya penuh di satu pan datar. Kalau ada orang order, selama pannta muat, bakal auto ditaruh di pan yang sama.

Guritanya dimasak dengan margarin, diberi bumbu bawang putih di kedua sisi & diberi kecap manis.

Ternyata rasanya benar-benar enak, melebihi ekspektasi saya. Bumbunya sangat meresap dan rasanya cenderung gurih dengan sedkit rasa manis.

Aroma bawang putihnya sangat strong dan rasa manisnya pun pas.

Ukuran guritanya cukup besar dan cukup segar. Teksturnya renyah dan kenyal.

Sepertinya kalau dimakan pakai nasi bakal enak juga. Saya sendiri merasa guritanya enak, padahal saya ga auto makan di tempat.

Kemarin malam berkunjung ke resto soto mie yang satu ini. Lokasinya nggak jauh dari stasiun Tangerang & lokasinya ada di ruko.

Tempatnya sendiri cukup bersih Selain itu di beberapa meja ada tempat buat charge HP. Saya mampir ke sini habis kulineran di Pasar Lama.

Di sini nggak terlalu strict untungnya. Dalam artian, boleh minum dari luar. Saya pesan 3 porsi soto mie buat bertiga, namun saya icip makanan yang saya beli di Pasar Lama & nggak masalah. Sayangnya, makanannta sedikit lama.

1. Soto Mie (IDR 22k)

Jujur, saya kurang suka soto miem Namun sesudah mencoba soto mie di sini, saya jadi suka.

Rasa kuahnya gurih & kalau pakai jeruk nipis bakal makin segar.

Dagingnya pun empuk dan lumayan banyak. Risolesnya nggak oily & enak dimakan pakai kuahnya. Tomatnya pun segar.

Buat mienya juga nggak kelembekan. Bihunnya juga nggak berbau. Porsinya pas buat 1 orang & harganya affordable.

Baru tau kalau Jiwa Toast rupanya buka di apartemen Mediterania Gajah Mada. Saya pesan dari cabang ini via Sh*p"* F**d karena paling dekat dari rumah.

Kebetulan lagi ada diskon. Beli 1 shrimp toast & 1 ice americano cuma 35k aja. Namun saya nambah 5 ribu buat upgrade ke ice latte.

Saya mencoba :

1. Shrimp Tartar Mayo

Saya udah mencoba beberapa rasa toast di Jiwa Toast. Dari semua yang saya coba, shrimp tartar yang paling enak. Sedangkan rasa paling fail yang hamburg.

Rotinya seperti bias renyah di permukaan & empuk. Rasanya gurih, sepertinya karena dipanggang pakai margarin.

Saus mayonaissenya creamy dan asam gurih. Saya sempat khawatir rasanya bakal super asam, untungnya nggak sama sekali.

Mayonaissenya cukup banyak, namun nggak sampai banjir. Keju yellow cheddarnya gurih dan isian shrimp katsuny beneran enak.

Katsunya renyah dan ukurannya juga cukup besar. Sepertinya katsunya hampir full udang, nggak kayak hamburg yang kebanyakan tepung. Aroma maupun rasa udangnya terasa banget. Bahkan pas digigit ada bagian yang terasa renyah dan manis, jelas banget rasa udang asli.

Selain itu ebi katsunya juga nggak alot sama sekali. Beneran recommended karena udangnya nggak amis.

2. Es Kopi Susu

Saya lupa request no sugar dan udah prepare kemungkinan terburuk kalau rasanya bakal over sweet.

Untungnya, rasa manisnya pas meski saya nggak request. Manisnya pas dan perpaduan susu & kopinya balance. Susunya nggak terlalu dominan, apalagi sampai meninggalkan after taste kesat di lidah.

Jujur, walau cabang KFC ada di mana-mana, namun rasa cabang yang satu dan yang lain bisa saja berbeda. Sepengalaman saya, nggak semua KFC enak. Saya pernah makan di KFC Juanda dan saya merasa nggak enak.

Berhubung saya ultah beberapa minggu lalu, teman saya membelikan KFC buat birthday gift saya. Kebetulan dia beli di cabang Lokasari Plaza.

Saya mencoba :

1. Super Besar 7 (IDR 58k)

×. Mango Float

Seperti biasa, rasanya cenderung asam manis. Rasanya segar dengan topping nata de coco.

Di antara float lainnya, mango float memang favorit saya karena nggak terlalu manis.

×. Crispy Chicken - Dada + Nasi

Ini yang membedakan KFC cabang ini dengan beberapa cabang lainnya. Rasanya enak, ayamnya empuk namun nggak watery.

FYI, watery dan juicy itu berbeda. Juicy nggak berarti watery. Saya bahkan kapok makan ayam KFC sesudah terakhir makan di Juanda & daging ayamnya watery.

Tepungnya pun renyah & rasanya gurih. Nggak cuma itu, nasinya pun pulen namun nggak sampao overcook.

×. Chicken Burger

Ayamnya juicy dan renyah. Untuk ukuran burger fast food, ini beneran udah enak. Mayonya juga nggak super banyak, jadi rasa gurih dari ayam & sayurnya masih terasa.

Karena nggak habis, besok paginya saya steam buat sarapan. Rasa burgernya beneran maaih enak.

Gong Cha merupakan salah satu brand milk tea yang sudah bertahan cukup lama di mall Central Park. Tempatnya berupa booth dengan beberapa meja dan kursi, cukup nyaman kalau mau duduk bersantai sejenak.

Saya mampir ke Gong Cha menjelang jam makan malam pas weekdays karena pengen minum sesuatu & duduk. Untungnya saya dapet tempat & pembuatan minumannya juga nggak lama.

Saya mencoba :

1. Milk Tea (IDR 26k, Medium)

Buat tehnya ada beberapa jenis, yakni osmanthus, green tea , black tea & salah 1 jenis. Berhubung osmanthus tea nggak terlalu mainstream dibanding black tea maupun green tea, saya mencoba yang osmanthus.

Di sini juga bisa request no sugar. Jadi saya pilih no sugar tanpa topping apapun.

Rasanya sudah cukup manis hanya dari susunya saja. Rasa susunya juga nggak terlalu mendominasi sehingga rasa dan aroma tehnya tetap terasa.

Udah lama kangen masakan rumah & kepengen banget. Sayangnya, rumahku sama sekali ga masak & aku juga nggak bisa masak.

Pas banget nemu Dee Foodism & aku akhirnya myobain menu makan malam di sini.

Yang kucoba :

1. Nasi Dori Lada Hitam (IDR 39k)

Nasinya nggak pera & ikan dorinya beneran enak. Rasanya cita rasa khas makanan rumahan gitu.

Ikan dorinya lumayan banyak, empuk & nggak amis. Kuahnya juga lumayan banyak. Rasanya gurih, namun ada rasa lada hitamnya.

2. Perkedel (IDR 7k)

Aku udah lama nggak makan perkedel & akhirnya aku cobain. Kentangnya padat & perkedelnya nggak hambar.

Rasanya beneran gurih & lada hitamnya kerasa banget. Rasanya jadi agak pedas lada gitu.