Ika Nurhayati

Orang beli blizzard atau es krim, saya mah beli jus. Dulu pernah icip blizzard, tapi kurang cocok. Nah yang saya pesan ini jus murni, bukan yang dengan campuran sirup.

Dengan harga 60 ribu (eh apa 59, lupa), di sini bisa mendapatkan jus apel, sunkist, atau kombinasi keduanya. Saya pesan jus kombinasi, tersaji dalam cup besar. Rasanya memang segar, meski harganya lumayan banget. Namanya lagi butuh asupan buah.

Gerai ini difasilitasi area duduk yang mungil, sehingga pengunjung bisa menikmati produk DQ di tempat jika suasana tidak ramai.

Belakangan jadi senang mampir di TLJ, karena baru tahu americanonya mantap betul dan harganya terjangkau, 23 ribu. Dan saya punya minuman favorit baru lainnya di sini: strawberry frappe.

Strawberry frappe ini segar, pakai buah stroberi asli yang dicampur dengan sirup stroberi. Biasanya saya minta takaran sirupnya dikurangi. Harganya memang lumayan di atas americano, 38 ribu. Tapi frappe ini porsinya juga lumayan besar dan teksturnya kental.

Kalau untuk roti, kayaknya dari TLJ ini apa saja saya suka dan cocok dipasangkan dengan americano maupun fruit frappe.

Beberapa bulan ini Bengawan Solo D'Mall menempati lokasi baru, yakni di salah satu ujung terdepan mal. Lebih nyaman daripada dua lokasi sebelumnya! Dan lebih luas.

Walhasil karena berfasilitaskan bangku-bangku yang bikin pewe buat mengerjakan tugas, saya lumayan sering mampir. Kopi Bengawan Solo bukan favorit saya sih karena robusta banget, tapi americano cup kecil atau alit untuk harga 23 ribu bolehlah. Yang saya suka banget sih camilan-camilannya, terutama sate pisang (seporsi dua tusuk, 28 ribu) dan pastel (sepotong 22 ribu).

Nah camilan-camilan ini harganya lumayan tapi bagaimana dong, saya suka dan cocoklah menemani saya laptopan. Apalagi sate pisang dengan saus karamel yang ada sensasi pedasnya, yang selalu saya request untuk digoreng garing. Yum!

Harga minuman dan makanan lebih tinggi daripada kebanyakan kafe di Depok, maklum Kopium ini kafe asal Jakarta. Tapi rasa enggak bohong sih, kopinya memang mantap. Iced latte dan long black saja pakai double shot espresso, terhidang di gelas besar.

Kali ini saya pesan iced long black (35 ribu) lagi dan tetap suka. Enak diseruput pelan-pelan sembari laptopan. Mungkin karena posisinya dekat kampus, sebagian pengunjungnya mahasiswa yang mengerjakan tugas. Lantai 1 dan sebagian lantai 2 merupakan area non-smoking, sebagian lantai 2 area smoking.

Kenal Dapur Solo sudah lama, soalnya kantor suka pesan lunch box, biasanya nasi langgi, dari salah satu dapurnya di Semanggi. Baru sejak akhir tahun lalu Dapur Solo mulai buka resto di mal-mal, termasuk D'Mall.

Saya belum pernah makan di tempat, tapi pernah bungkus. Tempatnya sendiri luasnya sedang dan lumayan nyaman. Yang saya bungkus dari sini adalah nasi gudeg, asinan, dan selat solo (enggak kefoto, keburu dimakan suami).

Nah selat solo kata suami enak. Asinannya juga. Asinan ini, karena dibeli sore dan sudah dalam kemasan, sayurnya bukan yang segar banget tapi kondisinya masih oke. Bumbu asinannya itu yang saya suka, kental, tetap segar, dan pedasnya sedang. Isinya juga banyak dan harganya lupa sih, kalau enggak salah di angka 30 ribuan, tapi layak kok. Dibanding asinan di atas 40 ribu dari sebuah gerai camilan, mending ini deh.

Gudeg sebetulnya juga oke. Cuma tuh krecek yang saya dapatkan sudah asam, jadi enggak saya makan. Sayang sih.

Awal buka diserbu pengunjung, dengar-dengar area outdoor cakep buat foto. Karena itu malas mampir dan keterusan. Sampai datanglah undangan dari teman suami, yang pernikahannya bertempat di sini.
Secara tempat, buat saya ternyata enggak seberkesan itu. Area outdoor, yang untuk pernikahan berfungsi sebagai pelaminan, panas. Lalu pemandangan yang menarik perhatian saya bukan pepohonan dan dedaunan sebagaimana tampak pada foto banyak orang. Melainkan dua ibu berdaster yang memangku anak sambil mengobrol di seberang dan sampah di tepi sungai hu hu hu.
Untungnya, sebagai katering pernikahan, makanan yang disajikan Beranda lumayan enak. Saya makan ayam goreng (entah bumbu apa), rendang, dan karedok. Ayam goreng rasanya enak cuma agak kurang lembut, karedok tidak terlalu pedas sehingga bisa dinikmati banyak orang.
Rendang juga tidak terlalu pedas. Rendang daging dan hati ini lembut, gampang dipotong dan dikunyah. Salut bisa diolah selembut ini, mengingat kalau enggak salah baca, di menu reguler rendang ini tidak tercantum.

Habis kondangan di dekatnya, melipir ke sini. Tempat luas dan meliputi area lesehan, cocok buat yang datang berombongan. Cuma agak panas, meski AC sudah dinyalakan. Tersedia musala berikut tempat khusus wudu, walau airnya sempat tidak mengucur. 

Meski judulnya cafe & coffee, di sini lebih banyak makanan berat. Tapi pilihan minuman kopi lumayan. Saya dan suami pesan iced cappuccino (31 ribu belum tax-service), ginger stone tea (30 ribu), dan waffle yoghurt strawberry (27 ribu). 

Iced cappuccino termasuk bold, sesuai harapan. Ginger stone tea kata suami lumayan. Tapi waffle terlalu biasa. Enggak ada sensasi renyah di luarnya khas waffle, juga waffle-nya kurang fluffy. 

Buat saya yang enggak mengonsumsi mirin, menu sushi di Ramen & Sushi Express ini mengobati kangen sama sushi. Rasanya jelas jangan dibandingkan dengan sushi di resto autentik Jepang ya, karena ketiadaan mirin memang berpengaruh pada rasa. 

Saya bungkus california roll, volcano roll, dan unagi roll. Masing-masing terdiri dari 8 potong yang cukup besar dan harganya sama, 37 ribu. Rasanya lumayan, walau salah satu komponen volcano roll menurut menu, ebi, enggak berasa. Terus shoyu-nya sedikit banget. 

Ramen & Sushi Express tempatnya tidak terlalu besar tapi cukup nyamanlah.