Ika Nurhayati

Yang ditunggu-tunggu di Citos akhirnya buka pertengahan bulan lalu. Soalnya jaraknya lebih dekat daripada ke PIK, lokasi kafe pertama Bermvda. Pas jajan di sini masih dapat diskon soft opening 10 persen.

Tempatnya nyaman, banyak sofa, staf ramah dan pelayanan cepat. Banyak pilihan minuman kopi atau nonkopi. Dan banyak pula pilihan rasa waffle, di samping makanan lain. Saya pesan iced caffe latte dan tuna waffle yang judulnya tun-a-may-zing, teman-teman saya pesan hot caffe latte dan salted tiramisu, yang terakhir ini salah satu minuman signature.

Iced latte katanya sih single shot, tapi kayak pakai satu setengah shot alias cukup pekat. Menurut saya rasanya biasa sih. Sementara kata teman saya hot latte enak tapi dia mengeluhkan cangkirnya kecil. Lalu saya sempat mencicipi salted tiramisu, yang kata teman saya pakai kopi. Tapi kopinya enggak terasa di lidah saya, kalau benar pakai ya.

Nah waffle, harganya lumayan sih 49,8 ribu rupiah belum plus plus, mengingat porsinya tidak besar tapiii enak! Waffle ini sendiri sudah enak, renyah luarnya, dan tuna sambal matah nyatanya cocok berpadu dengan waffle. Sambal matahnya pun banyak. So I'll be back for more waffles! And another cup of coffee laaah.

Kedai kopi kecil dan relatif baru di Tebet--buka akhir April--ini punya koleksi kopi lokal yang lumayan. Malah East Indische Koffie punya mesin roasting sendiri di bagian belakang kedai dan menyuplai kopi buat banyak kafe. Kata baristanya yang ramah dan kasih pencerahan juga soal kopi, klien mereka termasuk salah satu di kawasan Senopati yang lagi hits. Orang pun datang bukan cuma buat mengopi, tapi juga buat beli biji kopi.

Fokus ke kopi, selain minuman kopi dan minuman lain yang biasa ada di kafe kayak teh dan green tea latte, kedai kopi ini hanya sedia cake bolu sebagai camilan. Saya disarankan pesan kopi single origin karena ini spesialisasi mereka. Tapi karena tidak biasa minum kopi hitam, akhirnya coba iced latte (38 ribu) dengan biji kopi campuran Bali Natural dan Flores Bajawa. Sementara untuk kopi hitam americano dan long black, pakai campuran Sunda Aromanis dan Toraja. Oh ya untuk minuman-minuman kopi ini, biji kopi yang dipakai berganti sebulan sekali.

Dari penampakannya, iced latte dengan double shot itu kelihatan menjanjikan. Dan benar enak. Mulanya terasa smooth tapi lama-kelamaan rasa fruity mengemuka tapi tidak asam.

Saat ini kapasitas kedai kopi yang juga ada di Bandung dan Batam ini baru sekitar 20 orang. Tapi katanya area kantor di lantai 2 akan dialihkan menjadi ruang smoking--area smoking di luar saat ini masih terlalu kecil.

Dari Ciragil, Chief Coffee berekspansi ke Kemang Raya dan baru akan grand opening awal Agustus. Konsepnya sama, menggabungkan kafe dan barbershop. Tapi di sini lokasi lebih luas; kafe di lantai bawah, barbershop di lantai 2.

Kafe ini sama hangatnya dengan di Ciragil, meski minus tembok bata merah. Namun ada hiasan unik di temboknya. Awalnya saya kira hiasan bertema kopi itu, salah satunya berbentuk wanita bertopi yang memegang secangkir kopi, adalah mural. Eh ternyata bukan, melainkan karya seni yang terbuat dari kawat. Ah keren!

Baristanya ramahnya dan dia berusaha membuatkan kopi sesuai keinginan kita, asal diberi tahu saat pesan. Latte panas saya hasilnya enak kok, hanya sedikit kurang pekat karena saya tidak info di awal bahwa saya suka latte yang rasa kopinya pekat. Teman saya juga suka piccolo pesanannya, menurutnya salah satu yang terenak.

Untuk makanan kami pesan classic american waffle, spaghetti aglio e olio, spaghetti bolognese, dan bolognese french fries. Waffle-nya biasa karena luarnya tidak ada kesan renyah. Spaghetti bolognese enak walau kalau menurut teman saya kurang keju, aglio e olio juga dibumbui dengan enak walau menurut kami spagetinya masih agak keras. Overall untuk makanan, kalau boleh saran, perlu ditingkatkan sedikit kualitasnya agar berimbang dengan kopinya yang enak. Untuk harga cocok deh, karena kopi pesanan kami masih di kisaran 25-30 ribu dan makanan 25-40 ribu, sudah termasuk tax & service. Termasuk cukup murah untuk ukuran kafe di Jakarta.

Kedai kopi mungil dan ramping di area Soepomo, Tebet, ini baru buka di awal bulan puasa lalu. Carinya gampang kok, sudah ada di Google Maps. Buat foto-foto lumayan cakep. Ada area buat perokok juga di luar dan di samping.

Kopi andalan Brouwen, yang diambil dari bahasa Belanda yang artinya seduh, adalah kopi hitam dengan berbagai metode seduh dan biji kopi. Namun karena ini kali pertama datang, saya dan teman mencoba kopi standar kami, iced latte (28 ribu), yang pakai biji kopi Gayo. Enak, karena kopinya nendang tapi aftertaste-nya halus.

Di meja kassa ada beberapa jenis camilan kayak lasagna dan croissant, sebenarnya tertarik melihat croissant rasa matcha tapi jadinya malah pesan yang salted egg untuk sharing. Ini lumayan enak, isinya cukup banyak, rasanya campuran asin dan manis. Harganya lupa tapi total semua pesanan kami 85 ribu, sesuailah dengan rasa dan porsi. Oh ya pemiliknya ramah dan asyik diajak mengobrol.

Sebetulnya tidak bermaksud makan di sini, tapi tergiur melihat gambar menu yang dipajang besar-besar di depan outlet, jadinya belok deh. Tempatnya tidak besar tapi karena saya dan teman datang sebelum jam makan siang, belum terlalu ramai.

Harga terjangkau. Pesan kko kko bop (nasi, japchae, sayur, bbq chicken) dengan rasa pedas level 2 (dari level 1-10), nom nom bop (nasi, japchae, sayur, garlic butter fried chicken) dengan pedas level 4, dan kimchi totalnya 82 ribu rupiah. Kenyang sudah pasti, mengingat di satu mangkuk nasi dan japchae bercampur satu.

Teman saya suka kko kko bop pesanannya. Saya juga suka sih nom nom bop, pedas level 4 pun pas alias enggak berlebihan pedasnya. Cuma karena sambalnya dikucurkan di hampir semua permukaan ayam, alhasil kurang terasa garlic butter-nya. Mungkin sambalnya bisa dituang di pinggir atau dipisah, atau bagaimanalah biar rasa asli proteinnya terjaga.

Kimchi enak dan porsinya cukup. Senang makan di sini, mudah-mudahan sih buka outlet yang lebih dekat ke rumah atau tempat kerja.