Ika Nurhayati

Meski sedikit di luar Margonda, karena letaknya strategis di pinggir jalan besar dan parkir lumayan, Bakso Kraton tak pernah sepi pengunjung. Makanan yang dijual beragam, dari chinese food, bakso, mi ayam sampai beberapa makanan tradisional kayak gudeg dan pecel. Tempat duduknya juga ada yang lesehan. 

Beberapa bulan sekali saya biasanya mampir, makanan di sini sudah banyak yang dicoba. Dan semuanya lumayan saja, belum ada yang wow. Terakhir pesan gudeg, gudegnya sendiri lebih enak daripada sebelumnya, tapi kreceknya ya masih begitu, potongannya besar, kurang lunak, kurang pedas. Mi ayam bakso urat juga biasa saja. Tapi kangkung polos lumayan enak dan enggak polos banget, ada tambahan jamur kancing cukup banyak. 

Meski lumayan saja, tetap saya datang ke sini kalau ingin makan di luar karena variasi menu dan dekat rumah. Nah baru tahu sekarang Bakso Kraton cuma terima pembayaran tunai, jadi harus memastikan bawa uang tunai cukup kalau mau makan di sini.

Belakangan lumayan sering bolak-balik ke Bogor tapi baru mencoba makan di sini. Terkenal dengan piza bakar, tapi kemarin ini malah pesan mi karena ingat kata teman saya, mi Kedai Kita enak. Tempat ini enak buat makan beramai-ramai, ada area lesehannya juga. 

Karena hawa sore cukup bersahabat, saya duduk di luar, pesan mi ceker saus padang, kailan polos, dan jus stroberi. Teman saya pesan steak lidah sapi. Mi ceker disuguhkan dengan hotplate dan memang sedap disantap selagi masih agak panas. Tapi cekernya kurang empuk sehingga tidak saya habiskan. 

Kailan polos enak dan porsinya besar, bisa untuk porsi 2-3 orang dengan lauk lain. Steak lidah boleh dicoba buat yang suka banget sama masakan lidah sapi kayak teman saya, karena tebal dan empuk.

Ke sini cuma karena pengin tahu, kayak apa sih mini chizza yang rada heboh itu. Ternyata begitu saja ya, sepotong ayam fillet berbentuk kotak yang disiram saus bolognese, saus keju, plus ditaburi potongan kecil paprika dan bawang bombai.

Untung saya buka dulu kotak mini chizza sebelum transaksi, karena bentuknya sungguh mini. Buat saya, 18 ribu kemahalan dan pastinya makan ini saja enggak kenyang. Jadi selain pesan mini chizza ini dan mocha float (9.500), tambah pesan salad (9.500). Rasa mini chizza, hmm, lumayan saja, sama sajalah dengan produk ayam KFC lainnya.

Di Kemang, kedai kopi tumbuh subur. Bertambah 1 lagi kedai kopi yang menyatu dengan galeri furnitur. Kopitok Coffee berada di gedung yang sama dengan Loft yang sepenglihatan saya menawarkan perabot serbakayu. Tempatnya cukup luas dan namanya di galeri, penataannya apik. Cocok juga buat hang out, tapi kalau mau kerja di sini pastikan laptop cukup terisi baterainya karena soket terbatas.

Selain kopi dan minuman standar lainnya kayak cokelat dan red velvet, ada beberapa camilan kayak pisang goreng, singkong goreng, dan risoles. Makanan berat belum tercantum di menu, tapi kata stafnya ada nasi goreng sambal roa. Saya pesan nasgor sambal roa (50 ribu) dan iced latte (33 ribu) yang katanya campuran arabika dan robusta.

Nasgornya lumayan enak dan porsinya besar, meski topping-nya cuma telur dadar dan sambal roa tanpa garnis sayur. Tingkat pedas bisa disesuaikan, saya pesan pedasnya sedang, apalagi sambal roa sudah cukup pedas ya kan.

Walau pakai kopi robusta juga, rasa kopi ini tidak dominan di latte, jadi saya bisa menikmatinya. Cuma latte ini sedikit watery.

Oh ya ternyata pas saya datang ini masih soft opening, jadi semua makanan/minuman diskon 30 persen (tapi kurang tahu sampai kapan) dan total saya membayar 58.100 rupiah.

Baru dengar ada donat merek ini, ternyata sudah ada beberapa cabangnya. Dikasih isi selusin, setelah bagi-bagi pun tetap begah melihatnya karena ukurannya bisa dibilang hampir 2 kalinya donat standar.

Cek harga ternyata selusinnya 80 ribu rupiah ya, wah oke sih. Saya cuma mencoba yang toppingnya keju parut dan yang cokelat parut. Bolehlah, rasa donatnya sama dengan rata-rata donat di pasaran, taburan keju dan cokelatnya banyak.

Baru coba makan di resto yang selalu ramai ini setelah beberapa tahun menghuni Depok, so lame. Ternyata luas juga tempatnya, sampai ada area lesehan segala.

Begitu duduk, sepiring otak-otak disorongkan, bebas mau dimakan atau tidak--satuannya 3.500 rupiah. Saya dan suami mencicipi beberapa dan menurut kami rasanya lumayan, tapi di sekitar situ masih ada resto lain yang menjual yang lebih enak.

Lalu kami pesan bebek dada sangan (30 ribu), ayam dada kremes (28 ribu), 2 nasi merah (total 16 ribu), tumis kangkung (12 ribu), dan kol goreng (10 ribu). Dan pesanan kami kebanyakan karena ternyata, di setiap piring ayam/bebek tidak hanya ada garnis standar kayak potongan tomat dan mentimun, tapi juga daun pepaya kukus yang cukup banyak. Oke banget ini menurut saya, secara per potongnya harga bebek sangan dan ayam kremes lumayan.

Bebek sangan sendiri enak banget. Bumbu meresap, daging lembut dan gampang dilepas, sambalnya saya suka karena ada sedikit cita rasa manis. Ayam kremesnya besar tapi kremesnya biasa banget, kurang keemasan juga warnanya.

Karena kol goreng yang banyak itu enggak habis, timbul ide buat sekalian bungkus ayam dada cabai hijau (26 ribu) dan ayam dada remuk (26 ribu) untuk makan malam. Dan ternyata ini ide yang enggak oke, karena baru disantap 6 jam setelah dimasak, daging ayam jadi agak kering dan susah dikunyah.