Eliza Saliman

Restoran Ikan Tude di Kelapa Gading ini pertama kalinya saya makan bubur manado. Sebenarnya yang saya dengar Mie Cakalangnya enak, tapi karena belum pernah coba bubur manado, saya memutuskan untuk pesan bubur manado. Bubur manado ini sangat unik, jadi bukan hanya terbuat dari nasi, tapi juga ada ubi, jagung dll. Buburnya juga disajikan dengan cakalang dan tahu goreng. Karena buburnya mengandung karbo yang banyak, saya merasa sangat kenyang dan cukup sulit untuk menghabiskannya. Tapi overall untuk rasa lumayan enak, cakalang gorengnya apalagi. Tapi yang paling enak adalah sambel roanya! Pedas dan asinnya pas, saya sampai tambah terus sambel nya. hehe.

Genki sushi terletak di lantai basement Plaza Senayan, lebih tepatnya di seberang supermarket Food Hall. Cara pemesanan makanan di sini terbilang cukup unik dan modern, yaitu melalui iPad, sehingga para pengunjung bisa memesan makanan dari list menu di iPad itu tanpa harus memanggil waiter atau waitress. Selain itu, kita juga bisa melihat total harga sementara yang harus kita bayar sesuai makanan dan minuman yang kita pesan. Jadi, kalau lagi tight budget, bisa lebih waspada dan tidak over saat makan di sana.
Salah satu makanan yang saya pesan adalah hana sushi (IDR 45k) yaitu, sushi yang dibalut raw salmon belly dan diberi sedikit mayonnaise dan fish roe di atasnya.Tiap bahan di dalam sushi tersebut melengkapi satu sama lain, salmonnya fresh dan mayonnaise nya tidak terlalu mencolok, just nice.
Salmon sashimi (IDR 35k) termasuk makanan yang wajib dipesan di restoran sushi, tak terkecuali di Genki Sushi. Salmonnya fresh dan tidak amis namun, jika dibandingkan dengan harganya yang mahal, kurang sebanding porsinya yang sangat sedikit. Saya juga memesan salmon skin (IDR 30k) dan saya nilai salmon skin disini enak. Garingnya pas dan masih ada sedikit daging dan lemaknya sehingga rasa salmonnya masih sangat terasa.
Selain itu, yang menarik di restoran ini, setiap menu diantar menggunakan perahu yang berjalan otomatis dan berhenti di meja yang memesan makanan tersebut. Konsep yang unik!

Bong Kopitown dengan tagline terkenalnya “The Happiest Prisoner on Earth” mengambil konsep penjara yang terlihat pada design setiap cabangnya. Interior restoran tersebut dibuat seperti penjara dengan adanya beberapa meja yang dipisahkan dengan jeruji besi seperti dalam penjara. Untuk beberapa menupun, khususnya makanan andalan mereka seperti nasi penjara, menggunakan piring alumunium seperti yang ada di penjara sebenarnya.
Namun, cukup mengejutkan, makanan lain khas peranakan yang dijual di sini, nasi lemak, terasa enak, terutama nasi nya. Seringkali nasi lemak terasa hambar namun nasi lemak di Bong Kopitown terasa gurih dan wangi santannya terasa. Selain itu, sambal yang disajikan juga cocok untuk nasi lemaknya, tapi untuk ayam goreng dan teri kacangnya terasa biasa saja.
Untuk minumannya, saya pesan ice teh tarik, cukup menyegarkan namun terlalu banyak airnya sehingga kurang terasa teh dan manis susunya.

Bakerzin mungkin memang lebih terkenal akan dessertnya, namun tidak sedikit juga yang makan di sana memesan makanan utama. Waktu itu saya memesan House Special Fried Rice (IDR 65k), memang untuk ukuran nasi goreng harga tersebut terbilang mahal apalagi di tempat lain, nasi goreng dengan rasa yang sama bisa didapatkan dengan harga yang lebih murah. Untuk rasanya sendiri cukup enak karena terasa gurihnya. Namun, kelebihan dari nasi goreng ini terdapat satu tusuk homemade sausage yang rasanya enak. Tempat dan suasananya lumayan enak untuk hang out dengan teman.

Waktu itu saya sedang ingin coba makan di PIK yang memang lagi hitz banget di Jakarta. Setelah cari - cari informasi, saya memutuskan untuk ke Porter House. Tempatnya cukup besar, tempat duduknya berbeda - beda di beberapa sisi, ada yang seperti bangku taman di area semi outdoor, ada juga bangku panjang dan dikasih bantal. Suasananya juga enak, saya betah di sana sampai berjam - jam. Saya memesan escargot bourguignon (IDR 55k) dan braised pork knuckle (IDR 85k). Sebenarnya escargotnya lumayan enak, tapi sangat asin, jadi semakin banyak makan, semakin haus. Pork knuckle nya juga lumayan enak, tapi tidak terlalu istimewa. Jadi secara keseluruhan, Porter House lebih unggul di suasananya yang romantis dan cozy.

Kopi Oey ini terletak di deretan ruko - ruko di Jalan Sabang yang memang sudah terkenal sebagai tujuan wisata kuliner. Tempatnya tidak terlalu besar dan dekorasi nya khas restoran peranakan, yang didominasi oleh kayu halus berwarna cokelat gelap.

Karena saya hanya ingin makan ringan saja, saya memesan Roti Taloe Bukittinggi  dan roti bakar keju cokelat. Roti nya tebal dan dipanggang dengan baik, tapi untuk rasanya biasa saja seperti roti bakar yang lain. Yang menarik adalah roti taloe nya, jadi makanan tersebut adalah roti yang dipanggang dan di potong panjang - panjang, dan ada telur setengah matang sebagai dipnya. Konsep nya lucu, tapi rasa makanan nya biasa saja.

Saya sudah pernah mencoba blackball sebelumnya di cabang Central Park dan jujur saya lebih suka authentic Chinese dessert seperti yang dijual di Honeymoon Dessert. Namun sayangnya Honeymoon Dessert yang ada di MKG 3 diganti sama Blackball. Karena teman saya belum pernah coba blackball, saya akhirnya makan di sana. Tempatnya kecil dan sempit, apalagi waktu itu keadaannya cukup ramai, jadi agak tidak nyaman. Tapi untungnya saya dapat tempat duduk di sana. Saya tidak ingat lebih tepatnya dessert yang saya pesan karena semua terlihat sama untuk saya, namun kali ini saya tambah add on matcha ice creamnya. Sama seperti pertama kali mencoba, saya merasa tidak ada yang istimewa, namun saya cukup terkesan dengan matcha ice cream nya. Rasa green tea nya kuat, jadi tidak hanya manis yang mendominasi, ada rasa pahit green teanya. It's my only preference for blackball.