Review Dika & Opik (@go2dika)

Udah berabad lamanya ngga makan lagi di Pondok Makan Mirah, padahal jaman ngantor di Tendean sering banget maksi disini. Jadilah kami baru tahu 2 hal berikut ini;

1. Udah pindah ke seberangnya sebelum Indomaret. Dulu patokan kami kesini adalah sederetan dengan Pasar PSPT di sisi kanan yang banyak asap dan rame. Kemaren setelah puter balik masih ngga nemu, eh ternyata udah pindah di sisi kiri jalan.

2. Ternyata menu Non Seafoodnya juga recommended. Selama ini tiap ke Mirah ya udah pasti yang dituju Seafoodnya dan makan tengah. Karena pas kesini udah jam 7 malam, kena macet, dan belom makan siang. Kami berpikir akan lebih lama kalau pesan aneka menu. Jadilah kami pesan menu Non Seafood yang berarti per porsi satu orang. Opik pesan Nasi Goreng Kambing, dan saya yang lagi pengen pedes, pesan Ayam Penyet Dada.

Datanglah pesanan kami berdua sekaligus. Nasi Goreng Kambingnya, walau belum disuap, tapi sudah semerbak aroma smoky nya. Daging Kambingnya pun 'bersih' tanpa lemak, empuk, dan cukup berlimpah. Dan yang mengejutkan, Ayam Penyet saya hadir dengan penyajian Ayam yang disiram Sambal Dadak Mentah. Wow, ini mah sambal kesukaan saya yang biasanya cuma ditemukan di rumah makan Sunda. Komplit dengan lalapan selada dan mentimun. Kedua menu diatas layak dipesan ulang di kunjungan berikutnya.

Oya, setelah kami perhatikan, banyak juga tamu lain yang memesan menu Non Seafood. Bahkan ada pula yang di-combine. Patut dicoba juga nih mengkombinasikan menu sharing & personal di Pondok Makan Mirah in our next visit.

Habis makan, pengen dessert yang manis2. Ternyata di sederetan Pondok Makan Mirah, ada Pop Cookies (yang tadinya saya kira hotel).

Walaupun tersedia parkir, namun outlet Pop Cookies cukup kecil. Dengan hanya satu meja di luar, dan satu meja di dalam. Namun display dan interiornya ditata lumayan apik dan cantik.

Pilih Walnut Chocolate Seasalt Chunky Cookies (17k) yang menurut saya unik dan cukup netral (karena isinya coklat). Begitu digigit, tekstur chewynya langsung muncul. Ada semburat asin dan gurih dari seasalt, yang ternyata dipadu dengan manis coklat menghasilkan rasa yang serasi. Apalagi ditambah crunchy dari Walnutnya, menjadikan Cookies ini kaya rasa & tekstur. Namun buat Opik ada rasa/bau tajam yang membuat dia ngga suka. Wah setelah saya habiskan sendiri, ternyata padat dan mengenyangkan juga Pop Cookies ini (walau dari bentuknya tampak imut).

Buat warga Kelapa Gading, selain Bubur Ayam BCA, ada pilihan Bubur Ayam lain buat sarapan. Namanya Bubur Ayam Cianjur (BAC).

Sebenernya Bubur Ayam yang udah buka dari jam 5:30 pagi ini juga ngga kalah ramenya. Kalo weekend, siang dikit udah pasti penuh dan siap2 kehabisan.

Dulu menempati rumah hook, sekarang pindah ke rumah di sebelah Apotik Care. Untuk parkir mobil sih sama susahnya, karena di pinggir jalan kecil. Tempat makan pun terbatas, yang kalau rame akan sharing meja dengan tamu lain.

Waktu sebelum pindah juga ada gorengan yang enak kaya Combro, Misro, dan Martabak Telor. Tapi begitu pindah kok ngga ada ya? Namun perubahan sekarang, sudah tersedia Chiller untuk minuman dingin.

Yang khas dari BAC adalah kuah kuning penuh daun bawang yang disajikan terpisah. Buburnya ringan, namun gurih. Apalagi ditambah taburan Emping dan Kerupuk Merah. Kalau makan disini gratis Teh Tawar Hangat kalau kita minta. Harga seporsi Bubur disini 14k.

Penasaran juga kenapa selalu rame dan antri. Mumpung lewat Rawamangun mampir dulu buat ikutan antri.

Lokasi di pinggir jalan persis. Dan ngga ada tempat parkir. Paling parkir di bangunan sekitar Kuro Kuro ini, dan jalan dulu sedikit. Ngga ada pula tempat duduk dan meja, cuma bisa take away.

Tersedia Kukus dan Bakar (tepatnya panggang di pan). Untuk isiannya ada kategori Asin & Manis. Roti yang digunakan roti pandan lembut yang wangi.

Saya pilih Roti Kukus Srikaya, dan Roti Kukus Coklat untuk Opik. Penasaran aja kaya gimana Roti Kukus. Pembuatannya sih hampir mirip, roti dioles isian. Lalu dikukus atau dipanggang dengan olesan mentega.

Untuk rasa cukup unik, karena dasarnya saya suka Roti Pandan. Yang bikin heran, walaupun penampakannya terlihat kecil, namun ternyata rotinya padat mengenyangkan. Bikin harga jadi terjangkau di kantong untuk Roti seenak dan sepadat itu.

Soto Mie rumahan yang semua pegawai dan ownernya ramah dan seneng menyapa orang.

Persis yang dibaca di review, bahwa waktu terbaik untuk datang memang menjelang jam tutup. Sampe sekitar pukul 17:00, dan karena sepi masih dapet parkir deket2 situ. Parkiran agak susah memang, karena jalannya kecil dan pinter2 cari rumah yang bisa numpang parkir di depannya. Tempat makan pun juga terbatas sebetulnya.

Selain Soto Mie, disini juga menyediakan Bubur Ayam, Ayam Goreng, Siomay, dan Ice Cream Aice.

Pesan Soto Mie + Nasi dengan ekstra Risol. Soto Mie hadir dengan potongan daging dan kikil yang banyak. Kuahnya yang segar, dan sambal yang pedasnya pas bikin makin nikmat. Porsi nasi yang terlihat sedikit, nyatanya sanggup bikin amat kenyang. Risol pun berukuran besar, sayang saat kami makan rasanya sudah berubah.

Dengan harga terjangkau dan pelayanan memuaskan, pasti kami akan kembali lagi untuk mencicipi menu lainnya.

Kalo lewat selalu rame bikin penasaran. Akhirnya kelar belanja di Tip Top mampirlah kemari.

Ternyata lagi ada Opening Promo, hanya 10k untuk Paket Ayam Geprek (Nasi sepuasnya, Ayam Geprek, Lalapan & Es Teh Tawar).

Akhirnya rela antri panjang deh, karena sempet kehabisan ayam dan mesti nunggu agak lama. Nasinya karena kebagian yang paling bawah jadi agak lembek. Praktis sih, jadi sistemnya kita antri ambil makanan di piring rotan yang dialas kertas nasi. Pilih Ayam, ambil lalapan, dan lauk pendamping sambil nunggu sambel sesuai level diulek. Lanjut ambil minum sendiri di dispenser, baru bayar di kasir.

Potongan ayam besar dan tasty. Lalapan cuma kebagian kol & kemangi. Mentimunnya abis :( Tambah Tahu Goreng yang enak dan padet. Dan Kol Goreng yang porsinya banyak. Semua totalnya cuma 28k hehe. Puas di perut, puas di kantonglah judulnya

Selalu rame, baik di jam makan maupun bukan. Kalo weekend bawa mobil, siap2 ditolak masuk karena udah ngga ada tempat.

Walaupun sebenarnya lahan parkir cukup luas, dan kapasitas meja panjang & kursi cukup banyak, namun tetap tidak menampung di jam padat. Bahkan ada cabang Bakso Mukidi yang berdekatan.

Di meja sudah tersedia cemilan yang bisa dipilih. Ada pangsit goreng, kerupuk, kacang bawang, peyek, dan lainnya.

Terkenal karena Bakso Urat Jumbonya yang enak & lembut. Dagingnya berasa banget, dan kaldunya seger bening. Jangan lupa pesen Sop Buah yang isiannya banyak & komplit. Oya, mereka tutup di hari Selasa.

Pernah sekali diajak makan yang di sebelah Museum Tekstil, dan jatuh cinta pada suapan pertama. Apalagi disana, makannya masih pake piring besi. Unik!

Dan ternyata ada juga di Kelapa Gading, malah disini yg pusatnya. Soalnya sempet ngobrol sama Pak Haji Ismail (pemiliknya yang asli Afrika), yang lagi sibuk bakar daging. Fyi, ownernya ini humble banget deh. Sempet liat karyawannya lagi curhat sama bosnya sambil ngerjain pesenan. Kalo adzan juga Pak Haji ini langsung pergi sholat dulu.

Kenapa doyan banget? Karena makanannya ngga biasa, makan domba bakar pake Pisang. Dombanya ngga prengus, empuk. Pisangnya yang manis tyt juga cocok aja dimakan bareng sambel pedes & mayo. Kalo berasa blenek, langsung deh dimakan bombay nya yang masih kres kres. Nasinya juga harum & gurih. Total kerusakan juga masih terjangkau kok.

Disini termasuk rame, bahkan weekday. Jadi kadang makan semeja bareng sama tamu lain.Jangan kaget kalo banyak juga orang Afrika yang makan disini.