Darsehsri

Bakso Kemon hadir di tengah kota, tepatnya di belakang sarinah building, ini merupakan cabang Bakso Kemon ke-10, wow. Konsepnya tetap sama dengan cabang lain, tempat ngebakso yang nyaman dan ngga gerah-gerahan plus makan bakso enak ngga pakai was-was karena terbuat dari daging sapi asli.

Pilihan menunya variatif, ada Bakso Kelana yang dalam seporsinya mengandung bakso dan tulang sumsum gurih, tinggal seruput, sedap sampai ke dasarnya.
Ada juga Bakso Kemrusuk, berupa bakso kuah plus daging iga empuk, ini perpaduan yang super cocok dengan selera saya.
Kalau mau agak kekinian, ada Bakso Keju yang saat dagingnya dibelah pakai sendok, kejunya lumer. Juga ada Bakso Tumpeng yang bentuknya kerucut dan pas di belah menyembul telur dan beberapa buah bakso kecil.

Satu lagi yang paling heboh, Bakso Tumpeng Jumbo, dibuat dari 1 kg daging sapi asli, bisa untuk disantap beramai-ramai, sharing sampai 10 orang, seru.
Kuah bakso disini pun sukses bikin saya ketagihan, kuah originalnya sedap, kalau mau sensasi lain, ada kuah soto dan kuah gulai yang bisa dipilih sesuai selera, ngga ada kan di tempat lain.

Makanan pendamping lainnya juga wajib dicoba, ada bakso goreng yang merekah dan garing diluar tapi lembut di dalam. Juga ada pangsit goreng yang renyah dan gurih. Kalau dalam seporsi merasa perlu extra ceker, tetelan atau tulang sumsum, tinggal request aja sama staff-staffnya yang cekatan.

Teman makan bakso biasanya minuman manis dan segar, ada Es Duren, Es Campur, Es Cincau dan lain sebagainya.

Berkunjung ke Oso Ristorante, paling tepat saat sore ke malam hari, jadi kita bisa lihat view kota jakarta dari lantai 46 saat masih terang juga saat mulai gelap malam berhias lampu kota.
Tempatnya cocok untuk romantic dinner atau acara private tertentu. Interior, table set, hingga chandelier menambah kesan fancy resto itali ini.

Restaurant bersebelahan dengan area bar, sedikit tercium aroma rokok karena posisi duduk saya yang ngga terlalu jauh dari tirai pembatas antara resto dan bar. Area makan cukup terbatas, bagian utama menampung sekitar 50 tamu, sementara private room sekitar 20 tamu, kurang lebih.

Menu makan malam sekaligus buka puasa bersama teman-teman foodie berupa set menu.

Diawali dengan Porcini Mushroom Soup, aromanya strong, buat saya yang suka sekali sama olahan jamur langsung suka, soup kental dengan porsi cukup banyak, mengenyangkan buat starter dinner. Pelengkapnya berupa potongan roti kecil-kecil diatas soup, kalau masih kurang, ada compliment bread enak yang jenisnya cukup lengkap tersaji di setiap meja yang bisa ditambahkan ke dalam soup.

Berikutnya ada Taconeli Pasta with Pink Crab Sauce, meski pastanya ada yang tebal dan tipis, rasanya cukup enak. Pink crab sauce cukup creamy dan karena saya suka ikan, buat saya ini ngga bau amis sama sekali. Karena saya suka pedas, jadi tetap minta chili flakes buat pelengkap rasa.

Main course Rib Eye Steak terlihat biasa saja, steak dengan potongan lebar tapi ternyata cukup tender dan sauce-nya juga pas di lidah.

Sebagai penutup, ada dessert Pannacotta Della Casa, plattingnya cantik, rasanya juga ngga terlalu manis jadi ngga enek.

Pelayanan juga baik, jeda dari makanan utama ke dessert juga pas, nunggu makanan di perut turun dulu kan.

Terima kasih Pergikuliner buat traktirannya.

Terima kasih juga buat team management yang sudah menyediakan perlengkapan dan ruangan untuk shalat.

Satu gedung dengan maple oaks, Yabai Izakaya menarik perhatian saya. Smoking area terletak paling depan, berhias dinding bambu dan tanaman hijau. Sementara pintu masuk dari samping, kecil hanya muat untuk satu orang, bertirai kain dengan tulisan jepang. Begitu masuk suasananya beda, ruangan makan cukup luas, low lighting tapi kece siy interiornya. Casual dining yang nyaman dengan pelayanan yang baik.

Menu yang ditawarkan terlihat sedikit karena hanya berupa tulisan, sayang sekali ngga pakai foto atau gambar, maklum orang awam seperti saya harus lihat penampakan dulu. Bagusnya saya jadi ngga kalap order karena nebak nebak kira-kira menunya akan seperti apa.

Pesan Gyutan Kushiyaki (24k), sate lidah, tender, agak kenyal khas lidah sapi, less seasoning, suka sekali, sesuai dengan harganya.

Karena ngga mau makan nasi, pilihan jatuh pada udon, staffnya merekomendasikan Salmon Truffle Cream Udon (88k), pas datang, wangiii, creamnya pas, salmonnya ngga bau amis, truffle creamnya juga pas ngga terlalu strong, onsen egg dan tobiko menghiasi udonnya. Saya suka udonnya lembut, mirip long macaroni, porsinya juga banyak.

Dari semula staffnya menginfokan kalau ini menu sharing, saya ngga membayangkan kalau porsinya beneran besar. Prawn & Cheese Tamagoyaki (52k) berupa telur omelette khas jepang dengan isian kani roll, padat, serius ini tamagoyaki terbesar yang pernah saya makan. Porsinya bisa untuk 3 orang juga, karena saya berdua dengan teman juga ngga sanggup menghabiskannya.

Salmon Sashimi (58k) pesanan teman saya, potongannya tipis-tipis, saya ngga mencicipi karena udah cukup kenyang. Menurut teman saya cukup enak.

Untuk minuman pesan ice Ocha (25k), free refill, ochanya ngga terlalu pekat, pas.

Masih di lokasi Dore yang lama, The Pancake Co. By Dore ada di lantai B1 Plaza senayan. Dahulu bagian depan diisi ardent coffee, bagian tengah local product bazaar dan paling belakang berrywell. Kini seluruhnya ditempati The Pancake dengan seating area cukup menggemaskan, aneka produk Dore tetap dipajang dekat area masuk.

Saya pesan :
Pancake Fruit Berry (95k)
Souffle pancake lembut, dilengkapi potongan strawberry dan orange, juga satu scoop ice cream dan fruit berry sauce. Fluppy pancake masih tercium bau telurnya, tapi setelah disiram fruit berry sauce jadi enak, manis, asam, segar jadi satu. Butuh waktu 20-30 menit untuk menunggu pesanan ini jadi, tapi memang staff selalu menginfokan dari awal kok.

Pineapple Paradise (40k)
Hot tea dengan aroma nanas, padahal tanpa gula tapi rasanya segar dan agak manis, apa sugesti aja ya karena aromanya manis sekali hehe. Saya suka banget sama tehnya.

Fine dining resto dengan suasana rumah zaman kolonial belanda, dari mulai entrance, lantai 1 dan lantai 2 bernuansa white clean ambience, lux dan elegan. Sementara lantai 3 beratap kaca, tapi jangan khawatir, ruangan tetap adem karena pendingin ruangan yang mumpuni.

Uniknya setiap ruangan makannya diberi nama bunga, seperti kemuning, anyelir dan lain sebagainya. Pelayanan juga oke banget, menu makanan indonesianya pun beragam, wajar aja kalau bunga rampai sering dijadikan venue buat private event.

Di event kuliner kali ini saya disuguhi set menu, appetizer dimulai dari mini risol dan mini bitterballen, keduanya enak, ukurannya one bites.

Sajian bernama Kembang Pacar berupa lumpia dengan isian udang, renyah dan udangnya segar, sayang sekali cocolannya hanya saus sambal biasa, padahal saya berharap sausnya lebih otentik dan kaya rasa.

Tahu Telor disajikan menyerupai tower, pelayannya menuangkan kuah diatasnya, baru deh bisa di santap, rasanya cukup enak, kuahnya cenderung manis.

Soto Bandung jadi sajian berikutnya, kuahnya clear, potongan dagingnya dadu, pas sekali gigit, dilengkapi kacang kedelai goreng juga. Ngga lupa saya request sambal hijaunya yang pedas, jadi penyeimbang rasa kuah sotonya yang cukup manis.

Makanan utama, Nasi Bali tampil meriah, ada sate sapi, sate ikan, urap, dendeng, telur balado, kering kentang dan ayam suwir. Overall rasanya kurang istimewa, mungkin karena saya suka makanan pedas jadi menu ini lebih mirip nasi campur karena cenderung asin dan manis, tapi saya suka sekali sama dendengnya yang renyah sekali.

Iga Konro dan tumis buncis jadi menu sharing kali ini, surprisingly iganya tebal, empuk dan well marinated. Sementara tumis buncis renyah dengan bumbu yang pas di lidah, disantap pakai atau tanpa nasi juga oke.

Sebagai penutup ada Passion Fruit Cheese Cake, bolu lembut dengan krim yang manisnya sedang, memakai sauce passion fruit yang asam segar, cocok buat habis makan berat.

Masuk ke coffee shop ini kita disambut aroma therapy lemongrass yang cukup kuat, juga alunan instrumental musik daerah. Coffee shop berlogo akar ini cukup nyaman untuk disinggahi, coffee barnya luas, lantai satu tempat duduknya memang ngga sebanyak di lantai dua. Smoking area ada di lantai dua juga.

Ice Coffee Groots pesanan saya enak, creamy tapi rasa kopinya tetap terasa. Cafe Mocha dan Cafe Latte pun cukup memuaskan lidah.
Makanan yang di pesan, selain murah juga enak, ada cilok special yang sambal cocolannyan pedas, enak. Juga ada Lumpia mini pedas yang renyah dan isiannya juga oke.

Staffnya ramah, pelayanan juga baik, saya pasti balik lagi karena jaraknya cukup dekat sama kantor.

Belum bosan menikmati Kintan Buffet, memang doyan sekali sama daging-dagingan, terutama barbeque seperti ini. Pelayanan oke meski suasana ramai, apalagi saat berbuka puasa begini. Antrian pakai nomor dan di panggil sesuai urutan, kalau terlewat diulang dari awal. Dapat komplimen takjil berupa puding lengkap pakai fla.

Saya pilih Premium Kintan Buffet, karena sudah tau dagingnya paling lumayan tapi harganya masih terjangkau kalau bawa keluarga. Pesan hampir semua daging, kecuali ayam. Favorit keluarga dan paling banyak di pesan, Shimofuri, Nakaochi dan Gyu Tongue.

Shimofuri potongannya sebesar steak pada umumnya, daging wagyu yang tekstur lemaknya tersebar merata di setiap celah otot daging, kalau dikunyah ada sensasi lumer di mulut, panggangnya medium saja biar terasa lebih tasty dan juicy.

Kalau Nakaochi, disajikan dalam cawan kecil, pas diangkat ukurannya cukup panjang. Ini merupakan daging sekitar iga, jadi rasanya lebih gurih. Kalau menurut saya, nakaochi lebih sulit dikunyah dibanding shimofuri.

Gyu Tongue berupa lidah sapi, potongannya tipis tipis, favorit saya yang sambal matah. Sambalnya disajikan terpisah, ngga terlalu pedas buat saya, jadi kalau ngga mau pakai sambalnya, masih bisa pakai condiment yang kita racik sendiri.

Mampir shophaus malam hari sepulang acara buka puasa bersama, ternyata sudah setahun lebih saya ngga menyambangi shophaus ini.
Ada kedai pizza di pojokan, bersebelahan dengan berrywell. Staffnya ramah-ramah, bagian kasir juga informatif saat saya menanyakan soal menu.

Saya pesan Funghi Gorgonzola (81k nett) ukurannya medium, disajikan diatas alas kayu. Dough pizza agak berbeda dengan pizza tipis pada umumnya, ngga terlalu wangi tapi gurih saat dikonsumsi. Toppingnya luber dan lumer, kejunya royal, potongan mushroomnya ngga banyak tapi pas. Pelengkapnya sebetulnya saus sambal, tapi saya kurang puas jadi minta chilli flake, surprisingly chilli flakes nya pedas sekali, cocok sama selera saya yang meski makan western kudu ada cabai hehe. Karena terburu-buru menemani suami makan pizza sampai lupa memperhatikan pizzanya dimasak pakai tungku kayu atau oven biasa, kalau dari segi aroma dan rasa siy seperti pakai tungku kayu.

Oh ya setiap pesanan kita akan diberi table locator, jadi akan bunyi saat makanan sudah ready untuk diambil.