Micwengeneral B

NOMZ = MONZA (CIRCUIT)? >> Beberapa bulan yang lalu, saya juga bermain ke NOMZ Kitchen & Pastry, Mall Grand Indonesia, Thamrin. Tadinya saya mau mencoba Ojju, namun saat ke sana antrinya ya ampun, setengah antriannya Halal Guys dan King Manggo Thai. Weew. Akhirnya saya ke NOMZ dulu, tidak lama sesudah itu baru saya ke Ojju.


NOMZ berada di wilayah Coach dan Il Bisonte. Jujur saja, saya tidak mengerti akan bahasa interiornya.


Yup, bangkunya tidak seragam.


Ada yang bangku kayu, ada yang sofa, namun ada pula bangkunya yang dudukannya hanya berupa tali tambang. Atap restorannya juga tidak ditutup, jadi terlihat alur pipa - pipanya, deh.


Di NOMZ, saya memesan NOMZ burgernya (145 ribu), roti burgernya wangi. Onion ringsnya juga garing. Namun sayang, daging burgernya terasa biasa saja dan agak sedikit, tebal dagingnya hanya 2 cm dan diameternya hanya 9 - 10 cm. Untungnya, daging burgernya cukup halus. Pelengkapnya adalah kentang goreng dimana kentang gorengnya melimpah ruah.


Saya juga memboyong cazy ricenya (155 ribu), nasinya cukup gila dan enak! Nasinya banyak pula. Nasinya ditambah saus pedas dan sedikit manis, dan terdapat potongan daging wagyunya dimana daging wagyunya empuk. Sausnya cukup menggoda dan agak lengket. Sausnya sendiri terdapat potongan daging ayam dimana ayamnya cukup banyak pula.


Namun, saya cukup tertawa geli melihat pelengkap crazy ricenya hehehe. Pelengkapnya itu juga biasa saya temukan waktu saat saya membeli gado - gado maupun ketoprak buatan kaki lima begitu.


Ya, kerupuk merah!


Ya ampun hehehe.

Seharusnya pelengkap ricenya bisa menggunakan bahan yang lebih mahal sedikit. Contohnya menggunakan kailan, baby buncis, atau brokoli cah. Atau, kalaupun menggunakan kerupuk, seharusnya manfaatkanlah kerupuk udang, dan bisa juga pakai kerupuk mi. Lebih tidak murahan, bukan?


Potato gratinnya (75 ribu) diluar ekspektasi saya. Saya tadinya membayangkan irisan kentang yang dipanggang dengan filling adonan keju dan milk untuk menu yang satu ini, namun ternyata potato gratinnya tidak terlalu ada bedanya dengan bavarian potato soupnya Paulaner Brauhaus. Ya, kentangnya diblender, tidak ada irisan kentangnya sama sekali! Walaupun begitu, pelengkap croissantnya wangi.


Delano's cakenya unik. Kuenya terlihat mewah dari luar, ada taburan aurum untuk hiasan cokelatnya. Kuenya sendiri merupakan kue cokelat dengan isian campuran lelehan cokelat dan semacam rice crispy begitu (namun bukan rice crispy, yang jelas renyah - renyah begitu hehehe). Cakenya tersebut very good.


Lychee teanya sendiri biasa. Kayak leci kalengan doang, tehnya kurang berasa. Sedangkan lemon teanya cukup mengingatkan akan orang tua saya. Ya, orang tua saya kalau memesan teh tawar selalu juga minta tambahan jeruk nipis untuk diperas diatas tehnya.


Pelayanannya terlihat biasa saja. Sementara itu, saya menggelontorkan uang sekitar 600 ribu untuk memesan semua yang sudah saya uraikan sebelumnya, dengan tax & service 21 persen. Sebagai akhir dari cerita, hidangan NOMZ terlihat cukup melawak, namun setidaknya hidangannya sudah tidak mampu untuk mengecewakan saya.


Rotinya pun juga masih bisa melawan rotinya Park Lane dan Westin.

3, 2, 1... GO! >> Ceritanya saya mau lomba masak (ala Masterchef lol), dapurnya berwarna serba kari... Itulah kesan pertama saya di GO! Curry, Lippo Mall Puri.


Lalu, 3, 2, 1... GO!


Babak pertama dinamakan Chicken Katsu Curry (85 ribu) Madness, ada beberapa komponen penilaian. Pertama japanese curry. Japanese currynya harus good, dengan level hot yang benar - benar hot, jangan dibanding Coco Ichibanya yang kurang garang pedasnya.


Kedua, nasinya. Nasinya jangan kurang pulen sedikit, masa harus kalah pulen dari Coco Ichibanya. Ketiga, chicken katsunya. Katsunya harus tebal namun jangan kurang garing sedikit.


Babak kedua adalah Strawberry Lassi's Masterwork. Komponen yang memengaruhi poin yaitu lassinya sendiri yang harus cukup kental, ada irisan stroberi, dan good.

Berikutnya, harga lassinya jangan mahal sampai 57 ribu.


Begitu lombanya.

Saat lomba, saya tiba - tiba kepikiran kalau curry ricenya bisa dikreasikan menjadi arrancini. Saya coba, ternyata lebih tempting memang.


........................... Finish! Saya dapat 73 poin!

TALAGA = TELAGA SARANGAN? ● Saya pernah makan di Talaga Sampireun, Cengkareng. Tempatnya kayak telaga, mirip cabangnya di Ancol, dengan tambahan latar apartemen dan kabel tiang listrik.
Nah, pesanan saya di sana waktu itu lumayan membludak. Hasilnya beragam. Udangnya enak, seperti cabangnya di Ancol itu. Guramenya juga tidak amis. Sate marangginya untuk bumbunya cukup enak, namun dagingnya sedikit liat.
Tahu kipasnya mengecewakan. Tahunya agak asam, isinya juga terlalu asin. Sayur asemnya sendiri lumayan saja, dan pisang bakarnya decent. Teh pocinya tidak terlalu pahit, enak teh pocinya juga.
Pelayanannya ok, makanan cukup cepat diantar, dan saya dikasih nasi lumayan huge untuk berempat. Namun, meskipun banyak, tetap saja menurut saya Talaga Sampireun mahal, berempat 650 ribuan.
Walaupun demikian, all in all, saya mengalah deh sama tempatnya, udang bakarnya, dan suasananya yang bagai Telaga Sarangan, Sarangan.
Sepertinya tempat ini seingat saya juga ada bidang miring untuk penyandang disabilitas, seingat saya ya.

HACIENDA = HACIENDA ALTAGRACIA, AN AUBERGE RESORT? ● Hacienda, Plaza Senayan Arcadia, berhadapan dengan Fukuten. Interiornya sangat gelap dan terinspirasi tungku oven yang biasa terdapat di restoran italia.
Chili con carnenya jujur saja enak! Complimentary nachosnya juga renyah. Namun, memesan steak rojo or verdenya Hacienda merupakan blunder.
Steaknya agak keras!
Steaknya itu juga kurang jintan. Walaupun porsinya cukup banyak dan pelengkapnya beragam (ada semacam mexican paela, tortilla, dan kentang), namun steaknya itu merupakan suatu blunder. Mahal pula, 300 ribu.
Sangat disayangkan.
Padahal, chili con carnenya sudah endes abis. Impresi saya menjadi berantakan deh gara - gara steaknya itu. Kacau deh.
Salah pesan saya. Seharusnya saya memesan pescado veracruzanonya, ya.

Saya pernah prasmanan di Shaburi Neo Soho - C.P. Lokasinya sebelahan Marugame, saya mencoba kuah sukiyakinya, agak kemanisan. Kuah yang originalnya sih (bening) ringan dan mirip - mirip dengan cabangnya yang di tempat lain.
Oh ya, beefnya yang low fat lemaknya memang sedikit, tapi irisan dagingnya terlalu tipis hehehe. Harga per orangnya 168 ribu (nettnya sekitar 200 ribu).
Tempatnya sendiri bland saja, namun clever dengan penggunaan kompor induksi.