Micwengeneral B

Terdapat banyak unit solar panel (panel surya) baru di PASOLA yang tampak jangkung.

Bertemu lagi dengan si jangkung Pacific Restaurant & Lounge, Ritz Carlton Jakarta Pacific Place, yang sebelumnya pernah sangat mengecewakan karena halibut asam manisnya itu. Jangkung karena dia berada di lantai 6 dan viewnya sekota. Dan kali ini dia berganti baju menjadi PASOLA.

Banyak solar panelnya yang baru.

Namun, hidangannya kali ini untuk ikannya yang versi western (entah namanya apa) ternyata masih sama saja amisnya, untuk kali ini saya mendapat barramundi. Padahal ada satu barramundinya yang pakai saus plum sudah lebih masuk akal, berbeda dengan ikan asam manisnya sebelumnya yang kacau.

Sup buntutnya, noodle cornernya, dan beberapa hidangan juga berasa agak boring. 5 spice beefnya juga tidak seistimewa beef brisket BBQnya Hotel Park Lane, buntut baladonya juga masih belum bisa mengalahkan baladonya Padang Merdeka yang sekarang, walau buntutnya empuk. Pilihan buffetnya itu juga masih kalah banyak dari Mandarin Oriental walau lebih beragam daripada dahulu waktu masih bernama Pacific Restaurant tersebut.

Walaupun begitu, kali ini hidangannya mendingan daripada yang pertama kali itu. Dessertnya juga kali ini memuaskan, saya suka kue cokelatnya, kue mangganya yang ada satu lupa namanya, dan semua dessertnya cantik, walau kuenya juga masih kalah dari Mandarin Oriental. Saya kali ini ingin mengenyamnya dulu saja.

Apakah artinya semua ini?

Sebelum itu, interiornya sama menyenangkannya dengan yang dulu, dan ramah kursi roda. Lantainya karpet, pula. Plus, beberapa VIP room. Namun area buffet perasaan dahulu marmer, sekarang kok menjadi ubin, ya?

Buffetnya sendiri untuk lunch saya mendapat info sekarang 328 ribu belum nett dan minum, dinnernya beda 10 ribu, brunch minggu 428 ribu juga belum nett tapi sudah include minum kalau brunchnya itu. Dinner buffet di hari minggu tergantung kondisi. Tax & servis sendiri 21 persen, Kalau ATM-nya seingat saya dulu sudah wireless.

Lebih mahal dari Mandarin Oriental. Mandarin 310 nett walau belum minum juga. Namun, di PASOLA seafoodnya lebih banyak.

Oh ya, di PASOLA sebetulnya aslinya no dresscode (saya apresiasi hal ini), namun karena kebetulan saya bisa berkesempatan mencoba lagi PASOLA karena dari PergiKuliner, saya hormati hal ini. Untuk BYOB ada kena fee tambahan juga, namun kata pelayan sana tergantung kondisinya. Sayang tidak ada tisu basah di sana.

Jadi, apakah arti semua ini? Bagaimanapun cerita saya di PASOLA, pada akhirnya, saya baru sadar sesuatu. Bercerita mengenai PASOLA yang baru saja membeli panel suryanya yang baru, bagaimanapun juga hotelnya Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place (dan semua saudaranya seperti JW Marriott cs) sebagai manajemennya pada akhirnya pasti terkena imbasnya.

Jadi, lebih baik bagi saya pribadi untuk mempelajari dulu tempat semacam ini, mengingatkan saya akan review saya mengenai Sunny Side Up Central Park. Dan, untungnya PergiKuliner dan PASOLA memberi kesempatan tersebut kepada saya melalui event yang berjudul The Great Gatsby, yang dimeriahkan pula dengan grup dari Kompas.

Thank you PergiKuliner dan manajemen PASOLA!

— All-new solar panel —

IG Credits :
@michael_wen96
@es_shanghai_aconk

Saya mendapat kuah kecap yang agak berlebihan di Soup Restaurant, Plaza Indonesia.

Mengapa, karena sapi lada hitamnya agak asin terus terang. Mi gorengnya juga sama, kebanyakan kecap. Anehnya, nasi gorengnya malah sedikit hambar untuk topping dagingnya walau nasinya banyak dan tidak amis.

Untungnya tim daging cincangnya juicy. Harganya juga cukup selaras porsinya itu, berempat 450 ribu, tax & servis 10 dan 5 persen ditambah ATM wireless pula. Ramah kursi roda juga, dan disediakan tisu basah pula.

Walau demikian, hidangannya tetap agak terlalu asin ya dengan interiornya yang tradisional chinese. All in all, saya seperti agak minum kuah kecap di Soup ini.

Lebih enak seberangnya si Samwon Garden dan En Dining dengan harga 2 - 3x lipatnya, exactly. Apalagi Samwon Garden, yang ngontrolnya orang korea langsung waktu saya review sana, gimana caranya nggak enak... Samgyetangnya milky dengan keadaan 180 derajat berbeda dengan yang saya pesan di Soup ini!

Next time mungkin coba kuah kesehatannya deh di Soup. Bukan selera saya mungkin cara masak hidangannya yang saya pesan tersebut.

— Kuah kebanyakan kecap. —

IG Credits :
@michael_wen96
@es_shanghai_aconk

KALI INI KAYAK KAFE (UNTUK HIDANGANNYA). ● Lagi, cerita kali ini di Kafe Betawi cabang Central Park Mall. Sebelumnya hidangannya dia memang sudah berkembang cukup jauh, dan sekarang kualitasnya benar - benar sudah menyerupai kafe.
Beberapa waktu yang lalu saya memesan nasi uduk ayam prestonya yang dihargai 60 ribuan, belum tax 10 persen. Ayamnya menjadi mirip Batik Kuring punya, terus terang. Saya sangat menikmatinya. Buburnya juga eksotis.
Restorannya sayang agak sempit juga ya kalau dipikir - pikir. Padahal belum lama difacelift major dengan suasana yang lebih terbuka dan sebagian rona putih di dindingnya. Untungnya masih bisa dilewati kursi roda melalui samping.
Oh ya, ada another uniqueness di Kafe Betawi, yaitu sendok garpu yang dikemas kertas berlabel Kafe Betawinya. Seingat saya saudaranya yakni Betawi Corner juga demikian. Soal reservasi online di sana sepertinya belum bisa, mungkin perlu langsung ke websitenya.
Letaknya sendiri di mall itu yakni berdampingan dengan Carrefour. All in all, hidangannya Kafe Betawi sudah sangat menyerupai kafe, dan saya menikmatinya.
Minus steak dan wine saja barangkali hehehehe.
IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk

Curry omuricenya Sunny Side Up cabang Central Park lumayan juga. Chicken katsunya juga lumayan garing. Uniknya, kita bisa meminta omeletenya yang white egg, dan karinya juga bisa polos tidak diberi apa - apa, jadi yang sedang ada masalah kesehatan tetap bisa menikmati karinya itu.
Seperti dikonfigurasi.
Namun, bedanya reservasi online di restoran elit dan biasa terlihat di sini. Saya sebelumnya memang iseng - iseng reservasi di Sunny Side Up sana yang dekat dengan Java Kitchen. Nah, ketika sampai sana, saya confirm nama saya, pelayannya tampak kebingungan. Sampai pelayannya itu nanya segala ke kasir.
Beda banget dengan waktu reservasi online di Cinnamon Mandarin Oriental dan Batik Kuring. Langsung ada nama saya di komputer mereka berdua, simpel.
Tempatnya Sunny Side Up untungnya masih bisa dilewati kursi roda, desain tempatnya agak gelap namun cukup berwarna. Tax & servis sendiri 10 dan 5 persen. Tidak tersedia tisu basah di sana.
Overall saya lebih baik mempelajari karakter sunny side eggnya dulu deh.
IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk

SAN MARZANO... >> Another paceklik yang saya akhiri yaitu Pizza Marzano. Saya menikmatinya di cabang Central Park Mall yang terletak di SOGO.

Tempatnya cenderung kecil dan terlihat agak terbuka, ya. Padahal bisa dilewati kursi roda. Pizza Milanonya sendiri juga biasa, walau cukup tipis. Spaghettinya yang pesto juga bukan tipe saya. Mungkin funghi pembukanya yang lumayan creamy.

Harganya segitu 330 ribu plus minum, berdua. Seharusnya saya pesan garlic cheese breadnya dia, salah. Garlic breadnya itu dulu enak.

Jadi, revisit di Pizza Marzano kali ini kurang begitu berkesan. Namun, terkadang memang Pizza Marzano ini sering menjadi alternatif yang lebih rasional bagi beberapa pengunjung, daripada (harus mengeluarkan kocek lebih dalam di) restoran itali lainnya yang jauh lebih mahal, semisal Pippo dan Caffe Milano, walau keduanya memang jelas lebih enak.

— San Marzano. —

IG Credits :
@michael_wen96
@es_shanghai_aconk

Saya pernah membeli nasi gorengnya Rempah Kita Nusantara, harganya 48 ribu. Nasi gorengnya banyak, isinya ada telur, ayam suwir, dan bakso. Dengan pelengkapnya telur ceplok, acar, dan kerupuk, nasi gorengnya lumayan enak, tidak berasa teri dan terasi sih. Saya bisa menerimanya.

Namun, telur ceploknya jelek, tidak meleleh. Mungkin telur ceplokny bisa belajar dari Nasi Goreng Gila Khas Jakarta. Siomaynya acceptable saja, per pcs 17 ribu dengan sayur, tax 10 persen.

Letaknya di foodcourt Delicae, Senayan City. Foodcourtnya sekali lagi agak semrawut. Sayang, pelayanannya juga kurang baik, saya minta piring lebih piringnya malah kotor.

IG Credits :
@michael_wen96
@es_shanghai_aconk

BATANG DAN AKAR. ● Mencari akar dari Soto Betawi Ny. Afung, saya menemukannya di Pasar MOI di Mall Of Indonesia, Kelapa Gading.
Lalu, saya sebetulnya hanya membeli soto beningnya saja yang ayam. Lebih enak cabang Puri menurut saya, namun bagaimanapun juga ada batang, pasti ada akarnya.
Terbukti di cabang MOI nongol pula acar bawangnya yang menggemaskan.
IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk