Micwengeneral B

BERMAIN SUMO. >> Dessert time? Nggak juga, saya lapar.

Jadi kali ini saya ke Sumoboo cabang Central Park Mall selain pesan dessertnya, saya juga memboyong nasinya itu yang ditambah karaage. Nasinya decent, namun kayaknya lebih cocok dipakai ramen ya ketimbang nasi.

Dessertnya itu sendiri standarnya es krim matcha cuma saya ganti es krim cokelat, saya lebih suka konfigurasi itu. Isinya ada egg pudding, pearl, dan ada kacang merahnya.

Komplit hehehe.

LIBERTE = LIBERTY? >> Kali ini saya akhirnya mencuri kesempatan mencoba Liberte, Pacific Place. Sebelumnya, saya mau menyatakan kalau mulai review ini saya anggap tempat yang saya pernah review tidak menganut dresscode, ya (kecuali kalau ada, itupun ratingnya pasti sangat rendah).

Ternyata, Liberte ini kelebihan stok garam ya. Agak asin semua hidangannya, terutama panininya dan fettucini crabnya. Gagal diekspektasi deh. Padahal fettucini crabnya itu berasa banget daging kepitingnya, panininya juga cukup crunchy.

Namun servisnya masih OK. Saat kedatangan saya di restoran yang berdekatan dengan Genki Sushi ini saya dikasih buku menu 3 buah. Baby chair ada pula.

Tempatnya Liberte bisa view gedung - gedung. Bisa dilewati kursi roda juga. Interiornya agak sedikit mirip Hotel Tirta Sanita yang bangunan lama. Tempatnya bersih, deh.

Untuk harganya, fettucininya itu 130 ribuan, panininya 88 ribu. Tax dan servis di Liberte sebesar 10 dan 8 persen, untungnya belum 21 persen. Di sana bayar pakai ATM tidak perlu ke kasir, karena sudah wireless mesin ATM-nya.

Oh ya fettucininya itu unik, bisa opsional disajikan dengan cangkang kepitingnya. Saya sih pilih tidak.

Apakah Sushi Hiro cabang Neo SOHO ini menjadi heronya restoran sushi berkat tangganya?

Tidak. Saya kelelahan menanganinya.

Saya berasa sehabis menaiki 300 anak tangga di sana. Sushi dan hidangannya sedikit, mahal, dan saya justru kecapean sehabis makan dari sana. Yang saya keluarkan di sana lebih banyak daripada yang masuk, bertiga lebih dari 500 ribu.

Untung saja saya tidak memboyong sushi tangganya yang terkenal itu. Pasti nggak bakal cukup dishare.

Dan baiknya juga sih Sushi Hiro enak, lebih menyenangkan daripada Genki Sushi. Curry ramennya wangi dan cukup buttery pula. Beef teriyakinya juga mirip May Star punya steak sapi.

Tempatnya bisa dilewati kursi roda. Interiornya sendiri tidak terlalu saya perhatikan, kecuali penerangannya yang ok. Mungkin sedikit mirip Zenbu Senayan City barangkali.

Oh ya, di sana ATM sudah wireless. Cuma, pelayanannya biasa saja, saat saya masuk Sushi Hiro buku menunya hanya dikasih 1, jadi saya perlu minta lagi buku menunya ke pelayannya. Ada baiknya minimum 2 buku menu.

MADAME DELIMA = LA MADAME + MERADELIMA? ● Saya dibuat supaya tidak ambigu antara Madame Delima dan Meradelima oleh PergiKuliner, thank you undangan Alfanya, PergiKuliner!
Pertama - tama, Alfa kali ini terjadi di Madame Delima, Cikini. Acara Alfa ini displit dua, sesi siang dan sesi sore, saya mendapat jatah siang. Alfa diisi dengan pembukaan, lalu 2 sesi game sekaligus sembari mencicipi hidangan dari tim Madame Delima yang berupa prasmanan, kemudian ditutup sesi foto - foto bersama. Mungkin begitu alur ceritanya, ya.
Lalu, bagaimana tempatnya?
Tempatnya ok, cuma menurut saya lama - lama mirip JJ Royal, ya. Bedanya di dindingnya, di Madame Delima dindingnya simpel, kayu. Tempatnya tidak terlalu ramah kursi roda - saya perhatikan di depan restoran ada sebuah anak tangga.
Prasmanannya juga membosankan. Prasmanannya tidak terlalu beda dengan katering yang biasa saya nikmati saat undangan - undangan wedding - katering wedding begitupun masih jauh lebih ok (saya bisa memilih magret dan sup lobster di Fairmont untuk paket meeting/wedding buffet).
Mengapa begitu?
Saya mendapat capcay, mi goreng, sup buntut, sapi lada hitam, ikan gurame, ayam bumbu rujak, sate kere, bitterballen, tahu, dan ada satu penutup mirip es campur begitu. Terlalu biasa, ingat ini restoran Indonesia, sangat banyak macam. Apalagi mengingat letak Madame Delimanya. Mungkin lebih baik saran saya kelak kalau sapi lada hitamnya diganti konro atau lidah cabe ijo misalnya, ikannya juga seharusnya bisa ikan woku atau arsik, capcaynya juga diganti selada banjar atau pecel apalah... Kalau perlu tauto.
Walaupun demikian, saya masih bisa memetik 3 poin dari sana, pertama yakni sate kerenya, kedua bitterballennya. Itu saya saluti deh, ok. Apa yang saya dapati di Madame Delima juga jauh lebih baik daripada waktu saya buffet di Ritz Carlton Pacific Place sebelum Pasola, Pacific Restaurant.
Terakhir sebagai penutup, saya sekali lagi sering diplesetkan antara Madame Delima dan Meradelima hehehehe, saya anggap kunjungan ke Madame Delima untuk supaya saya tidak terpleset saja. Dan, kelak di pintu masuk sih saran saya ditambahin sekuriti tambahan, untuk alasan keamanan (bukan pengecekan dresscode, ya).