Kevin L - 林勇利

Tempat makan yang jualan iga sebagai menu utamanya. Suasananya sih kurang nyaman ya, panas, tidak ada dekorasi, kemudian temboknya juga sudah lusuh. Memang hanya buat makan, bukan buat nongkrong.

Saya mau pesen nasi goreng iga karena menurut review, potongan iga di nasi goreng sama yang ala carte itu punya ukuran yang hampir sama tetapi harganya beda jauh. Namun fakta berkata lain, stoknya sedang habis. Jadilah beralih pesanan saya ke Iga Bakar Pedas (tidak termasuk nasi). Pelayanan di sini termasuk kurang karena pelayannya kurang informatif dan tidak antusias dalam menjelaskan menu. Saat itu juga tempatnya sedang kosong, tetapi saya nungguin makanannya lumayan lama. Ukuran iganya besar juga ya. Yang ini di atasnya ditaruh sambal merah. Rasanya ternyata enak !! Dagingnya empuk dan tidak amis. Kematangannya juga pas. Sambalnya sih awal-awal tidak pedas, tetapi lama-lama berasa juga pedasnya. Saya saja sampai meler hidungnya. Eh iya, satu porsi iga ini sudah termasuk satu mangkuk kuah kaldu. Kuahnya sama seperti kuah di sop iga dan rasanya juga lezat. Makanannya sih recommended, cuman tempat sama pelayanannya sih biasa saja.

Sejujurnya saya sangat bingung, apa sih yang membedakan Pizza Marzano dengan Pizza Express ? Kedua resto punya menu yang sama, dekorasinya yang sama, harga makanan dan minumannya apa lagi, sama juga !! Ya ada sih bedanya, yang Express itu lebih banyak cabangnya dibandingkan Marzano. Coba aja cek, nyari Pizza Marzano itu sulitnya minta ampyun.

Sudah lama banget tidak nge-pizza, jadi kali ini saya memesan pizza untuk personal. Tipe pizza di sini adalah thin crisp pizza. yang artinya adonan pizza tidak tebal-tebal. Saya memilih varian American, yang ber-topping-kan pepperoni, mozzarella, dan saus tomat. Simple, but it tastes good !! Saya suka banget sama saus tomatnya, rasanya begitu segar dan otentik. Surely, made from fresh tomatoes. Menurut saya pepperoninya sedikit ketebalan, jadi teksturnya tidak terlalu garing. Jumlah mozzarella nya juga kurang banyak sepertinya, jadi saat potongan pizza diangkat, tidak ada tuh tali-tali keju. Tapi secara keseluruhan, rasanya enak kok, apalagi ditambah freshly grounded blackpepper untuk menambah cita rasa.

Kalo minumannya sih, sudah pasti beli yang bisa refill. Saya pilih yang rasa blackcurrant. Ya ini juga produknya Nestea, jadi dimana pun, selama itu Nestea, pasti rasanya sama :v

Cabangnya makin lama, makin banyak ya. Sekarang ada pula yang deket kantor... Yippie !! Anyway, this time I try the newest flavor, which is Thai Ice Milo Coffee. Saya terlalu pede memesan yang rasa Milo dengan tidak tahu bahwa ada unsur kopinya. Sudah terlanjur pesan, yauda deh biarin saja sekali-sekali minum kopi. Secara keseluruhan, varian yang ini rasanya mirip dengan permen Kopiko !! Rasa kopi ditambah manisnya susu. Kopinya berasa, Milo nya juga berasa tetapi masih sedikit tertutup oleh kopi. Setelah mencoba semua rasa, saya tetep milih yang original karena itu paling otentik rasanya.

Rumah makan Padang langganan saat rumah saya dekat situ. Hampir seminggu sekali beli untuk dibawa pulang. Namun, karena sudah menjauh jadi jarang makan di sono. Reminiscing its delicacy, untuk makan siang hari ini saya datang untuk menyantap masakan Padang nan nikmat ini. 

Sudah lazim buat saya kalau setiap makan di restoran Padang, atau pun bungkus makanan Padang, saya selalu pesan nasi rendang. Rendang merupakan salah satu lauk favorit saya karena rasanya begitu meledak dan tentunya lezat sekaligus. Kebetulan saya makan di tempat. Satu porsi, ya seperti biasa, ada sambel ijo, sayur nangka, sama daun singkong. Dia juga ada sambel merah loh, dan rasanya enak banget. Penggemar pedas pasti ketagihan !! Rendangnya dia itu dominan rasa asin. Untung saya penyuka asin. Kalau itu rendangnya manis, ga mungkin saya pesan. Kesimpulannya adalah bahwa makanannya enak, kemudian harganya juga masih mahasiswa. Enaknya konsisten dari dulu loh. Hebat !

Haus, terus panas banget di luar. Paling enak beli minuman manis terus dingin, pasti menggelegar !! Kali ini pesen Hazelnut Milk Tea dengan topping bobba atau bubble. Itu loh bulat-bulat hitam yang terbuat dari tapioka. Sugar and ice level was set to normal. Tapi entah kenapa, pas minum itu MANISNYA GA KETULUNGAN !! Rasa tehnya ketutupan, rasa hazelnut nya juga ketutupan... Jadi saya mesti nunggu es batunya mencair dulu biar ga kemanisan. Sepertinya si staff nya itu masih baru terus salah kasih jumlah gula. Duh jadinya kayak minum gula cair :v

Dum Dum baru saja membuka cabang baru di Mall Ciputra, tepatnya di lantai LG, sebelahnya Ms. D'Churros dan dekat dengan A&W. Saya sudah pernah nyoba yang original sebelumnya, jadi kali ini saya memesan yang Green Tea.

Seperti biasa, teh dibuat di gelas kecil menggunakan air yang sangat panas, kemudian ditambahkan susu kental manis. Satu gelas besar diisi penuh dengan es dan ketika dituang, jadilah sebuah sulap. Jumlah airnya tiba-tiba bisa memenuhi satu gelas besar itu. Ya tipikal minuman Thailand, es batunya luar binasa banyaknya. Varian green tea lumayan enak juga rasanya. Manisnya pas, rasa pahit dari green tea nya juga pas sehingga jadi seimbang. Cocok untuk melepas dahaga setelah berpanas-panas ria di luar.

Nasib banget ketinggalan bus, jadi mesti nunggu satu jam lagi untuk bus selanjutnya. Selagi menunggu, lapar turut melanda, ya sudah saya jadi mengitari Mall Ciputra untuk membasmi rasa lapar ini. Saya ke lantai paling atas, ternyata ada satu food court namanya Food Library. Konsepnya unik banget ya, banyak hiasan berupa buku-buku jadi seakan-akan berada di perpustakaan, dan tentunya banyak pilihan makanan. Setelah mengamati satu per satu, pada akhirnya memilih untuk makan bakmi karena kayaknya penyajiannya paling cepat. 

Saya memesan Bakmi Bangka, dengan harapan pakai babi, sama seperti aslinya di Bangka. Namun, ternyata hanya menggunakan ayam saja. Tipikal bakmi Bangka di Jakarta, tidak pakai babi. Porsinya oke juga, ayamnya banyak, sayurnya banyak, apalagi taugenya. Tipe mie yang digunakan berukuran kecil dan kenyal. Saya minta setengah matang pun, tetap saja kenyal. Kemudian mienya juga lengket, seperti kurang minyak atau air rebusan sudah terlalu banyak tepungnya. Soal rasanya, menurut saya biasa saja. Ayamnya tidak punya rasa yang khas, cuman rasa ayam tok saja. Bumbu di mienya juga kurang tajam. Kuahnya masih mending deh, ada rasanya. Porsinya boleh besar, tapi kalau rasanya biasa saja, tetap saja tidak memuaskan.

Yeayyy buka cabang juga di dekat rumah saya. Asik deh karena selain saya suka bakmi, bakmi yang dijual ini juga rasanya enak. Mereka menggunakan ayam kampung sebagai topping bakmi. Untuk satu porsi bakmi yang dihargai 13.000 rupiah, menurut saya sih sudah puas banget. Satu porsi sudah termasuk ayam kampung cincang, tauge, caisim, dan kuah. Ukuran bakmi yang diinginkan bisa pilih, mau besar atau kecil. Saya sih sudah favorit dengan mie kecilnya. Tekstur mienya pas di mulut. Ayam yang dikasih juga tidak pelit, tapi ya ga terlalu banyak juga. Proporsional dengan jumlah bakmi. Bumbunya lezat banget, kepekatannya pas. Untuk kuah, menurut saya oke juga karena tidak menggunakan kaldu instant. Secara keseluruhan, porsinya cukup buat bikin kenyang. Ya kalau kurang, bisa pesan lagi laa hahaha