yudistira ishak abrar

Holland Bakery dikenal sebagai toko roti modern pertama di Indonesia. Meski namanya berbau luar negeri, tapi Holland Bakery justru merupakan produk asli Indonesia yang didirikan pada tahun 1978 di Jakarta. Hingga saat ini, Holland Bakery memiliki lebih dari 200 gerai di seluruh Indonesia yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Lampung, Batam, Pekanbaru, Makassar, Bali dan Manado.

Salah satu gerainya terdapat di jalan Margonda Raya, Depok, tak jauh dari kawasan perumahan Pesona Kahyangan. Desain tempat toko roti ini selalu sama dan seragam. Sebuah kincir angin khas negeri oranye, selalu hadir menghiasi bagian paling atas dari tiap gerainya.

Kali ini saya mencoba Tiger Roll rasa cokelat seharga Rp.74.000,-. Sesuai dengan namanya, bolu gulung ini punya tampilan yang unik mirip tutul-tutul pada macan. Tekstur kuenya sangat lembut dan halus. Lapisan krim cokelat yang melapisinya terasa manis dan cukup creamy. Meski terkesan sederhana, namun rasanya gak kalah dengan bolu lain sejenisnya...

Berdirinya Waroeng SS tidak lain berangkat dari kegemaran sang pemilik akan sambel. Maka pada bulan Agustus 2002 berdirilah cabang pertama Waroeng SS di jalan Kaliurang, Yogyakarta, dekat dengan Grha Sabha Pramana UGM. Pertamanya Waroeng SS hanya berupa tempat makan dengan konsep kaki lima, seiring dengan berjalannya waktu, Waroeng SS makin berkembang dan mengubah konsep kaki lima menjadi restoran.

Tak hanya di sekitar Yogyakarta saja, Waroeng SS kini telah membuka beberapa cabang di kota lain, salah satunya di Depok, Jawa Barat. Berlokasi di jalan Margonda Raya, tepat disebrang Hotel Bumi Wiyata, Waroeng SS hadir dengan konsep restoran sederhana. Meski demikian, desainnya dibuat serius dan cukup rapi. Tempat duduk terbagi menjadi dua, ada yang lesehan dan ada yang menggunakan meja panjang biasa. Satu yang membuat saya kurang suka, pemilihan material lantai yang terlihat kusam, jadi kesannya kurang bersih.

Saya dan beberapa teman memilih untuk menikmati makang siang disini. Kami memesan beberapa jenis menu sambal dengan beberapa lauk. Pertama ada Ayam Kampung Dada Goreng (Rp.18.000,-) tekstur ayam cukup empuk dengan rasa yang lumayan.

Bebek Goreng (Rp.18.000,-) teksturnya agak alot dan rasanya just so so. Ikan Nila Goreng (Rp.9.000,-) teksturnya sangat crispy, rasanya asin dan gurih. Telur Gobal Gabul (Rp.5.500,-) merupakan telur dadar dengan irisan cabe. Rasanya nothing special.

Karedok (Rp.4.000,-) terdiri dari potongan kacang panjang, kol dan mentimun, lalu disiram bumbu kacang. Rasanya pedes, nuty, manis dan gurih. Saya suka banget. Trancam (Rp.4.000,-) komposisinya mirip karedok, tapi bedanya menggunakan bumbu parutan kelapa. Rasanya biasa aja. Sayur Asem (Rp.5.000,-) rasanya pun biasa aja, malah agak kebanyakan terasi deh kayanya.

Berhubung spesialisasi mereka pada menu sambal, jadi kami juga mencoba beberapa menu sambal mereka. Pertama Sambal Bawang (Rp.2.500,-) rasanya pedes dan nendang banget. Kedua Sambel Terasi (Rp.3.000,-) mirip dengan Sambel Bawang, tapi ada rasa terasinya, jadi lebih gurih. Terakhir ada Sambel Mangga Muda (Rp.4.000,-) ini merupakan menu sambel favorit saya, karena rasanya pedes, manis, asem dan nagih banget. Huuh Haah.

Selain sambel, menu yang paling kece disini justru adalah Es Teh Manis nya (Rp.4.000,-). Kalau kalian mampir kesini, cobain deh minuman ini, karena teh yang mereka pilih itu cakep banget, aroma dan rasanya sangat pekat juga kental. Kece badai...

Mie Ayam Berkat merupakan salah satu restoran legendaris di Depok. Ditengah makin banyaknya bermunculan tempat makan kekinian yang memiliki banyak terobosan, Mie Ayam Berkat masih eksis dan dapat bersaing dengan yang lain. Selain karena rasa yang oke, alasan mengapa Mie Ayam Berkat mampu bertahan mungkin karena harganya yang murah juga porsinya yang banyak.

Outlet pertamanya terdapat di jalan Margonda Raya, Depok, tak jauh dari gang Kober. Karena pangsa pasar yang tak pernah sepi, maka dibuatlah cabang kedua di jalan Siliwangi, tak jauh dari RS Hermina. Konsepnya masih sama dengan yang di Kober, yaitu mengusung tema restoran keluarga. Tiap meja sengaja berisi banyak bangku, agar mampu menampung pengunjung yang notabene nya kebanyakan satu keluarga.

Sempat beberapa kali mampir kesini untuk makan di tempat, namun siang ini saya hanya memesan menu melalui aplikasi ojek daring. Menu yang saya pesan adalah Nasi Goreng Special (Rp.20.000,-) dan Kwetiau Goreng Seafood (Rp.28.000,-).

Nasi Goreng Special pake telor porsinya super banyak dan bisa dinikmati oleh dua orang dewasa. Sajian ini terasa asin dan gurih dengan isian potongan daging ayam, bakso, fish cake dan orak arik telor yang ga nanggung. Worth it banget.

Kwetiau Goreng Seafood pun hadir dengan porsi jumbo. Tekstur kwetiau kenyal namun mudah dicerna. Bumbu yang digunakan gurih khas masakan peranakan. Isian hidangan laut seperti cumi, udang dan fish cake nya juga cukup banyak, membuat sensasi makan jadi lebih meriah...

Pisang goreng. Saya paling ga bisa ngeliat jajanan ini, terus ga beli buat nyobain. Ibaratnya pisang goreng itu udah "gw banget lah". Jenis dan tekstur pisang favorit saya adalah jenis pisang uli yang matang, lembek dan manis. Cuma makan pisang goreng aja, saya bisa ngerasa seneng banget, rasanya kaya abis gajian terus ada diskon di departemen store. Perfect.

Nah, ada satu kedai yang ngejual menu pisang goreng yang sebenernya bukan jenis pisang favorit saya di bilangan Manggarai, namanya Pisang Goreng Tanduk Mpo Nur. Lokasinya berada tepat di sebrang stasiun Manggarai, tak jauh dari pintu keluar.

Konsepnya hanya berupa warung dengan beberapa stok pisang dan wajan-wajan besar untuk menggoreng, sebagai display utama. Tiga wajan besar berisi minyak goreng super banyak, tak henti-hentinya menggoreng puluhan pisang tanduk berbalut tepung.

Proses pembuatan pisang menjadi pemandangan tersendiri yang cukup mengasyikan, selama kita menunggu antrean. Maklum, Pisang Goreng Tanduk Mpo Nur ini memang selau ramai, hingga terkadang pembeli sampai diberi nomer antrean selama menunggu pesanannya jadi.

Satu pisang goreng tanduk dibanderol Rp.2.500,- saja. Potongan pisangnya super gede dan panjang. Tapi bagi saya, selaku penggemar berat pisang goreng, makan satu tetep ga cukup. Hehehehe. Tekstur luarnya sangat renyah, manis dan gurih. Rasa pisang tanduk yang biasanya gak manis dan cenderung pulen, tapi disini rasanya sangat manis alami dan lembek. Saya suka banget. Kalian wajib coba...

Bakmi GM dahulu bernama Bakmi Gajah Mada. Berdiri sejak tahun 1959, bakmi yang menginduk pada PT Griya Miesejati ini telah memiliki banyak outlet yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi. Salah satu gerainya terdapat di area foodcourt Margo City, Depok.

Kali ini saya memilih Bakmi Special GM Bakso (Rp.42.000,-) sebagai menu makan siang. Sajian ini berupa mie ayam dengan saus jamur dan bakso. Bentuk mie nya pipih dengan ukuran yang sedang. Teksturnya sendiri sangat lembut dan kenyal. Bumbunya asin gurih dengan komponen mushroom dan bakso yang garing. So yummy...

Tren bermunculannya kedai kedai kopi yang masih bertahan sampai sekarang, seolah memberikan kesempatan kepada para pengusaha untuk terus berkreasi menciptakan sebuah tempat ngopi yang out of the box. Memanfaatkan momen tersebut, Coffee Cut hadir ditengah antusiasme pasar yang masih tinggi.

Memilih lokasi di jalan Proklamasi, Sukmajaya, Depok, Coffee Cut mengangkat konsep kedai kopi sederhana yang bergaya desain feels like home. Memanfaatkan sebuah rumah lengkap dengan teras, Coffee Cut menyulapnya menjadi sebuah kafe yang cukup nyaman.

Pada halaman depan dijadikan sebagai lahan parkir dan smoking area bergaya teras rumah. Bangku taman yang terbuat dari kayu, mencoba mengantarkan ambience santai yang nyaman. Bergeser kebagian dalam, beberapa tempat duduk dibuat dengan jenis furnitur yang berbeda-beda. Selain menjadikannya terlihat tidak monoton, kesan artistiknya pun tersampaikan dengan baik.

Wisata kuliner saya dimulai dengan segelas Affogato (Rp.16.000,-). Minuman ini punya komponen espresso yang medium dengan topping vanilla ice cream yang gak begitu banyak. Just so so.

Dari Affogato, saya beranjak ke Iced Cappuccino (Rp.17.000,-). Tersaji didalam gelas cukup besar, minuman turunan kopi ini punya rasa yang lumayan. Ada sensasi manis vanilla gitu.

Iced Milk Tea (Rp.12.000,-) jadi minuman ketiga yang saya coba. Rasanya agak berbeda dengan milk tea lain yang pernah saya coba, namun saya kurang suka dengan sentuhan yang mereka berikan.

Kopi Oplet (Rp.5.000,-) plus Susu (Rp.3.000,-) merupakan segelas kopi hitam kemasan yang terlihat cukup lawas. Tone kopinya medium, dan jadi cukup oke saat dicampur dengan susu kental manis.

Pastel (Rp.15.000,-) merupakan cemilan sebagai teman minum kopi kali ini. Terdiri dari 3 buah, tekstur kulit pastelnya sangat renyah. I love it. Isian pastel cukup padat yang terdiri dari sayuran dan telur. Cukup menarik...